64: AKHIR

1.4K 113 3
                                    

Dengan ponsel dan earphone yang tertancap di telinganya, kini Ayna sedang menunggu di sebuah gerai kopi kesukaannya. Sesuai titipan Viola, ia memesan dua americano dan satu signature chocolate untuk Melody.

Setelah pesanannya selesai Ayna kembali masuk ke mobil lalu menuju ke komplek rumah Viola. Di perjalanan dia tampak tertawa kecil sambil sesekali merapikan rambutnya menatap ponsel, "Aku rekam boleh gak?" tanya Ayna.

Pria yang ia lihat di balik telepon mengangguk. "Buat apa?"

"Kalo rindu, bisa diliat lagi."

Pria itu tertawa, ia masih memainkan gitarnya dari balik kamera. Memetik senarnya masih bingung mau bernyanyi lagu apa. Pria itu adalah Fathur yang sekarang berstatus pacar Ayna.

"Kamu jam berapa gerak ke bandaranya?" tanya Ayna.

"Bentar lagi."

Ia hanya membalas dengan anggukan. Mobil Ayna sudah masuk di sebuah komplek perumahan milik Viola. Kompleknya tampak sepi, rumah Viola tidak jauh dari depan komplek. Mobilnya hanya perlu lurus lalu berbelok ke arah kiri dan akan langsung melihat rumah milik Viola.

Petikan gitar Fathur sudah memulai nada-nada indah. Ayna mencari mode rekam layar untuk merekam Fathur. Sembari berjalan ia masuk ke dalam rumah Viola yang pagarnya terbuka lebar.

"Eh udah dateng." sambut Viola yang tengah membersihkan peralatan untuk bakar-bakar nanti.

"Sendiri, La?" tanya Ayna. Ia meletakkan kopi yang ia bawa di sebuah bufet lalu menuju ke tempat Viola yang sedang membersihkan beberapa pisau, jepitan untuk membalikkan ayam dan panggangan.

"Iya. Melody sebentar lagi sampe kok tadi gue udah telpon. Oh iya, gue pesen pizza buat kita. Mungkin bentar lagi juga sampe."

Ayna mengangguk. Ia meletakkan ponselnya di meja. Sesekali ia berbicara dengan Fathur dari balik telepon.

"Siapa?" tanya Viola.

"Fathur."

Viola menyipitkan matanya, dengan tatapan menyelidik ia menyenggol Ayna. "Oh jadi sekarang sama Fathur," ia mengambil ponsel milik Ayna lalu mengarahkannya ke wajahnya. "Fathur selamat ya, awas lo kalo Ayna sampe ketahuan nangis."

Fathur di balik kamera hanya tersenyum tipis lalu meminta ponselnya dikembalikan ke Ayna.

"Aku jalan dulu." ujar pria itu.

r e p i t i e n d o

Melody sudah sampai di rumah berwarna putih yang pagarnya terbuka lebar ini. Ia sedang menunggu kembalian dari ojeknya sebelum masuk ke rumah.

Pikirannya masih berputar di satu titik. Ucapan Kavin sebelum ia pergi. Daritadi itu sangat mengganggunya, meski seharusnya ia tidak perlu lagi mendengar kata-kata Kavin. Toh, niat pria itu sebelumnya juga jahat padanya.

"Mau kemana?" tanya Kavin pada Melody yang sedang menunggu ojeknya sampai.

"Ke rumah Viola." jawab Melody singkat. Dilihatnya ekspresi Kavin berubah ketika ia menyebutkan tujuannya.

"Mel kamu di rumah aja ya. Jangan pergi." ujar Kavin melarang. Ia takut sampai disana akan terjadi sesuatu kepada Melody.

"Batalin aja ojek kamu. Di rumah aja, jangan kemana-mana dulu. Apalagi ke tempat Viola."

Semalam Viola mengirim pesan kepada Kavin, menawarkan kembali sesuatu yang sudah jelas akan ditolak olehnya. Lalu setelah itu, gadis itu bersikeras akan melakukannya sendiri.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang