Gelap Dan Terang

516 68 24
                                    

Ding dong kudatang padamu bukalah pintu
Tak mungkin sembunyi dariku
Ding dong kudatang padamu bukalah pintu
Kau tak bisa lari dariku..


Seorang pria terlihat bergerak berusaha meraih benda yang bersuara nyaring itu.



Seketika hening, tiada lagi suara nyanyian yang sebenarnya membuat merinding itu.


"Malas nya aku bangun, hoammmm" kata pria yang bernama arthit.

"Bangun phi, hari ini kita mau cari pohon natal kan" kata seorang pria lain yang tiba-tiba muncul.


"malassssss, dingin." jawab arthit sambil menutup seluruh badan nya dengan selimut lalu kembali meringkuk memeluk bantal.




Pria lain itu hanya gelengkan kepala lalu melangkah menuju tempat tidur.




"Bangun phi, kan kita mau belanja natal, kemarin phi bilang sudah incar pohon natal di mall, kalau kehabisan diskon gimana?" kata pria itu lembut sambil berusaha membuka selimut.




"aku malas mandi Kong, ngak bisa apa beli online saja ah" jawab arthit.



"bisa aja, tapi kan phi yang bilang, mau buat memori indah di natal ke 10 kita" jawab pria dipanggil Kong itu.




Arthit yang tadi nya masih meringkuk memeluk bantal tiba-tiba berbalik menghadap kongpob.



Dengan wajah baru bangun nya, arthit tersenyum pada kongpob lalu berkata " natal ke 10 ya hehehe"



Kongpob tersenyum lalu mencium kening arthit kemudian pipi arthit.



"Natal ke 10 bersama belahan jiwa ku" ucap kongpob lalu mencium tangan arthit.


Arthit yang masih merasakan detak itu setelah 10 tahun berlalu pun segera bangkit berdiri lalu teriak "Ayo shopping!" kemudian lari menuju kamar mandi.




Debaran di hati kongpob masih sama seperti 10 tahun lalu, tidak berubah padahal banyak yang datang padanya membawa wajah cantik atau wajah imut, tapi tetaplah arthit pemenang debaran itu.


Tidak butuh waktu lama bagi arthit untuk bersiap.




Setelah selesai mandi, dengan semangat, arthit pun menarik tangan kongpob menuju mobil milik mereka berdua untuk mencari pohon natal.


Arthit tersenyum bahagia sepanjang perjalanan, dan entah kenapa kongpob merasa hati nya tidak tenang.



Kongpob mengambil tangan arthit lalu mencium cincin yang tersemat di jari arthit sambil melihat senyum arthit pada nya.



Entah kapan kegelapan itu muncul.



Entah dimana letak kesalahan.



"arghhhhhh" sebuah rasa sakit menusuk daging.



Tarikan nafas yang berat, pikiran yang kacau ditambah rasa sakit luar biasa di tubuh.



"Phi, phi, phi arthit dimana?" suara pelan kongpob menahan sakit.



Tidak mendengar jawaban, membuat kongpob berusaha bergerak sambil menahan sakit.



Perlahan, kongpob mulai dapat melihat kerumunan orang berada di dekat nya.



Suara yang tadinya sunyi, menjadi ricuh penuh berbagai jeritan dan banyak pertanyaan.



Tapi fokus kongpob hanya satu.


Just Another Ordinary Day Where stories live. Discover now