3: MEMORI INGATAN

2.5K 174 2
                                    

Samar-samar penglihatannya kabur namun akhirnya ia dapat membuka matanya dengan jelas. Melody membuka matanya lalu sempat terkejut saat tahu bahwa dirinya kini berada di ruang kesehatan sekolah. Melody segera bangkit namun tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Ia pun kembali membaringkan tubuhnya lalu menatap ke sekelilingnya.

Krek

"Udah bangun Ody. Ini tante bawain kamu teh anget." Melina masuk lalu duduk di sebelah ranjang Melody.

Mata Melody membulat jelas. Wanita paruh baya di depannya ini membuat ia teringat kembali akan kilasan masa lalunya. Melody makin pusing.

"Eh kamu kenapa? Ini diminum dulu teh nya." Melina memberikan teh itu ke Melody lalu meminumkannya.

Melody meneguk air manis yang kini mulai menghangat di tenggorokannya. Ia sesekali melirik kearah wanita paruh baya yang wajahnya mulai terputar di otaknya. "Tante Imel?" lirih Melody.

Melina tersenyum. Akhirnya anak ini menyebut namanya. "Iya sayang."

"Beneran tante Imel?"

"Jadi siapa lagi kalau bukan tante. Kamu kemana aja Ody? Udah hampir dua tahun. Tante rindu kamu, juga mama kamu." Melina merengkuh Melody dalam pelukannya. Masih terasa hangat sama seperti dua tahun yang lalu saat Melody memutuskan pergi dan tidak tau akan kembali atau tidak.

Melina mengelus-elus punggung Melody membiarkan gadis itu mendapatkan kehangatan. Setelah berpelukan beberapa lama, Melody melepas pelukan itu lalu mulai dihadiahi pertanyaan oleh Melina.

"Kamu kenapa sayang? Kok bisa pingsan. Kebetulan tante lagi ga ada pasien. Kamu boleh cerita." tawar Melina.

Melody tertegun. Haruskah ia bercerita kalau ia pernah mengalami kecelakaan hingga membuat benturan di kepalanya sampai-sampai ia amnesia? Melody sekarang benar-benar ingat semuanya. S-e-m-u-a-n-y-a. Hanya saja rasa pusing itu masih menjalar di kepalanya.

"Melody pernah amnesia. Hari ini tepatnya juga Melody jumpa sama Aldi dan akhirnya, Melody inget semuanya. Melody bahkan baru nyadar kalo om Hakim adalah papanya Aldi. Kehadiran Aldi buat Melody inget semuanya. Tapi setelah Melody inget malah jadi pusing. Saking pusingnya sampe pingsan deh." jelas Melody.

Melina mendekat lalu mengelus rambut halus milik gadis di depannya, "Walaupun kamu ingat tapi ada sebaiknya gak usah kamu fikirin. Ini berarti kamu udah terbebas dari amnesia kamu. Kalo tante boleh tau, kamu kecelakaan gara-gara apa? Apa gara-gara amnesia ini kamu ga balik lagi ke Jakarta saat itu. Tante, Aldi, Om Hakim, Luna, semuanya rindu sama kamu. Rumah tante jadi sunyi karena gak ada kamu dan keluarga kamu lagi di sebelahnya."

Tiba-tiba airmata jatuh dari sudut mata Melody. Awalnya hanya satu titik namun kini sudah berkumpul menjadi banyak. "Kamu kenapa Dy?" tanya Melina panik. Apakah Melina salah bicara? Perasaan ia hanya berkata jujur bahwa ia kesepian saat tidak ada Melody. Itu saja. "Mel? Tante salah ngomong ya."

Melody menggeleng. Ia menyeka airmata nya. "Tante Imel ga salah kok. Melody jadi teringet sama papa. Sebenernya.."

Flashback on

Tangisan seorang gadis membuat penasaran seorang pria yang kini tengah mengambil minum karena haus. Ditengah malam begini, ada suara gadis menangis membuat bulu kuduk Jaztin naik. Ia berjalan kearah sumber suara yang membawanya ke ruang tamu. Saat hampir sampai ia tiba-tiba terkejut saat mendapati papanya yang baru keluar dari kamar.

"Astagfirullah.. papa ngagetin aja!" Jaztin memegangi jantungnya lalu menatap kearah papanya.

"Kamu kenapa belum tidur?"

"Ssst. Papa diem dulu. Coba papa denger deh, ada suara nangis."

Fredy mencoba mendengarkan dengan jelas dan benar saja ia mendengar suara tangisan. Mereka saling tatap-tatapan lalu berjalan kearah ruang tamu.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang