Hujan 2|💕☔

3.1K 162 46
                                    

________________________________

"Cowok gak tau malu lebih asik dibanding cowok yang sok jaim"
_Hujan Nandira.

________________________________




Pagi ini sang surya masih tertutup awan, hawa dingin sesekali meransang kulitku, semilir angin terkadang berkeliaran disisiku. Kali ini aku telah berada di halte , bahkan sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Ya kebiasaan sama yaitu menunggu bis jemputan atau pun menunggu seseorang yang lewat untuk nebeng.

Bukan nunggu kepastian mantan hlo ya!

Ngomong-ngomong kok gak bawa motor aja? Anyway, Aku tidak diperbolehkan mengendarai motor untuk pergi menuju sekolah karena jarak rumah dengan sekolah begitu jauh. Sementara motor dirumah hanya satu. Sekarang aku hidup sederhana, keuangan keluarga juga cukup montang - manting semenjak ayahku bangkrut.
Aku menunggu bis, yang tak kunjung lewat. Justru malah langit mengisyaratkan warna yang seketika gelap.

"Ini bertanda hujan, Ya ampun niatnya mau berangkat pagi buat kerjain ekonomi yang masih belum selesai dan bis antar jemput pun tak kunjung lewat" gumamku dengan cengir mewek.

"Efuhhhhgg...Dapet nilai merah lagi dah gue"

"Coba aja hidup kagak ada ekonomi pasti bakal enjoy"

"Etdah, goblok banget Hujan. Ya kalik kagak ada ekonomi, gimana hidup bakal stabil. Orang kehidupan kesana kesini serba ekonomi"

Dibanding bingung mau ngapain? Mending aku foto selpi aja dulu,wwwk.
Terus dipost di akun instagram, captionnya cengoh tak berfaedah.
Eatdyahh... Aku se alay itu ternyata.

Tiba - tiba terdengar suara motor sport yang berhenti dihadapanku. Kulihat dia adalah salah satu cowok kategori nyebelin, ya dia Fero lebih tepatnya Afero Aditama. Dibukanya kaca helm itu, dan pandangannya menuju posisiku.

"Nungguin siapa? Uhh, kasihan sekali, padahal bentar lagi hujan tuh?" canda Fero sembari memiringkan kepalanya.

Aku terdiam.

"Sekarang belajar diam ya? wah pendiam sekali..cantik hlo kalau pendiam" usilnya lagi.

"Sakit saripagi atau sariawan, tapi masih pagi berarti saripagi. Minum itu hlok cap badak atau ademsari" ocean tak berfaedah keluar dari bibir tipis milik Afero.

Aku diam, tanganku mengepal mendadak tingkat emosi ku menaik tinggi seakan aku ingin memukul habis - habisan.

"Fer.... Sekali lagi lo ngomong gitu, gue tonjok" cetusku dengan raut wajah sok serem namun masih terlihat lucu. Dan menggunakan kata gue, yang berasa kasar.

"Jahatnya, kejamnya.. Gue tackutt.
Udahlah, ayo sekarang !" balasnya penuh lebay.

"Sekarang? Sekarang mau kemana?" tanyaku dengan logat berbata-bata.

"Ke sekolah lah, masa ke KUA"  ceplosnya tanpa berpikir.

"Maksud mu itu apah?" tanyaku dengan sangat jengkel.

"Ngomong gak jelas, gue futsal pakai bola" ketusku penuh perasaan sebal.

"Futsal ya pakai bola, masa pakek hati" ujarnya.

"Pakai kaki buat nendang masa lalu" tambahnya.

"Eh, dengerin ya. Nglakuin apa aja didunia ini, tanpa hati. Sama saja tak berarti" pintaku yang terkesan mengancam.

"Namun ada kok, yang mencintai tanpa hati yang mengenali tanpa hati" sahut Afero sok dramatis dan puitis.

"Bukankah seseorang mengenali sesuatu karena hati? Hatilah yang membuat kita sadar bahwa dia perlu kita kejar. Karena hati pulah cinta dapat disalahkan. Karena hati pula mata dapat menangis dan karena hati juga pikiran kacaubalau" puitis dariku.

"Terus? Oke fiks.. Aku kalah kalau ngomong sama kamu " pasrahnya dengan dengusan sebal.

"Mana? " mintaku dengan mengulurkan tangan. Mirip preman pasar minta setoran.

"Apah? " tanyanya yang merasa tidak peka dengan hal yang barusan kulakukan.

"Hadiah, kan katanya lo kalah. Kalau lo kalah berati gue menang"

"Hadiah kepala lo peyang!! " ketusnya.

"Ssstt berisik Fer, semakin lo bicara. Ntar lalat yang terbang disekitar pada mati keracunan" ledekku yang semakin menjadi-jadi.

"kamu lah" bentak Afera tak mau kalah.

"Ya nggak"

"kamu"

"Nggak"

"Hujan gituloh"

"Ih gak nyambung"

"Ya disambung"

"Emang kabel"

"Kabel emang disambung? "

"Gak tau"

"Diambung"

"Bodo"

"Pinter, aku pinter Fer"

"Gak percaya"

"iihh"

"Jadi cowok gak usah alay, lebay, norak, cerewet!!" bentakku sambil menjulurkan lidah.

"Cowok pendiam itu justru aneh"

"Ya kalau kamu yang jadi pendiam bakal aneh hlah!!" cetusku sembari memperlihatkan wajah geram.

"Aneh? Yang penting berpredikat ganteng" sombong Afero.

"Yang ada lo tuh cuma terlalu tinggi berkhayal" terangku alias kalimat sindiran.

"Ini udah pagi, dari tadi aku udah bangun bego" jahilnya.

"Buktinya kamu  masih ngimpi jadi orang ganteng"  lantangku.

"Ettttdyah emang rese' kamu"  tegasnya.

"Emang rese , wek" timpalku sembari memberikan senyum jahil.




Hidup tanpa saran dan kritik akan hampa. Jadi tunggu apalagi, kasih saran dan kritik. 😚
Kira-kira kalau berantem bakal jatuh hati nggak ya :v

Buat pembaca ada yang suka berantem terus jadi jatuh cinta? 😂

Hujan Januari (COMPLETED)Where stories live. Discover now