| 021 | GBGB

764 71 9
                                    

021

~Good Boy Gone Bad~

Jay yang kurang kerjaan, sengaja datang ke pos ronda RT 02/05, pos ronda RT sebelah, dimana dirinya akan mudah ditemukan oleh Genk Gaib. Jay ternyata tidak jera dengan apa yang telah dilakukan geng itu pada dirinya. Beberapa hari yang lalu wajahnya dibuat babak belur oleh anggota geng itu.

"Kamu ngapain disini?"

"Bukanya kamu Jay? Siswa SMA Bumi Pertiwi?

"Amar bilang, kamu itu sempat nolak ajakan dia buat gabung ke geng ini?"

"Ternyata kamu orangnya."

"Pantes juga," puji salah satu anggota Genk Gaib sembari memperhatikan perawakan Jay. Selain tingginya sekitar 180 cm, otot-ototnya juga sudah mulai terbentuk dengan jelas.

Ucapan beberapa anggota Genk Gaib tidak digubris oleh Jay yang sedang duduk bersila di pos ronda. Kepulan asap keluar dari mulutnya. Ia sedang menikmati rokok itu. Anggota geng itu langsung saja duduk di pos ronda tanpa mempedulikan Jay yang ada disana juga.

"Mau?" tanya salah satu anggota geng itu seraya memberikan segelas minuman kepada Jay.

Dari bau minuman itu, Jay tahu bahwa itu adalah minuman keras. Pikiran Jay saat ini sedang tidak karuan. Ia ingin bersenang-senang sebentar. Kenangannya yang selama ini selalu terngiang-ngiang di kepala membuat dirinya tidak bisa hidup tenang.

Jay langsung meneguk minuman keras itu sampai habis. Segelas, dua gelas, tiga gelas, sampai minuman itu menguasai dirinya. Sekarang ia hilang kesadaran. Pikirannya melayang-layang entah kemana. Menyadari hal itu Genk Gaib hanya masa bodo. Tidak mempedulikan kondisi Jay sama sekali.

Sampai beberapa waktu kemudian, anggota geng itu pergi meninggalkan Jay di pos ronda sendirian. Sebentar lagi para warga yang bertugas menjaga pos ronda itu akan mulai melaksanakan tugas malamnya. Jay yang diketahui sebagai warga RT 01/05 sedang tidak sadarkan diri di pos ronda RT 02/05, akan membuat warga RT 01 menganggap dirinya sebagai tukang minum. Tidak hanya itu, mungkin pendapat seseorang terhadap warga RT 01 yang semulannya pendapat itu terkesan baik, berubah menjadi pendapat pedas.

"Jay."

Karin menyadari seseorang yang dikenalnya dalam keadaan tidak sadarkan diri, tentu kaget. Pria yang menjabat sebagai ketua OSIS di sekolahnya itu ternyata memiliki sikap yang jauh berbeda saat dirinya menjadi warga desa.

"Kamu mabuk?" tanya Karin menyadari bau minuman keras ketika mendekati tubuh Jay, "ngapain kamu pake minum-minuman keras coba? Di RT sebelah? Malu-maluin RT sendiri! Haram juga," sindir Karin pada pria yang sedang tidak sadarkan diri itu.

Karin tadi baru saja pergi ke warung RT 03/05 bersama Fino. Tetapi, ia harus pulang dengan berjalan kaki sebab ulah tiga anggota Genk Gaib. Beruntung jarak satu RT dan lainnya tidak terlalu jauh.

"Pergi sana," ucap Jay dengan nada lemah menyuruh Karin pergi. Matanya tidak terbuka lebar. Sehingga tatapan elang dimatanya tidak tampak.

"Ayo turun!" Karin memegang kedua bahu Jay dan meminta dirinya untuk turun dari pos ronda itu.

"Lepas!" Jay meronta-ronta agar Karin melepaskan dirinya.

"Ayo cepetan!" pinta Karin dengan wajah kesal. Meski Jay sering bertindak kasar pada dirinya. Tidak membuat Karin melakukan hal yang sama pada pria itu.

Jay mulai turun dari pos ronda itu. Karin membantu Jay turun dari pos ronda itu. Sebab Jay tidak bisa berdiri dengan tegap. Ia terlalu mabuk.

"Pake sandalnya!"

Jay memakai sandalnya sesuai perintah Karin. Lalu Karin merangkul Jay dan mengantarnya pulang. Tinggi badannya yang lebih rendah sekitar dua puluh sentimeter dari Jay membuat dirinya kesulitan membawa pria itu pulang. Ditambah lagi dengan kondisinya saat ini yang sedang mabuk.

"Berat amat si!" gerutu Karin seraya tetap merangkul Jay.

Perjalanan yang hanya dirinya bisa tempuh selama sepuluh menit menuju rumahnya, bisa menjadi tiga puluh menit. Jay yang tidak sadarkan diri, hanya mengikuti arah Karin membawa dirinya. Tubuhnya yang lemas, membuat dirinya seperti tidak memiliki tulang.

"Aku nggak butuh bantuan kamu! Pergi sana!" ucap Jay sembari melepaskan diri dari rangkulan Karin.

"Bisa diem nggak sih?" Karin langsung merangkul Jay kembali ketika pria itu mencoba melepaskan rangkulannya. "Meski kamu itu sering nyakitin aku, tanpa alasan yang jelas, aku tetep ngebantuin kamu saat kesulitan. Seharusnya kamu itu ... bersyukur atau gimana kek," lanjutnya. Ucapan Karin hanya mendapat senyuman sinis dari Jay.

~Good Boy Gone Bad~

***

Good Boy Gone BadDove le storie prendono vita. Scoprilo ora