Menyentuh Awan ( 3 )

983 123 69
                                    

Dalam gelap penuh bau amis itu, ada kilatan cahaya sperti blitz kamera yang membuat arthit ingin membuka mata..



"Pho...pho....pho ileran hahaha" arthit samar-samar mendengar suara tawa anak kecil sebelum dia kembali kedalam kegelapan itu, suara yang sperti "dikirim" untuk nya.



Suara nyaring yang berasal dari handphone nya membuat arthit meraba mencari benda itu dan dipaksa untuk membuka mata saat tidak menemukan nya.




Tubuhnya bergerak mengambil handphone yang ternyata terjatuh itu dan membuat dia terduduk di lantai kamar yang dingin itu.



"aku masih disini.." kata arthit pelan sambil melihat darah kering di paha nya.





Arthit pun bangkit berdiri menuju kamar mandi dan bersihkan tubuhnya kemudian bersiap menuju kantor untuk kembali "berpura-pura" bahagia menghadapi dunia.







"Swadikap khun nine" sapa arthit pada atasan nya di kantor.




"Arthit...siap-siap besok untuk acara sosial di rumah yatim piatu ya, kali ini diwakilkan oleh bagian kalian, ambil barang nya di gudang sore ini" jawab atasan arthit.


"Siap khun" jawab arthit tersenyum tapi hatinya sebenarnya malas melakukan nya.




Arthit hanya ingin pulang dan kembali "rutinitas" nya itu..



Dia tidak mau bersosialisasi, dia tidak mau bicara, dia tidak mau berteman dengan siapapun..



Dia hanya ingin pulang pada rumah dingin dan kembali menusuk hati nya yang patah sampai tidak lagi terasa sakit.




Tapi tugas adalah tugas..dia pun sibuk dengan Tim nya untuk bersiap demi acara kantor yang akan mereka wakilkan.




Tenaga arthit terkuras karena harus kesana kemari memasukan barang bawaan hingga saat tiba di rumah, dia pun langsung tertidur tanpa mengganti baju dan baru terbangun saat alarm nya berbunyi nyaring lagi.




Dan saat ini, saat matahari belum muncul, dia sudah kembali ke kantor karena harus berangkat dari pagi sekali menuju rumah yatim piatu yang dipilih kantor nya.


Rombongan kantor nya pun berangkat dan tiba tidak lama setelah matahari terbit..




Mobil mereka disambut banyak anak-anak yang bersorak dan berlarian kesana kemari seakan tidak pernah menerima tamu dari luar.



Arthit bukan lah orang yang benci anak-anak, tapi dia jugak tidak menyukai nya jadi dia lebih memilih sibuk angkat ini itu daripada harus bercengkrama dengan anak-anak sperti beberapa rekan nya.




Kondisi lelah dan belum sarapan membuat arthit terduduk sebentar untuk stabilkan nafas nya sambil pejam kan mata sebentar..


sampai dia merasa ada suara tertuju pada nya berkata "pho...pho..pho..." disertai dengan sebuah elusan lembut di pipinya.



Merasakan itu, arthit pun membuka mata nya dan melihat seorang anak laki-laki tersenyum lebar padanya sambil bersihkan keringat di kening arthit.

Deg...

Deg...

Jantung arthit seperti dikejutkan oleh listrik saat melihat senyum anak itu..


Lamunan arthit terpecah saat seorang wanita menghampiri anak itu berkata "kongpob! Jangan mengganggu om nya istirahat, om nya pasti capek"


Just Another Ordinary Day Where stories live. Discover now