Part 17

3.4K 249 1
                                    

"Kalian siapa?"tanya Rey kepada Sam juga teman-teman nya.

"Oh ini kak, gue Sam."kata Sam

"Ini Doni, ini Raka. Mereka sahabat gue."sambung Sam menunjuk Doni juga Raka.

Rey hanya membalas dengan Oh-ria.

"Gue Rey, abang nya Ebi. Jangan pakek 'kak', abang aja yang enak."kata Rey yang di angguki semua nya.

"Sebentar ya gue mau kabarin orang dulu."pamit Rey lalu beranjak dari duduknya.

"Hallo yo?"

Samar-samar Sam dapat mendengar suara Rey sedang bertelfonan.

"Ebi kecelakaan yo,"

"Et! Sabar dulu kek, dengerin dulu. Dia tuh balik-balik di bopong sama temen-temen nya dengan keadaan pingsan. Muka nya penuh coretan lipstik, badan nya basah."

"Kok bisa sih Rey?! Gila Ebi kenapaa?!"

Sam juga dapat mendengar kan teriakan panik seseorang dibalik telfon Rey.

"Yo? Siapa? Kayak nya panik gitu sama Ebi."batin Sam berkernyit bingung.

"Rioo! Santai kek, dia udah di tangani dokter. Udah sadar juga kok."

"Rio! Cowok itu!"batin Sam yang sedang terus fokus mendengarkan pembicaraan Rey.

"Bentar! Gue pesen tiket, gue mau take off 20 menit lagi."

"Gausah! Ngapain sih yo? Lo kan lagi ngurusin urusan lo disana. Udah ah gausah! Lo kira dari Singapur ke sini deket! Jangan buat gue nyesel deh hubungin lo!"suara Rey terdengar gregetan.

"Ha? Segitu panik nya?"tanya Sam membatin. Entah kenapa ia tidak suka sekali.

"Bodo. Bye!"

Rey menatap kesal ponsel nya akibat Rio memutuskan sepihak.

"Huh! Segitu nya amat."gerutu Rey. Lalu kembali ke tempat semula.

Baru tadi pagi setelah Ebi berangkat sekolah, Rio di haruskan ke Singapura karena kemauan omah nya yang rindu dengan nya.

"Kalian mau minum apa?"tanya Rey ke Sam juga teman-teman nya.

"Gausah bang! Gausah repot."jawaban serentak oleh Sam, Doni, Raka. Rio meringis heran.

"Oke kali gitu gue tinggal naik yak, mau liat Ebi. Kalian kalo emang mau minum, ambil aja di dapur."kata Rey di akhiri dengan menunjukan arah dapur.

"Bang, gue ikut!"kata Sam yang di anggukin oleh Rey.

Rey dan Sam berjalan menuju kamar Ebi. Sampai depan kamar, Rey mengetuk pintu.

"Bi? Jes?"Rey mengetuk pintu.

"Masuk bang!"kata Jessy dari dalam.

Rey dan Sam pun langsung ke dalam.
Di dalam terlihat Ebi yang sudah tiduran kembali dengan tubuh yang sudah bersih juga Wangi.

"Bi kamu makan dulu ya?"tanya Rey yang di jawab gelengan oleh Ebi.

"Kenapa?"tanya Rey sedikit tak suka. Masa gak mau makan!

"Nanti aja bang."jawab Ebi pelan.

"Udah waktu nya makan siang bi."kata Rey penuh penekanan.

"Huh! Tau ah! Aku tuh pusing, pengen nya tidur."kata Ebi mendengus sebal.

"Iya deh bang, mungkin biar tidur dulu. Tadi istirahat Ebi juga udah makan soto kok."kata Jessy menengahi.

Rey menghela nafas panjang nya,
"Yaudah, kamu istirahat."kata Rey lembut.

"Istirahat ya bi."kata Jessy yang ingin keluar dari kamar Ebi.

"Tunggu!"cegah Sam membuat Rey dan Jessy yang ingin keluar jadi tertunda.

"Bang, aku ijin ya ngomong sama Ebi. Sebentar banget kok."ijin Sam memelas, Rey menatap tajam Sam.

"Ebi mau istirahat."Rey mengingatkan Sam.

"Bener bang, bentar banget."mohon Sam. Rey masih menatap tajam Sam, namun setelahnya mengangguk tidak ikhlas.

Sam tersenyum senang, Rey dan Jessy pun keluar.

Sam berjalan ke arah ranjang Ebi lalu duduk di samping Ebi.

"Bih, kasih tau aku siapa yang udah gini in kamu?"tanya Sam langsung. Ia menatap Ebi serius.

Sedangkan Ebi menatap Sam takut juga bingung.

"Bih, plis jawab!"kata Sam menekan namun lembut.

"Dia udah keterlaluan bih! Dia buat kamu kayak gini. Ayo bih jawab!"paksa Sam cemas.

"Sam,"kata Ebi pelan. Kedua nya sedari awal saling bertatap dalam.

"Iya?"jawab Sam lembut, berusaha menormalkan ke geraman nya.

"Besok aku cerita. Aku pusing."elak Ebi membuang pandangan dari Sam. Ia tidak ingin di tanya intens seperti ini, tambah pusing.

Sam menghembuskan nafas lelah nya,
"Oke. Kamu istirahat dan nanti jangan lupa makan!"tegas Sam. Ia tidak ingin melihat kondisi Ebi semakin buruk.

Sam mencium kening Ebi lembut dan lama. Lalu beranjak keluar kamar Ebi.

Ebi sungguh kaget! Pertama kali nya. Ia hanya bisa memejamkan matanya, menikmati lembut nya Sam. Jantung nya turut pening seperti kepalanya saat ini.

Tangan Ebi mengusap kening bekas ciuman Sam dengan masih tak percaya.

Sedangkan di lantai bawah,

"Yaudah bang, kita langsung pulang ya."kata Raka yang ingin pamit. Sam baru saja datang.

"Oh! Iya, makasih ya udah bawa Ebi."kata Rey kepada Sam, Raka, juga Doni.

"Iya bang, selow."balas Sam dengan senyum ramah.

"Gue akan cari siapa yang udah berani gituin Ebi."sambung Sam, rahang nya mengeras dan pandangan nya tajam mengingat kondisi Ebi.

"Makasih. Kalau ada sesuatu atau butuh sesuatu, hubungin gue."kata Rey menepuk bahu Sam sambil tersenyum. Sam pun membalas dengan sekali anggukan juga senyum simpul.

"Aku juga pamit bang."pamit Jessy kali ini.

"Eh! Balik sama siapa Jes?"tanya Rey kepada Jessy.

"Mmm.. Ojol."jawab Jessy.

"Lho? Udah lumayan sore Jes. Mau abang anter?"tawar Rey yang langsung di gelengkan cepat oleh Jessy.

"Gausah bang! Ebi dirumah sendiri. Rio kan belum pulang."tolak Jessy lembut.

"Rio lagi perjalanan ke sini. Bener gak mau?"

"Ha? Rio lagi jalan ke sini? Beneran bang?"tanya Jessy berbinar tak percaya.

"Iya."jawab Rey menganggukan kepala nya.

"Udah sama gue aja Jes."kali ini Doni yang menawarkan.

"Ha? Eh! Gak usah, gue bisa ojol."tolak Jessy lembut pula kepada Doni.

"Udah ayok! Bang pamit."kata Doni menarik pelan tangan Jessy dan berteriak pamit pada Rey.

Jessy di tarik tiba-tiba pun kaget, berusaha melepaskan namun sulit. Dan akhirnya pasrah.

"Yop! Bawa ke rumah nya."balas Rey sedikit keras, tidak teriak.

"Yaudah bang, kita juga pamit."kata Sam menyalami tangan Rey dan diikuti oleh Raka.

"Ya! Hati-hati, makasih ya."balas Rey, kedua nya mengangguk lalu keluar dari rumah Ebi.




Yang liat sama vote dikit ya? Huft, takut deh cerita nya mengecewakan.
Aku gak update dulu deh. Update kalo views n vote nya di atas 20😂

30 Days [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang