Hujan 29| ☔💧

627 38 0
                                    


"Terkadang rasa rindu itu kembali terulang lagi"
_Hujan Nandira



Setelah menyelesaikan sedikit halangan dari abang Reza, akhirnya aku menapakan kaki di kelas.
Di kelas rupanya telah disambut Afero yang tengah duduk dikursi milikku, Afero sedang asik berbincang-bincang dengan Rivo. Biasa membicarakan hasil pertandingan semalam.
Langkah kakiku terhenti dan seketika ingin berbalik, juga sempat berpikir bagaimana caranya ngusir Afero dari posisi Afero yang sedang duduk di kursi milikku.
"Kok aku jadi takut? Ngapain juga takut sama Afero? Rasanya kok kaya ketemu mantan aja. Padahal pacaran aja kagak pernah. Kenapa jadi malu dan jadi deg-deg an?" gumamku dalam hati.

Entah detik keberapa tiba-tiba Afero berteriak memanggil namaku.
"Hujan"

Aku pun berbalik dan memandangnya sambil memamerkan barisan gigi putih yang kumiliki.

"Mau kemana? Tempat dudukmu kan di sini?" tanya Afero dengan wajahnya sok kecakepan.

"Emt, mau ke Kantin dulu" jawabku asal jeplak.

"Etdah, lihat jam berapa tuh? Nih mata pelajaran bu Ester. Yakin mau ke Kantin dulu?" ucap Afero dengan tangan menunjuk ke posisi jam dinding yang melekat pada tembok bercat putih pucat itu.

"Yaudah dipending aja lah" ucapku penuh santai.

"Terus ngapain masih berdiri di situ? Duduk sini, aku bakal pindah" suruh Afero yang kemudian Afero berdiri menuju ke kursi miliknya sendiri yang tak jauh dari bangku milikku.

Tanpa kujawab aku segera duduk , karena bu Ester telah memasuki kelas.

☔☔☔

Pukul 16.00 WIB, iya sebuah waktu yang dari tadi aku tunggu. Karena disaat waktu itulah bel akan berbunyi dan para guru akan segera mengakhiri proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan sebagai kemerdekaan para siswa.

Sebagian siswa sibuk menyetater motor, atau mulai memasuki lapangan untuk melakukan rutinitas atau lebih akrab lagi ekstra. Sementara aku sedang duduk di halte, ntah menunggu angkutan atau jok motor yang kosong.
Kusenderkan kepalaku di tiang halte. Telinga kusumbat dengan earphone yang memutar musik bernada melow.
Sambil memandangi riuh siswa-siswa dari SMAN Pelita Harapan yang melintas di jalan.

"Hem mama seharusnya Hujan bawa mobil atau motor sendiri, jadi kalau pulang ya tinggal pulang" gumamku yang merasa sedikit sebal dengan keputusan mama mengenai tidak diperbolehkan membawa motor atau mobil ke sekolahan.

"Langit mendung lagi, mana gak bawa payung. Kuota hape habis pula, bikin bete' aja" batinku.

*Tinnnn*
Sebuah motor ninja mendadak berhenti di depan halte. Siapa lagi jika bukan motor milik Afero.

Awalnya aku memandangnya, namun setelah itu aku lebih asik menunduk sembari menggeser-geser layar ponsel.

"Hujan nunggu siapa? Pacarmu?" tanya Afero.

Karena tak kujawab, alhasil Afero turun dari motornya dan mendekatiku. Afero melepaskan earphone yang menempel ditelingaku.

"Kamu ngapain di sini? Nunggu pacarmu?" tanya Afero memastikan.

"Eh Fero? Ngapain disini?" tanyaku kembali dengan nada terkejut.

"Hm, ditanya malah balik tanya. Emang nih anak kebiasaan" terang Afero disertai satu jitakan dijidatku.

Hujan Januari (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang