Hujan 24 | ☔💧

806 61 2
                                    



Semoga cuaca cerah ya...
Hujannya dipending dulu mbah 😅
Wah tamunya banyak, btw ada cogannya gak ya yang jomblo :v











Semua kali ini mengenakan pakaian putih.
Aku mengenakan gaun dari Kent. Rambutku ku ikat layaknya penari balet.
Dibagian kepala kuberi mahkota bunga bunga.
Mama dan papa duduk disebuah sofa berRed karpet. Banyak tamu undangan yang datang dan mengucapkan selamat kepada mereka. Banyak bungkusan kado dan amplop untuk mereka. Lalulalang yang menambah keramaian, ditambah ada hiburan band dari teman-teman Reza.
Aku sengaja keluar dari keramaian aku menuju dalam villa lantai atas. Belum sempat menaiki tangga, ada seseorang yang memegang pundakku.

"Siapa?" kagetku secara dramatis.

"Ehh Afero" kekehku sambil nyengir.

"Sorry jadi ngagetin, selamat ya punya keluarga baru. Aku harap kamu bisa tersenyum. Aku sebagai sahabatmu hanya bisa berdoa untuk kebahagiaanmu." pesannya.

"Thanks ya Fer" cuekku.

Ntah mengapa, kali ini benar-benar berbeda mengenai perasaanku. Rasa gemetar atau pun rasa cinta kini hilang tak kurasakan. Hanya biasa saja, justru aku merasa seperti tak pernah ada cerita diantara kami. Begitu cepatkah diriku melupakannya.
Apakah aku berhasil move on darinya hanya hitungan beberapa hari?

"Mmm. Kamar mandi mana ya?" tanya Afero gelagapan.

"Mau ngapain?" tanyaku tanpa kusadari.

"Ya buang air masa mau tidur" cetusnya.

Bahkan diantara kami masih sering bercanda canda tak pernah bisa fokus. Afero makin hari makin berubah. Dia jauh lebih cuek dan dia bukan Afero yang aku kenal dulu lagi. Kenangan bersama Afero layak aku kubur dalam-dalam.

"Hhhe.. Ohh,  lurus aja ke sana dekat gudang bagian pojok. Lantai atas adanya kamar mandi disetiap kamar. " terangku sembari menunjuk sudut pojok ruangan.

"Oke"

"Ayo" ajak Afero.

"Apaan?" tawaku .

Afero tersenyum.

Aku naik ke lantai atas untuk mengambil kado.
Dan di depan RedKarpet aku menyerahkan kado untuk mama.

"Ma.. Maap Hujan cuma kasih ini. Habis Hujan bingung dan jujur saat itu kagak ada uang" jujurku disertai memberikan bungkusan kado.

"Gak papa sayang, kado terindah hanya doa yang selalu terucap dimulutmu sayang" pelan mama namun sweet banget.

Dipeluklah aku dipelukan mama.
Rasanya mama selalu tersenyum. Dia terlihat begitu bahagia. Tak pernah kumelihat mama sebahagia ini.

Malam ini acara masih berlangsung, karena tamu dari luar kota teman kerjanya papa masih berdatangan.
Teman-teman sekelasku sudah pulang. Sementara Afero dan pacarnya masih asik berbincang bincang di depan kolam renang. Rupanya Afero sudah booking villa. Mana mungkin Afero akan pulang malam-malam menggunakan motor.
Aku berjalan menuju kursi yang berjejer.

Dibagian belakang ada segerombolan teman Reza dan teman Kent yang duduk di sana.
Alhasil, saat Kent melihatku, justru dia menghampiriku dan menggeretku menuju sungai. Aku duduk disalah satu tempat duduk berbentuk persegi panjang bersemen. Meski malam, namun sungai itu tak gelap. Karena ada pencahayaan lampu dan beberapa lilin yang terhias disetiap sudut sungai.

"Ada apa Kent?" tanyaku sedikit penasaran.

Sama sekali dia tak menjawab. Jangan sampai Kent akan menjeburkan diriku ke Sungai ini.

Hujan Januari (COMPLETED)Where stories live. Discover now