Prolog [Revisi]

108K 8.1K 275
                                    

'Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.'
- Al Baqarah 286

Don't forget to vote & comment 💗

☘☘

Langit menghitam, menyiratkan ketakutan yang mendalam, tetapi semua itu tak membuat gadis dengan pakaian hitam bernuansa duka, beranjak dari tanah yang bertabur bunga di hadapannya.

Pandangannya menggelap, tak ada cahaya di sana, tak ada sinar di retina matanya, tatapannya kosong, dengan tangan yang tak berhenti mengepal sejak tadi.

Seseorang lain yang berada di belakangnya hanya bisa menghela napas, tampaknya gadis itu benar-benar tak berniat pergi dari tempatnya. Padahal, langit sudah berteriak untuk segera mengeluarkan air mata.

"Keira, ayo kita pergi, sebentar lagi turun hujan." Ajak laki-laki itu sambil mendekati gadis yang masih setia bersimpuh di depan makam.

Dengan perlahan ia memegang pundak gadis yang berstatus sebagai keponakannya itu, dan secepat kilat gadis itu menepis dengan kasar.

"Sebentar lagi hujan, nanti kamu sakit. Ayo Om antar pulang."

Dan masih tak mendapat balasan dari gadis yang masih setia mematung di tempatnya.

Surya menghela napas lelah, hal ini tentu saja menjadi pukulan berat untuk gadis itu, gadis yang biasanya senang menyambut kehadirannya, kini seperti tak mengenali dirinya.

Tak hanya Keira, Surya pun juga merasa pedihnya kehilangan, kakak yang menjadi kebanggaannya telah pergi meninggalkan sejuta kenangan.

Haris Mahendra. Begitulah nama yang terpampang di sana, bersebelahan dengan Marissa Indriani, kakak ipar yang selalu menganggap dirinya seperti adik sendiri.

Sejujurnya, Surya pun sempat merasa kecewa dengan apa yang menimpa kakaknya. Ia sempat marah pada Allah, menangisi mengapa hal ini harus terjadi, yang kemudian sadar, ia tak pantas marah kepada penciptanya. Tak berhak ia marah ketika sang pencipta, meminta kembali apa yang diciptakanNya.

Surya berusaha mengerti bahwa Allah tentu tahu apa yang terbaik untuk setiap hamba-hamba Nya.Tak mungkin Allah menguji melewati batas kemampuan seorang hamba.

Suara menggelegar mengagetkan Surya yang hanyut dalam penyesalan karena merasa kecewa. Dengan langkah pelan, ia kembali mendekati gadis itu.

"Keira, kamu tidak bisa seperti ini terus." Ujarnya dengan tangan menarik tubuh Keira yang menyebabkan gadis itu berdiri dari duduknya.

Gadis itu memberontak, melepaskan diri sejauh yang ia bisa,"Om kalau mau pulang silahkan, Keira ingin disini."

Surya menatap lelah keponakan nya. Gadis itu tampak menyedihkan. Rambut acak-acakan, mata yang begitu sembab serta wajah pucat.

Hujan mulai turun, tapi gadis itu sama sekali tak peduli. "Kamu harus pulang, sekarang!" putusnya penuh penekanan. Satu tangannya menarik Keira dengan keras sambil berlalu meninggalkan pemakaman.

Gadis ini tak akan mengerti jika diajak bicara baik-baik, sementara hujan sudah semakin deras. Batin Surya tak tinggal diam.

"Lepas, Om!! Keira nggak mau pergi!" teriak gadis itu menyatu dengan derasnya hujan, tetapi Surya tak melepaskan nya.

"Lepasin tangan Keira, Om Surya bahkan nggak berhak untuk itu!" Kali ini Surya berhenti, lalu membalikkan tubuh menghadap Keira sepenuhnya.

Surya menatap Keira dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Begitu banyak emosi yang tak bisa Surya ungkapkan.

"Apa yang mau kamu lakukan
disini? Diam seperti itu tidak membuat orangtuamu kembali hidup Keira! Seharusnya yang kamu lakukan adalah berdoa, memohon ampunan untuk mereka agar dimudahkan, Allah lebih menyayangi mereka Keira." Jelas Surya dengan nada melemah.

Keira berdecih lalu menatap tajam ke arah Surya. "Sayang? Apa Allah nggak sayang sama Keira dengan mengambil Mama dan Papa?" Keira berhenti sejenak, napasnya tersengal-sengal, diiringi dadanya yang bergemuruh kencang. "Dan Berdoa? Untuk apa? Seperti yang Om Surya bilang, toh itu nggak bisa mengembalikkan mereka 'kan?" Balas Keira dengan emosi tak tertahan.

Surya terperangah. Tak menyangka dengan perkataan gadis di depannya ini, "Istighfar Keira, kamu berbicara seperti tidak memiliki Tuhan!" Kali ini Surya benar-benar tak bisa menerima apa yang baru saja keponakannya itu ucapkan.

Sementara Keira justru tertawa miris dengan tangan mengusap air matanya kasar, "Sayangnya, Keira sudah nggak percaya sama Tuhan."

Kemudian Keira mendekati Surya yang saat ini tengah mematung di tempatnya. Mengambil beberapa langkah dihadapan pria yang lebih muda dari ayahnya ini.

"Keira akan percaya Tuhan, jika Dia bisa membuat mereka kembali." Ujar Keira dengan penuh penekanan.

Setelah mengatakan hal yang membuat Surya meneteskan air mata di tempatnya, gadis itu pergi meninggalkan pemakaman.

Keira melangkah tanpa peduli dengan perasaan pamannya. Sedangkan Surya, ia hanya bisa menatap punggung Keira yang perlahan menjauhinya.

Keira sudah tersesat, ia bahkan tak mengakui penciptanya. Surya menatap nanar kepergian Keira dan bertekad dalam hati untuk membuat gadis itu kembali mengingat oleh siapa dia diciptakan.

Lalu, apakah yang akan Surya lakukan?

-----

Assalamualaikum teman-teman,
Allhamdulillah prolog sudah selesai, ayo kita sama-sama membantu Keira kembali ke jalan yang benar,jalan yang di ridhoi Allah.

Semoga kalian suka,dengan cerita ini.
Jangan lupa untuk vote,comment,agar aku semakin semangat

Love u,

Fitriani.

Guide to Jannah [END/REVISI]Where stories live. Discover now