Hujan 50 | ☔💧

509 32 1
                                    

"Bodohkah diri ini jika berbohong mengenai bab hati dan cinta?"
_Hujan Nandira.


"Malam ini benar, kamu adalah Cinderella. Jika Cinderella meninggalkan sepatunya, sementara kamu. Justru kamu pergi tanpa pamit dan meninggalkan sebuah ketidakpastian"
_Afero Aditama.














Tepat sekali pukul 07.05 WIB, sebuah mobil berwarna putih telah berada dihadapanku. Seorang pria dengan berbalut jas hitam dan menggunakan kaos polos berwarna putih itu turun dari mobilnya. Sekarang dirinya menghampiri aku, aku yang kini telah berdiri tegap menunggunya. Berpakaian dres berwarna krem dengan banyak manik-manik menempel di sisi dres ini. Memakai sepatu kaca nan berwarna senada dengan dompet yang sedang kubawa, ya berwarna hitam. Rambut kuurai dan dibagian poni dijapit oleh seekor kupu-kupu fantasi. Sedikit polesan bedak bayi, dan liptint untuk mewarnai bibir agar terlihat tidak pucat. Semoga malam ini aku terlihat cantik.

Jujur aku bingung mau memakai baju apa? Seperti bertemu dengan pak presiden, ingin menjaga kewibawaan dan aura kebangsaan wwwk.
Dan rupanya keranjang kamarku masih berceceran banyak pakaian yang belum kurapikan.

"Selamat malam cinderella" sapanya dengan memperlihatkan kelembutan sisi Afero.

"Malam juga kurcaci" cercaku sedikit memberinya senyum.

"Hm, ganteng-ganteng gini di sapa kurcaci. Pangeran kek atau apa?" protes Afero yang rupanya telah memiliki kepedean luar binasah eh luar biasa.

"Habis aku disamain sama Cinderella, aku kan nanti kalau pulang masih pakek sepatu komplit. Gak ada yang ku tinggal sepatunya" celotehku.

"Yaudah, kita berangkat aja. Keburu jam 12.00 nih. Ntar kamu berubah" ketus Afero yang masih melanjutkan guyonan ini.

"Tau gak, nanti kalau udah lewat jam 12.00 aku bakal berubah jadi apa?" aku memancing Afero.

"Oh berubah jadi kelelawar mungkin" tebaknya.

"Bukan"

"Terus?"

"Jadi penculik, terus bakal nyembunyi in kamu ke Bandung bagian barat sebelum teks proklamasi dibacakan" komat-kamitku yang tak jelas.

"Emang bakal terjadi Rengasdengklok?" tanya Afero polos tak berdosa.

"Tau ah, tanya aja sama kursi goyang" cercaku.

"Yeh, rumput bergoyang adanya" tambahnya.

"Terserah"

Afero pun segera membukakan pintu mobil untukku, maklum biar kayak di sinetron ftv gitu. Padahal udah dewasa, udah gede juga. Tapi masuk mobil, dibukain pintu mobilnya sama si cowok. Wwwwkkkkkkk.

Dalam perjalanan, suasana mobil ini memang sepi sekali. Hanyut dalam arah jalanan kota Bandung. Aku lebih asik memandang pemandangan kota Bandung yang ramai sekali, sementara Afero fokus mengendarai mobil ini.
Sebenarnya aku ingin berbicara atau sekedar basa-basi, tapi aku bingung mau mulai dari mana? Dan dengan topik apa?

Saking bingungnya, sampai gak sadar bahwa kami berdua telah sampai di parkiran cafe. Alhasil sedari tadi kami tak melakukan perbincangan apapun.
Turun dari mobil kami berdua berjalan sejajar memasuki cafe. Dan duduk saling berhadapan disebuah bangku dalam cafe ini.
"Aku bingung mau makan apa, samain aja deh sama kamu" ucapku pelan.

"Oke"

"Tunggu satu menit ya kak, pesanan akan ready" tutur pegawai cafe itu dengan suara lembut.

Pegawai cafe itu menjauh dari kami.
Kini diantara kami suasana menjadi hening. Lenyap ditelan kebingungan.
Bola mataku tak henti-hentinya berputar. Air saliva kutelan berkali-kali, jari-jari tangan sedari tadi saling meraba jari satu lainnya.
Sedari tadi Afero hanya menunduk, membuat suasana canggung.

Hujan Januari (COMPLETED)Onde histórias criam vida. Descubra agora