Bab 22

161 33 48
                                    

Hallo masih ada yang stay nungguin Thea update? Semoga ada ya. Bilang ada dong, biar aku seneng. Happy reading ya :)

"Dan untuk yang kesekian kalinya, dia buat hati kamu patah lagi. Yang padahal kemarin sudah susah payah kamu perbaiki."

Udah vote? Cuss meluncur!

***

"Serius kepala lo udah gak papa?"

Rio mengamati bagian dahi Bintang yang ada bekas luka jahitannya. Kemarin-kemarin sering ngeluh pusing, makanya ketika Rio melihat Bintang menyetir mobil jadi sedikit khawatir.

"Ini tuh liburan, masa gue cuman di rumah doang. Gila lo! Lagian gue kan dapet bonus uang jajan tambahan dari papi karena gue peringkatnya naik, masa uangnya mau ditimbun," oceh Bintang dengan logat kesombongannya.

Rio memicing. "Yaelah naik dari yang paling bawah jadi yang kelima dari bawah doang! Sombong amat!"

"Mau jajan gak? Lo rese kalo laper gini bro, galak amat elah," cibir Bintang diselingi tawaan pelan.

Mata Bintang melihat pangkalan Martabak yang sedang dijejali pengunjung. Biasanya kalau penjual yang dagangannya selalu ramai itu jualannya enak. Dan, Bintang menganut persepsi itu, makanya ia memberhentikan mobilnya.

"Martabak Wagelasih." Terdengar suara Rio yang langsung membaca papan spanduk yang ada di depan gerobak.

"Turun yuk," ajak Bintang sambil mengambil ancang-ancang memegangi pintu mobil.

Rio mengamati sebentar kondisi sekitarnya, suara riuh bersahutan dari banyak pemilik mulut yang mulai kehabisan kesabarannya. Kebetulan semua bangku sudah diduduki oleh pengunjung, dua pria tampan ini sampai kebingungan mau duduk di mana.

"Bukannya ini gang kompleks rumah Thea ya?" tanya Rio sembari mengingat-ngingat lagi.

Bintang menyahut, "Emang iya. Lo tunggu di sini dulu ya, gue mau beli minum tuh di super market." Jari Bintang menunjuk sebuah ruko yang berada tepat di seberang jalan.

Tanpa menunggu jawaban dari Rio, Bintang nyelonong pergi dari situ.

Tangan Bintang meraih gagang pintu kaca super market, lalu menariknya sampai menimbulkan bunyi decitan. Dari tempat ia berdiri sekarang, matanya langsung menangkap gadis biasa bertubuh mungil dengan sikap tengilnya yang hobi jahil. Bintang benar-benar merasa semesta sedang berpihak padanya.

"Thea," panggil Bintang sambil melambai-lambai.

***

"ENGGAK! Gue bilang enggak ya enggak! Lo paham bahasa gue gak sih? Balikin sepeda gue!" amuk Thea ketika Bintang ngotot minta diajarin naik sepeda. Sekarang Bintang malahan sudah nangkring di atas sepeda Thea.

"Ajarin bentar ya Te, pliss." Tangan Bintang saling bertautan seperti sang pelayan yang sedang memohon ampun pada rajanya.

Meski sudah diteriaki, dicaci maki, sampai disuruh pergi, Bintang masih teguh sama pendiriannya. Bintang berusaha mulai mengayuh pedal sambil menyeimbangkan sepeda.

Lho kok tiba-tiba rame sih martabak mang Uchil. Padahal tadi sepi. Emang berapa lama gue di dalem super market?

"Bintang," ucap Thea dengan intonasi yang dilembut-lembutkan. Sekarang tangannya direntangkan ke udara, berusaha menahan Bintang supaya berhenti dan turun dari sepedanya.

"Ya? Kenapa Te?" tanya Bintang sok polos.

"Turun ya dari sepeda gue. Gue kepanasan nih." Tangan Thea sengaja dikibas-kibaskan di dekat lehernya.

THEA Where stories live. Discover now