Bab 19

204 47 81
                                    

Happy reading!

"Kalo jadi sesuatu yang berharga di mata orang lain, sulit dilakukan. Maka, biarlah keistimewaan tetap disimpan sendiran."

***

"Gak papa, gue tau lo gak sayang sama gue kan?"

Adrian paham betul mengenai perasaan gadis yang ada di seberang sana. Bagaiamana mungkin ia tidak peka mengenai perasaannya yang selalu ia tonjolkan.

Alasan kenapa ia mematikan sambungan teleponnya karena mendadak guru pengawas datang, mau tidak mau dengan cepat Adrian langsung mematikannya.

"Lho, Bu. Ulangannya kan masih setengah jam lagi," protes Adrian yang langsung menaruh ponselnya ke dalam saku celananya.

"Iya, emang. Ibu ke sini cuma mau bagiin kertas ulangan kalian kemarin."

Tau gini kenapa gue matiin teleponnya tadi? Ah pasti Thea salah paham.

Aqsa menghampiri dengan wajah kusut. Adrian hanya tersenyum miring menangkap maksud dari gurat wajah sahabatnya ini.

"Lo, remidi kan? Sudah kuduga hahaha." Adrian merebut selembaran kertas itu tanpa izin. Aqsa hanya meleguh pasrah. Mau gimana lagi, kapasitas otaknya memang segitu.

"Soal pelajaran sih gue emang selalu remidi, tapi soal perasaan gue selalu nilai tinggi. Enggak kayak elo yang redimi terus kalo udah menyangkut cinta," ujar Aqsa merusak suasana.

Adrian menyenderkan pundaknya di tembok luar kelas, pandangannya menerawang ke langit-langit. Aqsa benar kenapa takdir membuatnya harus merasakan pilu ketika sudah mengenal cinta.

"Lo, sekarang deket sama siapa sih btw?" tanya Aqsa sembari ikut menyender.

"Gak deket sama siapa-siapa."

Aqsa hanya manggut-manggut. Mengiyakan saja ucapan Adrian yang padahal ia tahu itu bertolak belakang dengan hatinya.

"Sekarang kalo gue tanya hati lo milik siapa? Lo mau jawab apa?"

Mendadak ia baru menyadari tentang Thea, pasti gadis itu langsung salah mengartikan tidakkannya tadi. "Thea."

Mata Aqsa kedip-kedip berkepanjangan, mendengar nama seorang gadis disebutkan dari mulut sahabatnya. Wah, sungguh kemajuan yang luar biasa. Kini Aqsa sedang memperhatikan gerak-gerik Adrian yang nampak sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Siapa Thea?" Adrian terjingklak saat tiba-tiba wajah Aqsa mendekat ke wajahnya.

"Bukan siapa-siapa," balasnya sambil memegangi dadanya.

"Pacar baru lo ya? Atau masih pdkt-an? Bentar lagi ya jadiannya?"

Mendapati pertanyaan beruntun membuat Adrian jengah, ia memutar bola matanya. "Kepo!"

***

Adrian Keano N : Maaf ya Te, tadi ada guru. Jadi aku matiin deh.

Thea mengulas senyum setelah membaca WhatsApp dari Adrian. Jauh di dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri yang sudah berpikiran macam-macam tadi. Sekarang Thea yakin 1000 persen kalau Adrian memang cowok yang baik. Persetan dengan panggilan Adrian yang kadang suka berubah, Thea mulai terbiasa dengan itu. Kadang-kadang Aku-Kamu, kadang-kadang Lo-Gue.

"Tadi lo berani banget sih Te belain Kak Bintang," ucap Ayu dengan mulut dipenuhi gorengan tempe.

Yuni mengangguk-ngangguk mantap, lalu ia menelan soto yang ada di dalam mulutnya sebelum akhinya berucap. "Gue curiga deh, lo ada apa-apa sama Kak Bintang. Sekarang lo jadi sering bareng sama dia Te, kenapa ya? Oh iya, kok lo belajar bareng sama dia gak bilang-bilang ke kita, Te?"

THEA Where stories live. Discover now