| 045 | GBGB

490 40 3
                                    

045

~Good Boy Gone Bad~

"Udah nyampe?" tanya Karin pada kakaknya yang sedang duduk di teras rumah, "lima puluh ribu, 'kan?" lanjutnya. Tadi Karin diminta kakaknya itu untuk membeli pulsa di warung terdekat.

"Udah," sahut Kevin singkat.

"Ini nomer hp-nya Mas Tino!

"Sini!" pinta Kevin sembari menjulurkan tangannya meminta nomor kontak Tino. Nama seseorang yang menjadi pemilik warung sembako, jual pulsa, paketan, kartu hp dan lain sebagainya.

"Di WA."

Menyadari hal itu, Kevin menarik kembali tangannya dan merasa sedikit salah tingkah. Jaman sekarang masa iya ngasih nomor hp pake catetan di kertas. Langsung kirim aja melalui pesan atau tulis nomor itu di kontak hp seseorang.

Instan, gak pake lama~ anak jaman now.

***

Di malam hari, Kiki sedang berjalan-jalan di jalanan pedesaan untuk mencari udara segar. Cahaya rembulan di malam hari menyinari jalanan yang tampak gelap itu. Bintang-bintang bertaburan menghiasi langit malam. Malam itu tampak sepi. Sesepi hidupnya saat ini. Sendirian tanpa sosok keluarga ataupun teman. Ia datang ke desa ini sebab ada tujuannya.

Kiki berjalan sembari menikmati lagu dari smartphone-nya yang ia dengarkan melalui headshet. Headshet berwarna putih terpasang di kedua telinganya. Ia sempat berhenti saat menyaksikan kejadian yang mungkin biasa saja menjadi sangat mengejutkan. Seorang gadis sedang diperlakukan kasar oleh seorang pria di gang sempit.

Pertama yang Kiki lihat adalah gadis itu jatuh tersungkur di tanah. Lalu pria yang berada di dekat gadis itu mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Uluran tangan pria itu diterima oleh sang gadis. Setelah kedua tangan itu bersentuhan, bukannya menarik gadis itu dengan pelan dan membuatnya berdiri, tetapi pria itu malah membenturkan gadis itu pada dinding gang dengan kasar.

Pria itu tampak mengucapkan sesuatu pada si gadis. Gadis itu dibuat menangis akan ucapan pria itu.

Kiki yang tidak tahan dengan aksi itu, berniat menghentikan aksi itu. Ia berjalan cepat mendekati insiden itu dan langsung menarik kerah baju pria yang menyakiti sang gadis. Lalu, ia hantam wajah pria itu yang ternyata adalah Jay. Kiki menyuruh gadis yang menjadi korban kekerasan itu yang ternyata adalah Karin untuk pergi menjauh.

Kiki mencengkeram kerah baju Jay lagi. Jay sudah terjatuh ke tanah saat tadi Kiki menghantam wajahnya. "Elo ngapain, hah?!" Kiki sering menggunakan bahasa lo-gue di kota tempat tinggalnya dan jujur ia kesusahan menggunakan bahasa formal di setiap keadaan. Tapi ia sedikit merasa lega saat rekan bicara menerima responnya menggunakan bahasa gaul.

Kiki menarik kerah baju Jay hingga membuat ia berdiri. Lalu ia menghantam sudut bibir Jay dengan keras. Cairan berwarna merah mulai keluar dari sudut bibir Jay.

"Nggak usah ikut campur! Ini bukan urusan kamu!" Jay mencoba untuk bangun dari jatuhnya sembari mengelap sudut bibirnya yang merah. Sebab darah mulai membasahi bibirnya.

"Itu jadi urusan gue juga saat seorang gadis dirundung sama cowok kek elu. Perempuan itu ada untuk dihormati, bukan disakiti."

"Elo punya ibu, 'kan? Ibu elo perempuan. Harusnya elo sadar, nggak boleh nyakitin perempuan. Bayangkan aja kalo yang disakiti sama cowok kasar itu ib―"

Bugh

Jay tak tahan dengan ucapan Kiki. Ia sudah menjatuhkan hantaman di tulang pipi Kiki. Jay memperhatikan ekspresi Kiki memberikan smirk padanya.

"Kalo ngomong disaring dulu," ucap Jay, datar.

"Kalo bertindak dipikir dulu." Kiki tak ingin kalah.

Kiki berjalan melintasi Jay dan menaruh tatapan mengancam pada Jay. Ia tabrak lengan Jay dengan kasar dan membuat Jay sempat membentur dinding pelan.

"Ternyata ada juga ketus OSIS yang sikapnya sekotor elo," ejek Kiki dari arah belakang Jay.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang