| 040 | GBGB

548 42 2
                                    

040

~Good Boy Gone Bad~

Namun, tangannya ditarik saja oleh Jay.

"Makasih!" ucap Karin dengan nada datar. Ucapannya tidak mendapat respon dari Jay beberapa saat.

"Lain kali hati-hati!" Jay langsung meninggalkan Karin, menjauh mungkin mengurus perlombaan yang lain.

Karin sempat bingung dengan ucapan Jay tadi. Sejak kapan pria itu mempedulikan dirinya? Ouh! Mungkin pria itu sedang bersikap sok baik terhadap dirinya. Sebab sekarang ini mereka sedang berada di sekolah. Jay tidak ingin sikap buruknya diketahui oleh orang lain. Jadi, Jay pura-pura peduli dengan Karin saat di depan warga sekolah.

Orang yang berkali-kali membuat Karin tersungkur di tanah, orang itu juga yang membantu dirinya bangun dari jatuh untuk pertama kalinya.

Disisi lain, perlombaan futsal berlangsung di lapangan yang sama untuk lomba yang diselenggarakan pada hari itu juga. Lapangan itu cukup luas untuk menyelenggarakan beberapa jenis lomba. Perlombaan itu akan berlangsung selama satu minggu. Tepatnya lima hari.

Jay yang sibuk kesana-kemari dari tadi, sempat merasa lelah. Ia pun berhenti mengurus tugasnya dan duduk di atas panggung bersama pengurus OSIS lainnya. Ia ambil sebotol air mineral dari kardus yang disediakan untuk para panitia pengurus acara tujuh belasan itu. Ia buka tutup botol itu dan diteguknya air itu sampai menyisakan setengah botol itu saja.

"Haus apa haus?" tanya salah satu teman Jay yang sama-sama sedang duduk di atas panggung.

"Pake nanya," sahut Jay. Bulir-bulir keringat menempel di dahinya.

"Resiko jadi ketos emang kayak gini, Jay," ucap teman Jay yang tadi.

"Lagian udah biasa, capek," singkat Jay.

Jay memperhatikan seisi lapangan itu dari atas panggung. Banyak siswa-siswi yang antusias dalam perlombaan yang pengurus OSIS rencanakan. Ia merasa lega bisa membuat acara sebesar ini berjalan dengan lancar. Tentunya bukan karena dirinya saja acara itu bisa sebaik ini. Banyak pengurus OSIS lain yang siap membantu dirinya menyiapkan acara tujuh belasan. Pihak sekolah juga memberi bantuan dan dukungan atas terselenggaranya acara itu.

Jay memicingkan matanya kepada seorang gadis yang melambai-lambaikan tangannya di depan sana. Gadis itu berlari menuju posisinya saat ini. Semakin dekat posisi gadis itu, Jay bisa tahu jika itu adalah mantan pacarnya. Salma si Waketos (Wakil Ketua OSIS).

"Ada yang mau ketemuan nih? Kita tinggal yuk!" ajak salah satu teman Jay yang sedang duduk di atas panggung itu.

"Masih banyak yang harus kita urus terkait perlombaan hari ini. Jadi, kita cabut dulu, Jay!" Semua teman-teman Jay yang ada di atas panggung itu langsung pergi meninggalkan dirinya saat Salma datang menghampiri Jay.

"Minum!" pinta Jay sembari memberikan sebotol air mineral pada Salma yang tampak terengah-engah.

"Makasih," sahut Salma yang langsung menyambar minuman itu. Diteguknya air minum itu sampai menyisakan tiga perempat bagian.

"Kamu kenapa lari-lari? Emang ada yang penting?" tanya Jay menyadari tadi Salma berlari menhampiri dirinya dengan wajah cemas.

"Aku mau minta maaf!"

"Kalo buat masalah itu aku―"

"Jangan ge-er dulu, Jay! Aku bukan mau mbahas masalah itu lagi! Aku mau minta maaf atas kelakuan kakak aku sama teman-temannya," jelas Salma dengan tatapan tertuju pada orang-orang di depan sana.

"Emang kakak sama teman-temannya kenapa?" tanya Jay dengan tampang muka bingung.

"Aku belum ngasih tau ke kamu kalo kakak aku itu anggota Geng Gaib. Nama kakak aku itu Leo. Salah satu anggota geng itu."

Penjelasan Salma membuat Jay sempat kaget. "Postur tubuhnya seperti orang Amerika-han, wajahnya putih. Sebab ia suka make facial foam aku."

Jay yang semula merasa agak kesal akan fakta bahwa Salma adalah adik dari seorang anggota Genk Gaib, sempat tertawa akan kekonyolan kakak Salma itu.

"Oh yang itu. Aku tau. Waktu itu aku sempet ngeliat orang yang kamu jelasin itu. Terus masalahnya apa?"

"Ibu kamu kehilangan tas?"

Jay sempat bingung akan pertanyaan Salma. Sampai akhirnya ia baru ingat jika beberapa hari lalu, ibunya sempat menjadi korban pencopetan. Tapi darimana Salma tahu akan insiden yang dialami ibuku? Apakah aku pernah mengatakan hal itu padanya? Sebentar, jangan jangan?! pikirnya.

Salma yang mendapat tatapan mata tajam Jay langsung berkata, "jangan marah oke! Aku juga nggak tau tingkah mereka sampai sejauh itu."

"Terus dimana tas ibu aku?"

"Aman sama aku. Waktu itu aku liat tas ibu kamu ada di kamar kakak aku, terus aku ambil tas itu dan liat isinya. Ada KTP disana, yang bisa aku gunakan untuk mengetahui pemilik dari tas itu. Ternyata pemilik tas itu adalah ibu kamu―"

Salma berhenti menjelaskan saat melihat Jay turun dari panggung dan mendekatinya.

"Waktu itu kan aku pernah ketemu sama ibu kamu. Jadi aku tau betul foto siapa yang ada di KTP itu. Aku ambil tas itu dan berniat ngembaliin tas itu ke ibu kam―"

Jay mendekap Salma.

Dari balik punggung Jay, Salma bisa melihat Karin memperhatikan mereka berdua. Salma segera mendorong Jay tapi Karin sudah melengos pergi lebih cepat darinya melakukan aksi itu.

"Terus dimana tas ibu aku? Sini balikin!"

"Ish. Ikut aku!"

Salma turun dari atas panggung dan diikuti oleh langkah Jay. Jay merasa lega sebab ia bisa mendapatkan tas ibunya kembali. Ibunya pasti akan merasa senang setelah Jay berhasil menemukan tasnya kembali. Setelah insiden pencopetan itu, ibunya selalu stres memikirkan tasnya yang kena copet.

"Mungkin ada barang dari tas itu yang sudah di pake sama kakakku dan teman-temannya. Jadi, jika ada beberapa barang yang hilang aku nggak tau," jelas Salma sembari tetap berjalan beriringan dengan Jay.

"Yang penting hilangnya jangan kebanyakan." Jay dan Salma tertawa bersamaan.

Setelah tertawa beberapa detik, Salma langsung berhenti tertawa dan berjalan mendahului Jay, "Ngapain aku peduli sama dia si?" gerutu Salma.

"Salma," panggil Jay.

Salma menoleh, "kenapa?"

"Thanks," ucap Jay tulus dengan senyuman khasnya.

"Lain kali jangan main peluk orang sembarangan," ucap Salma.

Jay terkekeh mendengar ucapan Salma barusan.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadWhere stories live. Discover now