Axel meraihnya dan menjabat tangan gadis itu. "Axel Pranata, salam kenal juga. Gak nyangka kamu main Kingdom of Valone juga ternyata."

"Iya, Kak Wina kan tau KoV dari aku."

"Oh,..." Axel tersenyum, mengangguk paham. "Username saya Lord Dark Iron. Gak terlalu terkenal ko--"

"HAH?!" Menggebrak meja, Sidney praktis memotong kata-kata Axel. Membuat pemuda itu cukup terkejut hingga melebarkan matanya. "SERIUS? LORD DARK IRON?! YANG UDAH LEVEL DEWA ITU?! YANG BAHKAN PUNYA AKUN YOUTUBE SENDIRI BUAT PANDUAN PEMULA?!"

"Sidney! Jangan teriak-teriak!" Wina menarik Sidney yang sudah berdiri kembali terduduk, sambil memasang senyum meminta maaf pada pengunjung yang duduk tak jauh dari mereka.

"Habisnya, Kak! Dia Lord Dark Iron lho! Kok Kakak gak ngasih tahu?!" Protes Sidney.

Wina mengedikan bahu. "Kakak gak tahu kalau dia terkenal." Balas Wina pelan, nyaris terdengar mencicit.

"Gak kok, gue gak terkenal. Cuma kebetulan tau trik-triknya aja, jadi bikin channel youtube buat ngebantuin pemula." Axel membantah cepat-cepat, matanya menatap Wina, tapi gadis itu malah bermain dengan sedotan di minumannya.

"Apanya yang gak terkenal! Seluruh teman-teman game ku kenal kakak!"

Lalu begitu saja, Sidney dan Axel kemudian terlibat percakapan seru tentang game yang mereka mainkan. Sementara Wina hanya melamun memandang kaca jendela kafe di sebelahnya, memperhatikan jalan raya yang sibuk dengan tak berminat.

Seharusnya dia tidak membandingkan Axel dengan Kak Dira. Seharusnya dia tidak berekspektasi terlalu tinggi. Jadi dia tidak terlalu kecewa seperti ini. Salahkah ia?

Wina menghela nafas, dan saat itulah sesuatu masuk kedalam lingkup pandangnya. Semangkok es krim vanilla dengan toping ceri, nata de coco dan siraman sirup coco pandan. Wina menoleh pada Axel, yang bahkan tak memandangnya dan masih sibuk dengan percakapannya dan Sidney. Seakan apa yang baru saja pemuda itu lakukan--mendorong mangkok es krim itu--adalah hal yang wajar dan terjadi begitu saja.

Meskipun begitu, meskipun ini hanyalah hal kecil, namun itu telah membuat hati Wina menghangat. Wina meraih sendok, dan menyuapkan es krim itu. Sebuah senyum kemudian terukir di wajahnya, dan gadis itu membuang pandangannya kembali pada jendela. Masih terus menikmati es krimnya. Rasa manis yang memenuhi mulutnya, jelas telah menghapus rasa kecewa yang sempat dia rasakan. Bagaimanapun juga, dia hanyalah gadis lima belas tahun.

***

Lordie : Udah sampai rumah?
Me : Udah.
Lordie : Tadi, maaf...
Me : Maaf untuk apa?
Lordie : Kayaknya lu gak nyaman.
Lordie : Apa gue udah ngecewain lu?

Wina menatap layar ponselnya dengan bimbang. Awalnya, gadis itu memang kecewa. Kecewa karena Axel tak sesuai bayangannya. Tapi kemudian, Wina akhirnya tahu kalau pemuda itu baik, dia bahkan tak lagi merasa keberatan dengan penampilan Axel. Mungkin dia plin-plan, tapi dia kan memang masih remaja. Mentalnya masih labil dan pikirannya tak dewasa.

"Sid, menurut kamu Axel gimana?" Wina yang saat itu baru saja sampai rumah mengekori Sidney menuju kamarnya.

"Baik." Jawab Sidney singkat, dan membuka pintu kamar.

Wina masih mengikuti adiknya itu, kemudian duduk di tempat tidur Sidney.  Dia bergumam sementara memperhatikan Sidney sibuk meletakan tas dan melepas jepit rambutnya.

"Tapi dia agak cupu ya, Kak. Gak kayak teman-teman Kakak yang lain."

Jantung Wina mencelos.

Lalu Sidney berbalik, memandangnya dengan serius. "Tapi ya Kak, kalau aku sih, asal orangnya baik dan seru gak peduli juga penampilannya gimana. Lagian Kak Axel juga gak jelek-jelek banget kok." Ujar gadis yang sekarang kelas dua SMP itu dengan santai. Seakan-akan sudah cukup dewasa untuk memiliki seribu teman.

Menggigit bibir, Wina kemudian merenungkan kata-kata Sidney. Meskipun adiknya itu jauh lebih muda, tapi sebenadnya apa yang Sidney katakan terasa masuk akal. Jadi Wina pun memutuskan untuk mengikuti kata-kata Sidney. Lagipula, Axel itu menyenangkan.

Berdiri, Wina kemudian mengacak-acak rambut Sidney. "Thanks ya, Dek." Ujarnya sebelum keluar dari kamar remaja itu diiringi teriakan Sidney yang protes di belakang punggungnya. Tak suka rambutnya diacak-acak.

Me : Enggak kok, cuma tadi canggung aja. Kan baru pertama ketemu, lagian kayaknya lu asik sama Sidney.
Lordie : My bad.
Lordie : Sebagai permintaan maaf, mau nonton besok? Kali ini gak beda kota.
Me : Kali ini kencan beneran?
Lordie : Ya kalau mau dibilang kayak gitu, berarti besok sekalian nembak.
Me : Hahaha, lucu.
Lordie : Gak lagi bercanda, serius kok ini.
Lordie : Gue beneran suka sama lu, Wina Austria.

Baru setengah jalan Wina menuju kamarnya, gadis itu terpaku. Lalu dengan segera dia berbalik, kembali ke kamar Sidney. Membuka pintu kamar adiknya itu tanpa mengetuk lebih dahulu, Wina masuk dengan tampang terkejut dan agak linglung. "Sid, Axel nembak gue." Diangkatnya ponselnya dan menunjukan pada Sidney.

Sidney masih terpaku dengan kedatangan Wina yang tiba-tiba, sebelum akhirnya dia tersadar dan kemudian berteriak. Menutup tubuhnya yang setengah telanjang, baru hendak mengganti baju. "BODO AMAT!!! KELUAR!!!"


----------------------------------------------------------------------


Hai kakak-kakak....
Cuma mau bilang, biasanya saya gak suka naro attachment apapun. Tapi sepanjang bikin chapter ini, saya lagi dengerin lagu ini.
Pas banget soalnya... >.<
Udah gitu aja :p

Regards,

R. R. Putri

Clockwork MemoryWhere stories live. Discover now