29: ABANG

1.7K 124 1
                                    

Nyatanya dunia ini memang dipenuhi oleh kebohongan dan sandiwara. Kita hanya tinggal menjalankan peran tanpa harus sibuk mencari tau. Karena semua jawab atas itu dikendalikan oleh waktu.

-Irama Melody Clasininda-

r e p i t i e n d o

Dari arah sini Melody dapat melihat sebuah punggung membelakanginya. Pria tegap dengan setelan sporty yang tengah berbicara dengan guru piket itu sudah pasti Kavin. Namun untuk apa pria itu menjumpainya di jam sekolah. Mungkin ia akan mendapatkan jawaban setelah ini.

"Ody tunggu!" Aldi menggenggam tangannya hingga memberhentikan langkah Melody.

"Kenapa?"

"Lo mau ketemu sama om-om itu?"

Melody berdecak sebal, lalu melepaskan tangan Aldi dengan lembut. "Aldino Krastin Srendana, dia bukan om-om. Lagian dia cuma beda berapa tahun sama kita. Udah deh, jangan nahan-nahan."

Aldi mendengus mendengar kalimat Melody. Ia melemaskan langkahnya lalu kembali mengikuti gadis itu. Sempat tertinggal jauh, kini ia mulai menyamakan langkahnya hingga sampai ke meja piket.

"Melody." panggil Kavin sambil tersenyum. Manis sekali.

Aldi memasang wajah mau muntah sembari menyisir rambut hitamnya dengan tangan.

"Kamu ngapain disini? Saya rasa tidak ada yang mencari kamu. Itu lagi baju kamu dimasukin. Dasi kamu dibenerin. Itu apalagi bibir kamu? Kamu pake lipstick?" tanya Bu Iis, guru piket yang notabene adalah temannya Pak Darto. Ibaratkan dia adalah Pak Darto versi wanita.

Aldi membulatkan matanya. Semula ia tak perduli dengan celotehan Bu Iis yang mengurusi seragamnya. Namun soal bibirnya yang memakai lipstick itu jelas sudah melukai harga dirinya. Apalagi sekarang Melody dan Kavin menertawainya.

"Bu, ini asli ya. Natural colour. Ibu ga bakal bisa nyari lipstick yang alami kaya gini warnanya." protesnya.

Bu Iis tidak menghiraukan protes dari Aldi. Kini ia memerintahkan Melody untuk tandatangan di buku catatan izin permisi untuk pulang.

"Loh?"

"Kamu pulang bareng aku. Ada hal penting." perjelas Kavin.

"Apalah yang lebih penting dari pendidikan dan belajar? Lo ga ngasih contoh yang baik buat bocah kaya dia. Malah mau ngajak bolos lagi. Gak boleh! Gak!" Aldi mengambil bolpoin di tangan Melody.

"Eh--kamu itu ga ada sopannya sama tamu."

"Dia ngajak Melody bolos. Ibu ngasih?"

"Jangan ikut campur Aldi. Kamu aja belum bisa jadi contoh yang baik sebagai anak dari kepala sekolah. Kenapa harus mencampuri urusan Kavin dan Melody?"

Skakmat! Aldi kini tak punya alasan untuk menahan Melody agar tidak pergi dengan Kavin.

"Lari keliling lapangan 10 kali!" perintah Bu Iis.

"Males ah, Bu. Capek saya mau tidur dulu di ruang kesehatan." ucap Aldi sambil melongos pergi tentu saja dengan bolpoin di tangannya. Panggilan dari Bu Iis yang ingin memarahinya tidak dihiraukan. Ia terus berjalan seperti tidak ada suara. Selain suara sapaan dari degem-degem yang ada di koridor.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Where stories live. Discover now