13: BIKIN KUE

2.1K 134 1
                                    

Sebuah pesan masuk yang berturut-turut membuat Aldi akhirnya melihat lagi ponsel miliknya.

Arnold: Al, kita harus balik. Kue mama lo kita letak di kulkas. Kado di meja. Titip salam sama tante Imel.

Arnold: Oh ya, Melody udah jalan pulang.

Aldi merutuki dirinya yang bodoh karena malah hanyut dalam suasana ngobrol dengan Valerie. Ia langsung pamit lalu keluar dari pekarangan rumah Valerie. Saat ia sampai di depan pagar ia masih bisa melihat tas berwarna soft pink milik Melody belum menghilang dari komplek. Dengan cepat ia berlari untuk menyusul gadis itu.

"Ody!" teriak Aldi.

Gadis pemilik nama itu hanya terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun karena ia kenal betul pemilik suara khas yang barusan meneriakkan namanya. Pria yang kembali membuka luka lama yang telah ia sembuhkan dengan kerasnya.

Tiba-tiba saja pria berkulit putih itu sudah ada di sebelah Melody. Ralat, dia sekarang sudah ada di depan Melody dan menghalangi jalan gadis itu.

"Sorry gue lama. Kenapa pulang sih? Ayo kita balik latihan Dy." bujuk Aldi.

"Bahkan lo ga berhak minta maaf atas kesalahan yang sama sekali gak lo perbuat. Lo gak lama kok, cuma setengah jam doang. Sebanding kan sama kaya tadi lo nunggu gue sama Kavin?" Melody tersenyum. Senyuman penuh arti yang dipaksakan itu membuat hati Aldi sedikit tercubit.

"Gue udah ga mood lagi untuk latihan. Lo bisa balik dan temenin kak Valerie jalan."

"Tapi kan gak mungkin gue ninggalin lo Dy. Kita lebih dulu janjian." ucap Aldi serius.

Melody menatap kedua bola mata Aldi. Ia dapat melihat pancaran keseriusan dari sana. Pancaran yang membuktikan bahwa Aldi emang menahannya dan lebih memilih latihan ketimbang jalan dengan Valerie. Mengingat nama gadis yang notabene kakak kelasnya itu membuat ego Melody kembali datang.

"Bukannya udah tradisi lama ya lo lebih milih cewe itu ketimbang gue?" Melody mengangkat dagunya sedikit sambil menaikkan sebelah alisnya.

Seperti ada sebuah batu besar yang menimpa kepala Aldi hingga menembus ke hatinya. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang dikatakan Melody. "Lo..tau?" tanya Aldi. Wajahnya kini berubah sangat masam dan Melody bisa melihat itu.

Melody mengangguk sambil tersenyum getir. "Gue tau dan gue inget betul. So, any question? If you have'nt question, I wanna go."

Aldi menggeleng lalu menggenggam kedua tangan milik gadis yang akan meninggalkannya ini. "Don't leave me. Kalo lo emang udah ga mood latihan gimana kalau kita bikin kue? Hari ini mama ulang tahun dan dia pasti bakal seneng banget kalo tau lo yang bikinin kuenya." tawar Aldi.

Penawaran Aldi cukup membuat Melody lupa dengan betapa kesalnya ia terhadap pria itu. Dengan perasaan kesal dan sakit hati karena luka lamanya kembali terbuka ia tetap tersenyum dan mencoba biasa saja. Melody mengangguk menerima penawaran Aldi lalu melepas genggaman pria itu. Ia memimpin jalan, kali ini lebih cepat hampir sedikit berlari agar pria itu tidak bisa menyamakan langkahnya.

Aldi menghela nafasnya lega. Akhirnya pembahasan lama itu tidak lagi perlu ia bahas. Ia sengaja berjalan lebih lambat dan tidak menyamakan langkahnya dengan Melody agar gadis itu tidak merasa terganggu dan tidak berubah fikiran untuk membuat kue dengannya.

r e p i t i e n d o

Melody melambaikan tangannya kepada keempat pria yang izin pamit untuk pulang. Entahlah padahal ia senang akan kehadiran keempat pria itu namun kini mereka harus pulang menyisakan ia dengan pria yang sangat menyebalkan di sebelahnya. Aldi kini sudah memakai kaos hitam dan celana selutut. Begitu juga dengan Melody, ia sudah memakai kaos putih kebesaran yang pastinya milik Aldi.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora