Hujan 8 | 💕☔

1.1K 77 4
                                    

Foto cuma pemanis, bukan real nya. Cuma pengandaiannya..
Jadi jangan salah paham 💖








"Aku harap seperti itu.." pelanku.

Hingga sampailah dirumah sakit.
Kami berlari-berlari, ditemani dengan air mata yang terus menetes. Hingga sampailah disebuah kamar. Disana kulihat Kain putih membungkusi seseorang dan hanya terlihat kaki saja.

"Yah.. Jangan tinggalin ibu.....ibu takut kesepihan, Ayah" tangis ibu.

"Yahh, ayah, bangun. Hujan kangen banget sama Ayah.Padahal baru kemarin kita kumpul. Dan sekarang ayah pergi ninggalin Hujan? aku gak rela!!", tangisku mendera.

"Sudahlah, Hujan. Kamu harus sabar" , pinta Afero dengan mengelus rambutku.

"Selamat Malam, ini keluarga dari bapak Tio ?", tanya dokter dengan sifat ramahnya.

"Iya, kami keluarganya. Suami saya bisa kaya gini kenapa dok?" tanya balik ibu.

"Kecelakaan, Bapak Tio ditabrak sebuah mobil hitam mewah. Saksi yang melihat, yang menabrak ayahmu adalah Mahasiswa. Mobil rupanya sedang melaju kencang. Sehingga menabrak angkutan ayahmu. Karna pada saat itu hujan cukup deras, jadi gak begitu banyak orang yang melihat kejadian itu semua pada acuh", jelas Pak dokter panjang lebar.

"Ditabrak? Seorang Mahasiswa?", kejut Afero dengan artikulasi jelas banget.

"Untuk sekarang, mayat bapak Tio bisa dibawa pulang dan besok dikuburkan. Saya hanya bisa berdoa saja, semoga keluarga mengikhlaskan kepergian bapak Tio dan almarhum diterima disisinya. Segala amalannya di bumi diterima ", harapan dari pak dokter.

"Amin"

☔☔☔

Malam ini ribuan bintang menghiasi polosnya langit. Angin malam menusuk dinginnya raga. Segalanya tak kupikirkan, pikiranku hanya tertuju Ayah. Malam ini, Afero memang berada disisiku. Meskipun dia bukan saudaraku namun tetap saja disampingku. Kupadangi Ibu yang masih menangis tersedu-sedu, dan aku mencoba kuat untuk tidak menangis meski rasanya aku tak mampu melakukannya. Teman-temanku sebagian hadir dirumahku. Bahkan ada Wali kelasku yang datang turut untuk berduka cita. Malam ini hujan tak turun, suara tangisan dari saudara-saudara ayah dan ibu menggema diruangan kecil ini. Bahkan ibu sendiri masih nyaman menangis. Bagi Ibu malam ini adalah malam terakhir dimana ibuku menemani ayahku.

Kondisi rumah yang begitu sempit, namun alhamdulillah dapat menopang tamu-tamu yang hadir bergantian, padahal malam ini sudah menunjuk pukul 21.00 WIB. Namun tetap saja lalulalang orang masih terlihat disini.

"Hujan, kamu harus kuat ... aku percaya kamu adalah orang yang paling kuat dimuka bumi ini" , ucap Veni teman sekelasku.

Aku hanya bisa mengangguk dan sedikit senyum.
"Ibu berturut cita ya,meninggalnya ayahmu. Semoga kamu tabah dan buktikan ke ayahmu. Bahwa kamu akan menjadi anak sukses. Supaya ayahmu merasa bahagia disana karna telah berhasil mendidikmu." , ucap bu Mili Wali kelasku.

"Iya bu, saya akan berusaha" , balas singkatku.

"Hujan, lo itu sahabat gue yang selalu ceria. Jadi kumohon ceria lo tetap dipertahani. Ntar kalau lo gak ceria bakal hujan gede" , hibur Silvia disertai mulut ditekuk persis kayak anak SD yang minta maenan terus gak dibeliin.

"Iya sayangku", tuturku sembari memeluknya.

"Hujan jangan sedih, ikhlas!! Ini kehidupan, wajar dong ada yang hidup dan mati keperaduan Sang Pencipta" , tutur halus Dewi.

Dan masih banyak lagi soib-soib gue yang pada ngehibur gue, kasih gue banyak quotes dan tentunya pencerahan buat kehidupan kedepannya. Thanks yah 💖😭

Hujan Januari (COMPLETED)Where stories live. Discover now