| 042 | GBGB

487 43 6
                                    

042

~Good Boy Gone Bad~

Sesi istirahat dalam acara tujuh belasan sedang berlangsung. Siswa-siswi sedang duduk-duduk di sekitar area lapangan sembari bercakap-cakap, minum, makan dan sebagainya. Sesi istirahat menjadi lebih santai ketika ditambah dengan adanya penampilan menyanyi dari salah satu murid SMA Bumi Pertiwi. Kiki. Jay sudah meminta kepada Kiki untuk mengisi acara pada saat perayaan ultah kemerdekaan yang ke-77.

Terlalu indah di.. lupa... kan...

Terlalu sedih dikenang... kan...

Setelah aku jauh ber... jalan

Dan kau... ku tinggalkan

Lirik lagu Andaikan Kau Datang―Noah di lantunkan oleh Kiki dari atas panggung sana. Suaranya menggelegar hingga ke semua area lapangan.

Kacamata hias berwarna bening itu selalu menghiasi dirinya saat berada di sekolah. Kacamata hias yang dikira kacamata rabun sebab sangat mirip modelnya. Baru beberapa hari Kiki menjadi murid di SMA ini, sudah banyak siswa-siswi yang mengenal dirinya.

Mungkin karena berita kedatangan murid baru sempat menjadi bahan perbincangan diantara warga sekolah itu. Sehingga banyak orang-orang yang ingin mencari tahu seperti apa sosok murid baru itu. Ditambah lagi Kiki memiliki wajah yang tergolong tampan.

Kiki berasal dari kalangan cogan. Pandai menyanyi dengan suara khasnya itu. Fans dari kalangan murid perempuan tentu saja bertambah.

"Saingan kamu, Jay," ledek Fino dari samping Jay yang sedang duduk di pinggir lapangan. Di bawah pohon yang bisa melindungi dirinya dari sengat matahari yang panas.

"Apaan si," ketus Jay. Ia akui murid pindahan itu memang banyak menarik perhatian dari warga sekolah lainnya.

"Kan kamu itu ketua OSIS yang bukan hanya terkenal akan ke wi ba wa an dan ke te ga san nya, tetapi juga ke tam pa nan nya. Mungkin nanti banyak murid yang bakal nge-fans sama si Kiki. Lagian dia itu juga lebih keren dibanding kamu."

Mendengar pernyataan Fino, Jay hanya diam saja. Ia tidak peduli akan tanggapan warga sekolah terutama siswa-siswi terhadap dirinya. Entah mereka bilang Jay itu tampan atau rajin atau mungkin keren itu semua Jay abaikan.

"Mungkin kamu yang ngerasa tersaingi sama si Kiki." Akhirnya Jay berkata setelah beberapa menit setia mendengarkan celotehan Fino.

"Jelas..." sahut Fino dengan tampang percaya diri.

"Bahas yang lain napa. Yang lebih gokil."

"Emmmm..." Fino berpikir tentang apa yang hendak ia ceritakan kepada Jay.

Fino dan Jay menoleh ke arah panggung berdiri karena mendengar jeritan keras yang membuat mereka berdua tentunya kaget.

Betapa hatiku berse.. dih...

Mengenang kasih dan sayang... mu...

"Oh my god!"

"Maeumi apha..." (Hatiku sakit)

"This cogan is visual!"

Kata terakhir dinyanyikan Kiki dengan wajah tersenyum menatap penonton siswi, hal itu membuat para penonton tentu saja menjerit keras bersamaan.

Setulus pesanmu kepada... ku

Engkau.. 'kan menunggu...

Fino berusaha mengabaikan. "Kamu itu dulu-kan deket sama si Karin?" Fino sempat menatap Jay ketika dirinya mengucapkan nama Karin. Fino segera mengurungkan niatnya setelah Jay menaruh tatapan sinis pada dirinya.

Jay mengalihkan tatapan sinisnya dari wajah Fino ke area lapangan, "lanjutin," lanjutnya.

"Setelah aku putus sama si Karin, kamu 'kan jadi deket tuh sama dia, aku sampai mengira-ngira kalian itu bakal jadian, mengingat kalian itu akrab banget. Tapi ternyata perkiraan aku itu salah. Beruntung juga perkiraan itu salah. Jadinya kamu nggak jadian sama si Karin." Fino bercerita.

"Terus?"

Andaikan kau datang kemba... li....

Jawaban apa yang 'kan ku... beri

Adakah cara yang kau temui

Untuk kita... kemba... li... lagi???

"Jelas ada dong..."

"Kapan pun aku siap kembali padamu."

Kiki yang harus mendapatkan emosi sedih untuk menyanyikan lagu itu, dibuat tersenyum lebar akan teriakan penonton untuknya. Setidaknya ia tak lagi kesepian saat memiliki anggota band mengiringi nyanyian dan para penonton setia memberikan respon akan suaranya.

"Kenapa setelah itu kamu sama Karin jadi jauhan gitu?"

"Ada hal yang nggak bisa aku ceritain ke elu."

"Ish. Tapi inget Jay! Kalo kamu itu berani nyakitin Karin, aku nggak bakal diem aja!"

"Oke. Kamu boleh ngelakuin apa aja kalo aku ini nyakitin Karin!"

"Oke."

"Sudah berkali-kali aku menyakitinya."

Kedua teman itu kembali menatap seisi lapangan sepak bola. Kedua mata mereka menyipit saking terangnya sinar matahari di siang hari. Mata Jay yang tatapannya cukup tajam. Setajam tatapan burung elang dan mata Fino yang kehijau-hijauan menuruni mata ayahnya.

~Good Boy Gone Bad~

***


Daniel Jorki Pratama

Daniel Jorki Pratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang