36: KELEMAHAN ALDI

1.6K 118 5
                                    

Kau kubiarkan bebas bukan untuk lepas.
Kau kubiarkan sendiri bukan untuk berjalan pergi.

-Aldino Krastin Srendana-

r e p i t i e n d o

Setelah peristiwa ditolaknya Aldi oleh Melody menyebar ke seluruh sekolah. Suasana di tempat duduk paling ujung barisan ketiga itu sangat canggung. Tidak ada lagi sorot jenaka yang bisa Melody lihat di pelupuk mata Aldi. Pria itu masih sama seperti Aldi yang dulu. Namun tidak untuk Melody. Layaknya dua orang yang berusaha membangun jarak. Tidak ada yang berani mengikis rasa egois demi sebuah percakapan yang tak harus berujung manis.

Bibirnya sempat terbuka sebelum Melody kembali merapatkan bibirnya. Dalam hati, dia ingin sekali memulai percakapan kecil. Mata bulatnya masih menatap satu objek yang sama. Tidak lagi setelah orang yang sedari tadi ia tatap kini melemparkan pandang ke arahnya.

Mata mereka bertemu dan terkunci dalam beberapa saat sebelum Aldi mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ekspresi yang ditampilkan pria itu tetap datar.

Setelahnya bunyi bel pulang terdengar. Aldi baru saja mau melangkahkan kaki keluar kelas, tetapi sebuah panggilan menghentikan langkahnya. Dihentikannya langkahnya tanpa berbalik untuk menatap seseorang yang baru saja menyebut namanya. Sebuah senyum kecut tercetak di bibirnya ketika ia mendengar kata selanjutnya yang keluar dari bibir gadis yang menyebut namanya itu.

"Aldi..gue boleh nebeng gak?"

"Gue bareng Ivana hari ini." ucap Aldi lalu memantapkan langkahnya keluar kelas.

Melody mengangguk pelan. Ia pernah dengar Viola menyebut nama itu. Ivana adalah satu dari antara gadis-gadis populer di sekolah yang pernah dekat dengan Aldi. Dari yang Melody dengar Ivana tidak sama pergaulannya dengan Valerie. Mereka berdua bahkan sering terlihat tidak akur karena Aldi.

Ayna yang berdiri di depan pintu kelas mendengar percakapan singkat antara Melody dan Aldi. Menyadari bahwa temannya tenggelam dalam lamunan ia pun datang menghampiri.

"Gak usah resah. Lo pulang bareng gue aja mumpung gue bawa mobil." Ayna tersenyum, tetapi tahu bahwa dia tidak mampu membangkitkan semangat gadis di depannya.

Melody menoleh sekilas sebelum tersenyum membalas ajakan Ayna. Setidaknya ia punya teman untuk diandalkan disaat seperti ini. Lagian dia butuh banyak bermain dengan Ayna mengingat waktu mereka yang sudah sedikit berkurang untuk bersama.

Sampai di parkiran sesuatu yang tidak pernah Melody duga terjadi. Ponsel Ayna berdering dan menampilkan nama ibunya disana.

"Bentar ya." Ayna menekan tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.

"Halo ma. Ini masih disekolah. APA? Ih mama serius. Tapi Ayna agak lama mau nganter Melody...duh gimana ya. Yaudah bentar difikirin..ett iya deh iya. Mama sih gak atur waktu dulu. Iya mama yang bawel."

Setelah mematikan sambungan telepon itu sepihak ia langsung berbalik. Ada rasa tak nyaman saat Ayna akan mengatakan bahwa ia tidak bisa mengantar Melody. Melihat raut gelisah dari gadis berambut pendek itu Melody malah terkekeh.

"Turutin kata nyokap lo. Gue bisa naik ojek atau angkot di simpang jalan."

Ayna cemberut kemudian beberapa detik selanjutnya ia tersenyum. "Maafin gue ya. Lo tau sendiri nyokap rempongnya gimana."

"Yaudah balik sana. Titip salam sama nyokap lo bilang gue rindu bolu pisang buatan doi."

Ayna mengacungkan jempolnya lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah melakukan kiss bye norak ia pun melakukan mobilnya keluar parkiran dan menyisakan Melody yang masih bimbang harus naik ojek atau angkutan umum.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Where stories live. Discover now