Bab 3

365 134 76
                                    

Selamat membaca Thea, semoga suka. Jangan lupa kasih voment.

"Kebetulan adalah moment sederhana yang enggak bisa dilupa."

***

Pagi hari di hari Rabu, entah mimpi apa Thea semalam sampai-sampai membuatnya bangun kesiangan. Jantungnya berdegup cepat saat matanya melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 06:00. Lantas ia langsung menuju meja belajarnya untuk mengganti buku mapel kemarin dengan buku mapel hari ini. Sudah menjadi kebiasaannya sejak memasuki lingkup SMA, menata buku pelajaran itu pagi jadwalnya.

Thea mengacak-acak semua tumpukan buku pelajarannya, karena buku mapel Bahasa Indonesianya tidak kunjung ditemukan. Panik. Mulutnya kian sering berdecak beriringan dengan suara ketukan jam yang semakin memburunya.

"Ya Allah gusti nu agung, di mana buku sialan itu?" racau Thea mulai frustasi. Ditilik kembali jam yang menempel di dinding tersebut, kepanikannya meningkat karena sudah hampir setengah tujuh tapi ia belum mandi.

Persetan dengan hilangnya buku Bahasa Indonesianya, Thea memilih untuk mandi dan segera bergegas pergi ke sekolah. Tidak peduli nantinya ia akan kena hukum sekali pun, yang terpenting saat ini dirinya harus sampai di sekolah.

"Lho Te, gak sarapan dulu?" tanya Roni ketika melihat putrinya lari terburu-buru menuju pintu.

Thea berdecak sembari menepuk jidatnya, kemudian ia putar balik arah menuju Ayahnya yang masih duduk di meja makan. Dengan napas terengah, Thea menggamit tangan Ayahnya yang masih memegang sendok untuk salim. Ya, cuma itu.

"Thea berangkat dulu Yah, nanti sarapannya bisa beli susu di kantin." Dikecup sebentar punggung tangan Roni Calendra.

Gadis berpipi tembem itu sudah duduk di atas sepeda kesayangannya sambil menunggu Pak Satpam membukakan gerbang rumahnya.

"Pagi neng Thea," sapa pria paruh baya yang biasa Thea panggil Pak Mamo. Sambil mengayuh pedal sepedanya, Thea membalas sapaan Pak Mamo dengan senyuman ramah.

"Pagi juga Pak."

Di atas jalan beraspal, Thea mengayuh sepedanya dengan kecepatan lumayan tinggi bagi seorang gadis mungil sepertinya. Dengan kesigapan penuh serta keahlian bersepedanya, Thea menembus Kota Jakarta yang mulai dijejali kendaraan berbagai merk. Andai saja ia tadi tidak kesiangan, pasti ia bisa lebih santai menaiki sepedanya.

Dari jarak kurang lebih lima meteran, ada persimpangan yang menjadi ujung dari komplek rumahnya. Akibat terlalu serius menghadap ke depan, Thea sampai tidak melihat ada mobil yang melintas dari arah kiri. Mendadak pengemudi mobil fortuner itu mengerem tiba-tiba saat matanya melihat sepeda yang melaju tanpa melihat sekeliling.

Brukk.

"Aw, sakit." Meski samar-samar tapi suara rintihan sakit dari gadis itu terdengar di telinganya.

Meski sudah direm, tapi ujung mobilnya tetap nyerempet bagian belakang sepeda Thea. Alhasil Thea jatuh dengan lutut menyium aspal. Sambil mengeluarkan sumpah serapah, Thea kembali bangkit sembari menunda sepedanya yang ternyata rantenya copot.

"Woy, turun lo!" teriak Thea sambil mengibas-ngibas seragamnya yang sedikit kotor.

"Mimpi apa gue semalem ya Allah, apes banget gue hari ini." Tak bisa dipungkiri, Thea memang hobi ngeluh.

Akhirnya pengemudi mobil mewah itu mau keluar dari persembunyiannya. Alih-alih memarahinya, Thea justru terpaku melihat baju seragam yang dikenakan cowok itu sama dengan seragam batik sekolahnya. Batik yang sedang ia kenakan juga.

THEA Where stories live. Discover now