Menggigit bibir, gadis itupun kembali menunduk lalu berdiri dengan enggan. Di ikuti Rifka di sebelahnya yang menghela nafas berat. Dalam hati Wina ngedumel, kalau seperti ini terus, bisa-bisa dia terkenal di satu fakultas karena sering kena tegur dan dihukum.
Ridan yang kemudian ikut berdiri, memandang Wina dan Rifka dengan cengiran minta maaf, dan berjalan di belakang Riko yang sudah mendahului mereka. Sumpah, saat itu rasanya Wina mau melakukan tindak kekerasan! Minimal nonjok muka Ridan yang ngeselin misalnya.
Menuju podium, diam-diam Wina melirik Axel, yang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada dan memandang Riko dengan acuh tak acuh. Kalau dipikir-pikir, Riko menghampiri mereka setelah dia berbicara dengan Axel. Apa mungkin Axel yang mengadukan mereka? Kok kesannya kayak dia ngincer gue banget sih? Tiga kali dihukum, semuanya gara-gara dia! Napas gue aja belum bener dari disuruh lari tadi, sekarang harus dihukum lagi?!
"Kamu lagi." Nada itu terulur dengan malas, dari seorang senior yang tadi pagi juga menghukum Wina. Mika.
Wina semakin menunduk, salah tingkah! Fix! Para senior sudah mengenalnya, tapi jelas bukan dari jalur prestasi!
Argh!!! Ini semua gara-gara lu, Ridan! Mudah-mudahan lu dimakan hiu di pantai selatan!!!
***
Wina menyeruput sekotak minuman jeruk yang dia bawa atas suruhan para senior kemarin--minuman yang bertajuk kanibal. Pandangannya melamun, sementara para mahasiswa baru di sekelilingnya mulai berkumpul dalam kelompok-kelompok pribadi, menyantap makan siang bertema yang diperintahkan para senior di hari sebelumnya.
Gadis berambut sepunggung itu mulai memikirkan banyak hal di kepalanya, semua itu berkisar tentang ketua BEM tampan yang terus-menerus berurusan dengannya. Wina jelas memiliki dugaan, tapi sampai detik ini dia tidak yakin, dan tidak tahu bagaimana mengkonfirmasikannya. Apakah mereka benar-benar saling mengenal? Tapi wajah itu? Dia jelas tak mengingatnya. Karena orang tampan seharusnya tidak bisa dilupakan, kan?
"Wina gak makan?" Rifka memecah lamunan Wina. Gadis itu duduk di depannya, tengah menyuapkan bekal dari kotak makan siang yang dia bawa. Menunya sama dengan milik Wina. "Masih kesal sama Ridan?"
"Hah?" Butuh beberapa detik bagi Wina untuk menyadari apa yang dikatakan Rifka, sebelum meletakan minumannya dan mengedikan bahu. "Belum lapar, dan ya Ridan minta dibunuh banget!" Jawabnya kesal, mengingat kejadian tadi yang membuat mereka bertiga harus dihukum. Untung saja kali ini pemuda itu sadar untuk duduk jauh-jauh dari mereka, kalau tidak Wina bisa khilaf mencakarnya.
"Setuju." Ujar Rifka singkat, sebelum kembali menyuapkan nasinya.
Memainkan sedotannya, Wina menatap gadis di depannya itu dengan ragu-ragu. "Rif, kayaknya Kak Axel gak suka sama gue deh."
Rifka melirik Wina, lalu menelan nasi di mulutnya. "Kok lu bisa bilang gitu? Kenapa?"
"Habisnya, dia kayak ngincar gue buat dihukum banget." Wina menusuk-nusuk sedotannya pada kotak minumannya. "Kayak tadi, sebelum Kak Riko nyamperin kita gue liat dia ngomong sama Kak Axel. Jadi gue pikir, jangan-jangan Kak Axel yang bilang ke Kak Riko makanya doi sadar kita ngobrol."
"Hm... Bisa jadi sih." Rifka mengangguk-angguk, tampak berpikir. Lalu pandangannya kembali terfokus pada Wina. "Tapi alasannya apa dia ngincar lu buat dihukum? Emang kalian saling kenal?"
Reflek Wina menggeleng, bahkan gadis itu tak memikirkannya terlebih dulu. Padahal, dia sudah mulai curiga.
"Nah, kalau kalian gak saling kenal, jadi buat apa dia nyusahin lu? Atau maksud lu, jangan-jangan dia suka sama lu gitu? Jadi nyari perhatian?" Itu bukan tuduhan, Rifka hanya mengutarakan apa yang dia pikirkan. Tapi pertanyaan itu jelas membuat Wina terkejut.
YOU ARE READING
Clockwork Memory
RomanceNatasha Vienna (Wina), seorang mahasiswi baru yang tengah bersemangat menjalani awal kehidupan kampusnya. Bertekad untuk memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan para senior, bertemu dengan seorang ketua BEM yang menjadi idola satu fakultas...
Chapter 5
Start from the beginning
