53: RASA YANG BERBEDA

1K 82 2
                                    

Disini Aldi berada sekarang. Di sebuah tempat yang tidak asing bagi indera penciumannya. Kamar khusus di rumah mereka yang disediakan oleh ibunya untuk kamar pasien atau jika salah satu dari keluarga mereka ada yang sakit. Kamar ini diisi oleh obat-obatan dan beberapa alat rumah sakit yang dibutuhkan oleh Imel.

Aldi mendapat kabar bahwa Melody pingsan dari seorang supir angkot yang mencoba untuk menelponnya dari ponsel Melody.

"Saya liat tadi kamu ada di panggilan terakhir. Jadi saya telepon." ujar pria tua itu.

Aldi mengangguk lalu mengucapkan terimakasih. Supir angkot itu pun permisi keluar dari rumah Aldi. Untungnya Melody tidak salah pilih angkot. Karena bisa saja jika bukan bapak tadi yang jadi supir, ia tidak bisa sampai disini sekarang.

Melody masih tidur di ranjang empuk di kamar itu. Setelah diperiksa oleh Imel ternyata penyebabnya pingsan karena kelelahan dan stress.

Aldi menatap Melody yang tadi sempat terbangun lalu kembali memejamkan matanya. Imel bilang itu wajar karena dia sangat lelah. Akan lebih baik bagi Aldi untuk tidak mengganggunya dulu.

Tadi Aldi juga sempat menelpon Dyan dan menjelaskan keadaan Melody. Ibunya sangat panik tapi untung saja Melody berada di tangan yang benar sekarang. Ia cukup sibuk hari ini jadi ia mempercayakan Melody di tempat Aldi sampai nanti malam ia menjemputnya.

Disentuhnya pipi Melody dan yang pertama dirasakannya adalah dingin. Lalu tangannya bergerak menuju ke kelopak mata Melody. Mengusap sekitaran kelopak matanya yang beberapa hari ini tampak sembab. Beberapa hari ini juga Aldi tidak melihat binar yang terpancar dari mata Melody. Semuanya hampa. seakan semangatnya hilang ditelan keadaan.

Aldi harus akui bahwa cara ia bertanya tadi sangat salah. Tapi didatangi Regan seperti tadi diluar batas kendali nya. Ia tidak siap jika sewaktu-waktu Regan menjadikan Melody sasaran dan mengendalikan Melody sebagai kelemahannya.

Gue izin baik-baik tapi lo giniin. Tunggu aja lo yang bakalan nyesel.

Tiba-tiba perkataan Regan tadi mengganggunya. Ia meragukan perkataan Regan meski tadi pria itu sempat meminta izin pada awalnya sebelum ia memaksa untuk menemui Melody. Tidak ada yang boleh mengganggu Melody apalagi Regan. Aldi jelas tidak akan tinggal diam jika mengetahui bahwa Regan mengusik hidup Melody.

"Maaf kalo perkataan gue nyakitin lo, Dy. Gue cuma gak mau lo diusik sama Regan. Gak ada yang boleh ganggu lo apalagi Regan. Gue bisa jamin dia gak tenang bahkan hilang."

Aldi kembali memperhatikan Melody dalam lalu menghela nafasnya perlahan-lahan. Ia berdiri lalu keluar dari kamar. Meninggalkan Melody yang akhirnya perlahan membuka matanya. Ia sama sekali tidak tidur. Daritadi ia berpura-pura dan menahan matanya terpejam sampai Aldi keluar.

"Andai kamu tau kalau yang ganggu aku itu fikiran aku sendiri."

Bisakah Aldi menghilangkan semua yang ada di fikiran nya?

Ada satu hal yang sangat mengganggu Melody. Ia tidak bisa terlalu banyak berfikir. Kalau itu terjadi dia bisa menciptakan monster di kepalanya. Seolah-olah setelah itu ada skenario yang berjalan di otaknya padahal itu belum tentu terjadi. Sialnya, banyak skenario negatif yang membuat dia menjadi overthinking.

Monster itu sekarang sudah lahir. Dia lahir dari berbagai kejadian yang akhir-akhir ini terjadi pada Melody. Kejadian diluar kendalinya itu terlalu mendadak untuk dicerna. Kertas-kertas berisi kata-kata yang seolah dengan sekali baca bisa melenyapkan kebahagiannya. Titik kelemahannya yang dipermainkan. Ancaman pesan dari nomor yang bahkan tidak ia ketahui apa penyebab dia diperlakukan seperti itu.

Intinya orang itu pasti tidak mau melihat Melody bahagia.

Tapi kenapa? Kenapa harus Melody sasarannya. Dia tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal. Terakhir ia melakukannya saat ia tidak sengaja memutuskan senar gitar di ruang musik sekolah. Tapi akhirnya ia mengganti senar yang baru, kok.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon