Bab 4

352 125 74
                                    

Selamat membaca bab 4 dari cerita Thea, semoga makin cinta sama ... sama siapa nih maunya? Yang penting jangan lupa kasih dukungan ya dengan voment seperti biasa.

"Apa cari pengganti bisa menggantikan yang pergi? Tentu saja, asal kita ikhlas."

***

"Pagi Adrian," sapa sekerumunan cewek yang notabenya sebagai Kakak kelas dari Adrian Keano Novarel. Adrian membalas sapaan Kakak kelasnya itu dengan senyuman yang konon katanya senyumannya bisa mengalihkan dunia.

Berbanding terbalik dengan sikap Kakak kelas cewek yang begitu mengagumi Adrian, Kakak kelas cowok justru merasa risih jika Adrian melewati lorong kelasnya. Padahal mukanya standar, tidak terlalu ganteng tapi berkharisma.

"Gila tuh anak, masih bocah juga udah jadi maskot Sekolah," sindir cowok yang ada di samping kerumunan cewek tadi.

"Makanya punya muka itu kayak gue, biar pun jelek tapi gak bikin ribut," celetuk seseorang yang berada tepat di sebelah Adrian.

Adrian memicing sambil tersenyum miring. "Orang ganteng mah bebas bro," jawabnya ringan.

Sembari meneruskan jalan menuju gedung Akuntansi, mulut kedua sejoli ini tak henti-hentinya berbicara. Meski hanya sekedar meledek, atau pun menyindir tepat sasaran, dan yang terakhir soal cewek. Aqsa Ekano memang teman berbagi terbaik bagi Adrian.

Dari kejauhan sepasang mata Aqsa menangkap satu sosok cewek yang beberapa bulan belakangan, membuat hati sohib di sebelahnya ini sering merasa lara.

"Eh Yan Yan ... mantan lo tuh," ucap Aqsa sembari memberi titahnya menuju cewek yang sedang berjalan menuju lapangan.

Adrian ingat betul bagaimana sosok itu mematahkan sebagian hatinya. Luka itu masih berasa hingga saat ini, bahkan lebih parah ketika melihat senyumnya. Adrian hanya menelan ludah manakala ia harus menyaksikan senyuman miliknya. Kecut.

"Apa-apaan si lo Sa! Bisa gak sih kalo tuh cewek lewat gak usah kasih tau gue. Sakit mata nih gue," gerutu Adrian sebal.

Cowok berpostur tinggi dengan rahang yang tegas itu meraup wajahnya frustasi.

Sudah lama tapi luka itu masih terasa sama.

Adrian melanjutkan langkahnya lebih dulu, ia meninggalkan Aqsa yang entah kenapa malah asik nontonin mantan Adrian. Memasuki gedung Akuntansi berlantai dua, membuatnya harus naik tangga karena kelasnya ada di lantai dua. Sebagai anak Akuntansi yang namanya tersohor seantero sekolah sebagai murid yang pandai, membuat Adrian cukup dikenal.

Memasuki ruang kelas yang diisi puluhan anak perempuan, kadang membuatnya merasa kesepian. Aqsa yang kebetulan tidak satu kelas dengannya membuat kesan sepi itu lebih terasa. Satu kelas cuma dihuni dua cowok dan tiga puluh cewek. Awal pertama masuk alasan itu jadi kendala besar bagi Adrian, sampai akhirnya waktu membiasakan dirinya dengan keadaan seperti ini. Bahkan sekarang ia justru lebih akrab dengan teman ceweknya ketimbang satu teman cowok di kelasnya.

Adrian menuju bangku kedua di barisan kedua. Sembari menaruh tasnya di kolong meja, Adrian merogoh benda pipih di katung celana seragamnya. Membuka kembali percakapan Online-nya dengan teman Online-nya juga. Ia memencet satu nama dari deretan nama yang menjejali layar gawaynya.

Isnaka Agatha : Temen gue cantik kan?

Tanpa berniat membalas pesan terakhir dari Isna, Adrian hanya memandangi foto seorang cewek yang semalam dikirim Isna.

Apa cari pengganti bisa menggantikan yang telah pergi?

Jujur saja nama yang sama masih mendiami hatinya. Meski kini telah ia temui banyak cewek yang lebih asik, lebih cantik, bahkan lebih menarik dari mantannya, itu tetap tidak berpengaruh apa-apa. Adrian mengakui kecantikan cewek yang fotonya sedang ia pandang, cewek bernama Thea Calistha. Pipinya imut, pikirnya dalam hati.

THEA Where stories live. Discover now