Bab 5

312 109 50
                                    

Happy reading readers aku yang paling baik, udah bab 5 nih. Kalian team baru baca atau team tukang nunggu up?

"Hati-hati ketika menjatuhkan hati, sebab terkadang jatuh pada orang yang salah akan membuatmu ingin bertahan lebih lama lagi."


***

"Jadi gimana Te kejadiannya?"

Sepeninggal Pak Darsono dari kelasnya, temannya langsung menghujaninya banyak pertanyaan yang isinya sama. Kecuali Ayu yang masih kelihatan syok akibat mengerjakan soal matematika yang sulitnya ngalahin ngode doi biar peka.

Thea mulai membuka suara. "Jadi sebenarnya gue itu tadi pagi emang bangun kesiangan ...," ungkapnya menggantung, ketiganya hanya manggut-manggut. "Trus pas gue mau ke sekolah, gue ngebut pake sepedanya, dan gue juga gak tau itu mobil sialan dateng dari mana sampai akhirnya tiba-tiba nabrak ban belakang sepeda gue," imbuhnya memaparkan kronologis kejadiannya.

"Trus?" tanya mereka bersamaan.

"Ya gue jatuh lah, lutut gue nyium aspal dan kebetulan aspalnya gak rata. Bahkan kata Rio ...," ucapnya kembali menggantung. Takut mereka sadar akan nama orang yang sama dengan orang yang kemarin buat rusuh di kelas. Tapi nyatanya fokus mereka masih tertuju ke kisah Thea.

"Kata Rio apa?" cecar Yunita.

"Rio siapa?" lanjut Isna

"Yang nabrak lo?" imbuh Ayu.

Thea menggeleng mantap. "Kata Rio ada kerikil kecil-kecil yang masuk ke dalam lutut gue. Rio itu yang nolongin gue, Rio itu orang yang sama di hari lalu yang datang ke sini bawa amplop."

Ketiganya menganga tak percaya.

"Hah? Kok bisa?" Isna kembali bertanya.

Sembari mengedikkan bahu acuh, Thea memegangi perutnya yang meraung-raung minta diisi. "Kebetulan. Dan kebetulan gue laper nih," keluhnya dengan ekspresi memelas.

"Untung sayang, yaudah sini duit," pinta Yuni sambil menodongkan tangannya. Thea mengasih selembaran uang lima ribuan. "Susu putih ya Yun."

Tinggal lah Thea berduaan dengan Isna, karena Ayu dipaksa ikut oleh Yuni. Entah kenapa Thea merasa canggung untuk sekadar  menanyakan soal Adrian. Takut dibilang ngebet soalnya. Seakan paham akan gelagat Thea, Isna mengeluarkan ponselnya. Kemudian menunjukkan room chatt-nya dengan Adrian.

Thea histeris saat mendapati foto dirinya ikut andil di percakapan mereka.

"Hah lo ngirim foto gue ke dia Na?" protes Thea.

"Hmm."

"Kalo dia ilfill gimana? Mana gue jelek banget lagi." Thea mulai nyerocos tidak jelas.

Tak berhenti sampai di situ, kehisterisan Thea kembali memuncak saat ia melihat nomornya juga dikirim ke Adrian. Perasaannya saat ini sulit sekali dijelaskan. Sedetik senang, detik berikutnya malu sekaligus minder, detik berikutnya lagi bahagia.

"Lo doa aja semoga dia entar malem chatt lo," kata Isna sambil merebut kembali ponselnya.

"Aamiin."

***

Tak bisa dipungkiri, malam ini Ayahnya marah besar ketika melihat luka cukup parah di kaki Thea. Ditambah lagi Roni mengetahui kalau yang nabrak itu pergi tanpa tanggung jawab. Lagipula Ayah mana yang terima kalau putri satu-satunya terluka.

Thea selonjoran di kasur sambil mengerucutkan bibirnya. Telinganya terpaksa harus mendengarkan ceramahan dadakan dari Ayahnya, yang  bila dihitung sudah satu jam ini Ayahnya tidak henti-hentinya membeo.

THEA Where stories live. Discover now