50: KEPINDAHAN

1.1K 77 3
                                    

Ironisnya, aku dibiarkan menunggu lama untuk menjaga cinta. Sementara kamu sekali pergi langsung melupa.

-Irama Melody Clasininda-


Aldi kembali ke kelas dengan wajah yang sulit diartikan.

Apa yang dikatakan oleh Pak Darto hingga wajah pria itu seperti itu?

Penasaran, Melody memperhatikan setiap gerak-gerik Aldi hingga sampai ke meja. Pria itu meraba lacinya lalu mengeluarkan beberapa buku dari sana.

Aldi mendesah pelan. Meletakkan buku itu di atas meja. Masih fokus pada aktivitasnya sendiri. Tak perduli pada beberapa pasang mata yang menatapnya penasaran.

Setelah dirasa sudah cukup Aldi kembali duduk. Memutar arah duduknya lalu menatap Melody. Lagi, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa?" tanya Melody.

"Aku...Mulai hari ini, AKU PINDAH KELAS!" jawab Aldi senang. Ia bahkan sampai berdiri saking senangnya.

Tidak sepenuhnya murid di kelas ini yang senang karena kepergian Aldi. Beberapa merasa bahwa mata mereka akan kembali layu lagi. Tidak ada yang bisa dilihat lebih lama setelah Aldi pergi dari kelas.

Aldi kembali duduk lalu menyodorkan tangannya pada Melody. Melihat itu gadis itu menaikkan alisnya bingung. "Kenapa?"

"Salam. Aku mau pamit dulu."

Aldi mengambil tangan Melody lalu menggenggamnya. Diciumnya pucuk tangan itu lalu kembali digenggam nya. "Aku bakal balik lagi ke kelas lama. Hukuman yang dikasih waktu ajaran baru dipersingkat karena mereka ngeliat gak banyak perubahan di kelas lain. Nilai-nilai aku sama temen-temen lebih bagus di kelas lama. Apalagi bu Zulfa, kehilangan aset berharganya si Allen. Jadi kita disepakatin balik ke kelas lagi."

Melody tidak tau harus merespon apa. Tentu saja dia harus senang ketika melihat Aldi berbicara dengan wajah yang tampak sangat bahagia. Teman-temannya adalah salah satu alasan Aldi masih semangat untuk pergi ke sekolah. Meski mereka sering membolos tapi itu selalu dilakukan bersama. Melody yang merupakan pendatang baru setelah sekian lama bisa apa selain ikut senang.

"Bagus deh. Ya udah balik sana ke kelas. Udah mau bel masuk."

Aldi mengangguk. "Jangan ganjen kalo gak ada aku. Kamu harus inget, di kelas ini ada Fathur, Oji sama Dino yang siap ngasih tau kamu ngapain aja." ujar Aldi lalu pergi berlari setelah mencubit hidung Melody.

Gadis itu hanya tersenyum sambil kesal karena hidungnya yang memerah. Ayna yang tadinya duduk bersama Melody akhirnya kembali lagi ke tempat duduk lamanya.

"Aaaahh Melmel gue balik lagi. Aduh, akhirnya si Aldi balik ke asalnya. Tau gak gue males banget duduk sendiri. Lo tau kan Fathur itu dateng ke sekolah sekali seminggu gue rasa. Sekarang ada temen, yeiy!" ujar Ayna senang.

Tapi sayangnya gadis itu tidak melihat hal yang sama di wajah Melody. Gadis itu hanya diam dan tak bersemangat sama sekali untuk menjawab celotehan Ayna.

"Iih, gue gak disambut dong sama Melody. Jahat banget sih. Viola liat nih temen lo!" Ayna memanggil Viola dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Melihat itu Viola terkekeh kecil lalu mendatangi kedua temannya.

"Mel, lo kenapa deh. Sedih karena Aldi pergi?" tanya Viola.

Melody langsung menyangkal pernyataan Viola. Ia tidak boleh terlihat seperti itu. "Enggak kok. Gue cuma gak enak badan aja emang."

"Alah bohong. Lo semenjak pacaran sama Aldi jadi berubah tau gak. Jarang ngumpul sama kita berdua bahkan lo jarang banget ke ruang musik sekarang. Udah kayak bukan lo aja. Gue gak pernah tuh liat lo sedih lagi karena ruang musik pintunya terkunci. Sekarang gue malah liat muka lo sedih karena Aldi. Nyebelin banget tau. Bener gak, La?"

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang