Prolog

1K 210 98
                                    

Haii dengan Tress di sini, di sana ada siapa? Tress itu nama asli bukan? Jadi, teman-teman kata Tress itu terinspirasi dari guru matematika aku yang selalu memanggilku dengan sebutan Tress. Tress berasal dari Tresno, iya namaku Tresno Indah Febianti. Terserah deh kalian mau manggil siapa.

Thea adalah cerita pertama yang aku publikasikan, biasanya aku cuma nulis di buku diary atau memo di hpku. Untuk itu aku mohon pengertiannya bila ada kekurangan dalam bentuk apapun.

Saranku, kalau kamu tipikal orang baperan, mending sampai sini aja bacanya. Cerita Thea akan membuatmu merasakan bagaimana jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya, akan membuatmu tak henti-hentinya menyunggingkan senyum, bahkan bisa menitikkan air mata tanpa sebab. Jika kalian mengalami itu, sungguh tanggung jawab ditanggung sendiri. Karena sejak awal sudah kuperingatkan ya.

Oke, sampai sini dulu kenalannya. Mau yang lebih lengkap silakan cek akun instagram aku @tifaindah

***

"Thea."

Gadis bersurai coklat pendek itu dengan cepat menoleh. Pandangan matanya sepenuhnya jatuh pada ketiga perempuan yang usianya tak jauh beda dengannya sedang berjalan mendekat. Yuni menarik lengan Thea dengan paksa, membuat Thea terpaksa harus berhenti memberi makan ikan cupang hiasnya. Lewat gestur ketiga temannya yang tampak sedang berseri-seri, Thea langsung dapat menangkap maksud dari kedatangan mereka kemari.

"Eh, Te, gue udah nemu cowok ganteng buat lo. Lo gak usah khawatir, dia temen gue kok. Dia baik Te," cerocos Yuni setelah pantatnya baru saja mendarat di sofa.

Pelet ikan yang sejak tadi masih setia dipegangnya, ia letakkan di atas meja. "Terus?" balas Thea sekenanya, kontan ketiga temannya langsung menepuk jidatnya masing-masing.

"Kasih tunjuk fotonya Yun, mana tau dia langsung kepincut." Ayu memberikan titahnya kepada Yuni, dengan cepat Yuni mengeluarkan ponselnya.

"Pliss Te, lo mau ya deket sama dia." Isna yang berada di sebelahnya, bergelayut manja saat mengatakan itu.

Gadis bernama lengkap Thea Callistha itu, hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah ketiga temannya yang selalu sibuk mencarikan pacar untuknya. Menghela napas pelan, Thea beringsut dari cekalan maut itu.

"Mau ke mana?" tanya Ayu kontan.

"Bentar, mau nyuruh Bi Ratri buatin minum." Thea melangkahkan kakinya dengan ogah-ogahan. Sudah bukan hal yang random jika ketiga teman absurdnya datang ke rumahnya tiba-tiba sembari membawakan secantum nama yang hendak mereka ajukan. Dan, sudah berkali-kali juga Thea menolak tawaran itu. Dari yang bermuka standar atas hingga standar menengah bahkan standar di bawah ketampanan, sudah mereka ajukkan, tapi hasinya selalu nihil.

Thea kembali sambil memakan es krim cokelat kesukaannya. Saat hendak mengambil alih tempat duduknya, Yuni memberinya aba-aba untuk berhenti.

"Stop," ucapnya seraya mengulurkan tangan tepat di depan wajah Thea. Thea menurut sembari menjilati bagian es krim yang meleleh.

"Kau mencuri hatiku ... hatiku ...," lanjut Ayu dengan suara sambangnya, detik berikutnya Yuni menimpuknya dengan geram. "Diam malika!" peringatnya.

Jangan bertanya mengapa Yuni memanggil Ayu itu Malika, karena terlalu panjang bila dijelaskan. Kalian ingat iklan kecap yang kedelai hitamnya bernama Malika? Saat iklan itu lagi naik daun, tiba-tiba temen sekelah ada yang nyeletuk memanggil Ayu itu malika. Alasannya, karena kulit Ayu yang berwarna cokelat eksotis lah yang menjadikan Ayu disamakan dengan kedelai hitam bernama Malika. Untuk itu, Yuni, Isna, dan juga Thea kadang sering memanggilnya seperti itu jika Ayu bertingkah menyebalkan, tapi jangan keseringan. Nanti Ayu marah, karena siapa pun tidak akan pernah suka jika kekurangannya diumbar-umbar.

"Kenapa sih?" Thea mengernyit kebingungan.

"Menurut lo, dia udah puber belum sih?" pertanyaan ini ditujukan untuk Ayu dan Isna.

"Belum," balas mereka kompak.

"Lihat deh, makan es krim aja belepotan. Eh jangan kejauhan dulu ke belepotannya, kita lihat ke tingkahnya yang suka makan es krim dulu, nah itu kan udah kayak anak kecil." Yuni merangkul kedua pundak yang ada di sebelahnya. Thea masih tidak bergeming, ia masih menikmati es krim di tangannya dengan lugunya.

"Dia juga hobinya beli ikan, mana ada sih remaja yang hobinya masih kayak anak kecil," sambung Ayu tak kalah panas.

Isna mengamati tubuh Thea dari atas ke bawah hingga ke atas lagi, "Kalo menurut gue sih ya, gaya pakaiannya aja masih kayak anak kecil. Masa pake sendal boneka kelinci, udah gitu pake rok pendek lagi."

"Dari tadi gue perhatiin kalian pada ngomong ya?"

"Iya! Ngomongin situ!" teriak Yuni berang.

Kalian tahu mengenai ujian pertemanan? Salah satunya adalah tidak membicarakan temannya di belakang, untuk itu sebagai geng bersolidaritas penuh dengan menjungjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan pancasila, mereka akan membicarakan temannya di depannya.  Itu sudah paten.

Cerita ini akan mengajari kalian yang sedang berusia 16 tahun dan akan menuju ke 17 tahun. Usia di mana kelabilan merenggut pemikiran, usia di mana kesalahan dan kekhilafan maklum dilakukan, usia yang akan membawa kalian ke masa penyesalan.

"Sini duduk," perintah Isna sembari menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya. "Nah tadi kita udah mengeluarkan unek-unek kita, Te. Rasanya legaaaa banget," pungkasnya berseri-seri.

"Terus sekarang lo lihat foto ini, beri tanggapan supaya kita gak gagal terus nyariin lo doi." Yuni menyerahkan ponselnya, Thea menerimanya dengan pandangan langsung jatuh ke layar gaway itu. Tampak seorang laki-laki dengan standar ketampanan netral sedang tersenyum simpul sembari mengacungkan dua jarinya.

"Lumayan," ungkap Thea, spontan ketiganya langsung tersenyum penuh kemenangan. "Tapi kalo dilihat di postingannya, dia udah punya pacar."

"Tau dari mana si lo? Sok tau banget."

"Lo kasih tunjuk ini orang ke gue, lonya nanya dulu nggak ke dia udah punya pacar belum? Tuh lihat di komentarnya aja sebut-sebutan sayang, gimana sih kalian? Kalian mau aku jadi PHO terus dicaci maki dikatain jijik?"

Usahanya gagal lagi, dan pada akhirnya ketiganya menyerah untuk menyarikan Thea pacar. Mereka berharap Thea bisa segera merubah dirinya menjadi lebih baik lagi, dari segi penampilan maupun perbuatan. Wajah cantik tidak akan menjamin seseorang itu akan disukai banyak orang, karena nyatanya cinta datang dari hati. Jika sikapnya tidak memenuhi, ia akan dijauhi meski tampangnya bak bidadari.

Apakah Thea akan punya pacar? Seperti apakah orang yang dicari oleh Thea? Akankah ia nyata?

THEA Where stories live. Discover now