| 053 | GBGB

441 26 10
                                    

053

~Good Boy Gone Bad~

"Gooooooooooool!!!!"

Kevin berteriak keras merasa senang berhasil menyamakan poin. Ia ber-high five dengan kawan-kawannya. Rasa semangat dan harapan tinggi pada tim RT 01 untuk memenangkan pertandingan itu semakin memuncak.

Amar tampak kesal dengan keeper timnya sendiri. Itu karena sang keeper tidak fokus dalam menjaga gawang. Mungkin strategi licik dari timnya akan dilancarkan.

"Prit! Prit!" Suara peluit menghentikan Amar yang hendak menggiring bola ke area lawan. Amar membuat salah satu tim lawan cedera. Kevin meringis kesakitan pada bagian kaki sebab Amar sengaja melukai kaki Kevin dengan tendangan keras. Kartu merah mendepak Amar keluar dari lapangan itu.

Kevin yang tidak bisa mengikuti pertandingan itu sampai selesai, digantikan oleh pemain pengganti yang sudah disiapkan untuk mengantisipasi insiden seperti itu. Yang menggantikan Kevin adalah pria berusia kisaran dua puluh tahunan dengan kulit berwarna kecoklatan. Dari wajah pria itu, Jay sudah tahu kalau dia tidak akan membantu tim RT 01 untuk unggul diakhir menit nanti.

Pria jangkung menggantikan Amar. Secara fisik mungkin pria itu sangat cepat dalam hal berlari dan merebut bola dari timnya. Namun, semua dugaan itu salah, pria jangkung itu bahkan kesulitan merebut bola yang sedang digiring Jay menuju daerah lawan. Sedangkan pengganti dari Kevin, sangat cepat dalam hal berlari.

Jay oper bola yang sedang digiringnya ke temannya itu, lalu dirinya berlari melancarkan strategi penyerangan.

"Apakah tim dari RT 01 mampu memenangkan pertandingan hari ini? Waktu hanya tersisa tiga menit..."

Jay tersandung oleh kaki seseorang saat sudah siap menerima operan bola dari temannya itu. Ia hampir pasrah untuk saat itu. Sampai seorang gadis menyemangati dirinya dari pinggir lapangan sana. Segera saja ia bangun dan menerima operan itu, ia tendang bola sekuat tenaga, dan tim RT 01 berhasil unggul dalam pertandingan hari itu.

Di pinggir lapangan sana, Amar tampak sangat kesal terhadap timnya yang tidak bisa diandalkan. Dirinya gagal memenangkan pertandingan itu dan tentunya gagal mendapatkan hadiah dari pertandingan itu. Tas Ibu Maya. Tas yang berisi beraneka kartu berharga, uang tunai, dan beberapa perhiasan.

Kawanan tim RT 01 menjunjung Jay tinggi-tinggi. Mereka sangat berterima kasih kepada Jay. Reputasi RT-nya tidak jadi diinjak-injak oleh RT sebelah. Jay tersenyum lebar atas perlakuan teman-temannya itu.

"Sorry!" ucap Jay pada pria yang menggantikan posisi Kevin tadi setelah turun dari junjungan teman-temannya.

"Kenapa? Emang kamu ngelakuin kesalahan?" sahut pria itu dengan nada yang terdengar bingung.

"Tadi aku sempet ngira kamu itu nggak bisa diandelin?"

"Oh. Memang penilaian seseorang itu yang pertama kali pasti dari fisiknya terlebih dulu. Baru sikap yang sebenarnya dari orang itu."

Setidaknya Jay berhasil mendapatkan dua hal pada hari ini. Pertama, ia bisa melakukan permainan sepak bola seperti tim favoritnya. Persib Bandung. Kedua, ia berhasil mendapatkan tas ibunya kembali. Satu permainan dengan dua hadiah berharga. Hal itu sudah membuat dirinya semakin bahagia.

Ucapan selamat Jay dapatkan dari warga RT-nya. Ucapan selamat sebab ia berhasil membuat timnya unggul. Jay sempat menatap gadis yang tadi menyemangatinya ketika dirinya hampir pasrah. Karin yang merasa di perhatikan Jay tersentak ke belakang. Ia tersentak sebab Jay masih menatap dirinya setajam elang.

Karin bisa dengan jelas melihat Jay sedang meneguk minuman dari botol, gerak naik turun jakun pria itu, keringat di wajah pria itu.

"OMG Karin. Sadar!"

Karin hendak memalingkan wajahnya tapi pria itu menatapnya dengan seulas senyum. Senyum yang manis dan menenangkan. Senyum yang muncul kembali dari bibirnya itu setelah sekian lama. Karin membalas senyuman itu.

Karin merasa salah tingkah saat menyadari senyuman Jay bukan ditujukan kepada dirinya. Melainkan kepada pria yang ada dibelakangnya. Jay mendekati pria itu dan memeluknya erat. Kevin dan Jay saling berpelukan. Melihat hal itu, Karin mendengus kesal. Segera saja ia meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah. Jay memperhatikan Karin yang melengos pergi menjauhi lapangan. Jay tertawa singkat menyaksikan tingkah gadis itu.

Karin yang merasa salah tingkah, juga malu sekaligus canggung, ingin sekali ia tampar-tampar wajah sekalian bibirnya itu. Kenapa ia harus membalas senyuman yang bukan ditujukan pada dirinya? Seharusnya ia lihat sekitarnya dulu, apakah ada orang yang mungkin Jay kenal, orang yang akan diberi senyuman oleh Jay. Tapi Karin langsung saja membalas senyuman itu.

"Ada apa, Jay?" tanya Kevin pada Jay yang sedang tertawa sendiri.

"E-enggak. Enggak ada apa-apa kok!" sahut Jay disertai dengan bibir tersenyum.

"Itu Karin kenapa?"

"Nggak tau tuh!"

"Makasih, Jay! Kamu udah bisa ngalahin tim RT sebelah. Jujur aja, RT kita itu belum pernah menang dalam pertandingan melawan RT 02. Mungkin bisa saja tim kita itu menang di pertandingan-pertandingan sebelumnya, tapi kamu tau sendiri. Mereka bermain dengan cara kasar dan curang."

"Harusnya aku yang ngucapin terima kasih. Sebab tanpa bantuan kalian semua pasti tas ibu aku itu bakal diambil sama Geng Gaib!"

"Kok bisa sih, tas ibu kamu itu ada sama mereka?"

Jay menjelaskan semua insiden yang pernah dialami ibunya itu ketika berbelanja di mall. Insiden ketika tas ibunya itu diambil paksa oleh kawanan Genk Gaib. Mendengar hal itu, Kevin hanya senyum-senyum sendiri. Itu karena tingkah geng itu begitu konyol. Tas siapa yang dicopet, siapa juga yang minta tas itu dipertaruhkan. Bodohnya, kenapa warga RT-nya sendiri menerima tawaran untuk tanding sepak bola. Bisa saja mereka laporkan hal itu ke polisi. Sehingga geng itu bisa cukup jera.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang