[ Re:XXX • 48 ]

Start from the beginning
                                    

Moriz dan Sion berlari kecil menghampiri Cielo yang cemberut di dalam dekapan Papanya. Moriz, seperti biasa, mengusap kepala adiknya itu. Sion menyusul dengan mengusap punggung Cielo. Mencoba menghibur adiknya dengan memasang tampang lucu, dan berhasil membuat Cielo tersenyum dengan rona merah dikedua pipinya.

          💚💚💚💚💚💚

Adam baru saja selesai meminta Moriz dan Sion untuk memakai sendiri swimwear milik keduanya. Meskipun Adam tahu, kulit kedua putranya bukan tipe kulit yang sensitif, tapi ia sengaja membelikan keduanya pakaian renang serupa pakaian untuk diving. Swimwear tersebut baru saja ia beli saat menemani kedua putranya berbelanja oleh-oleh di Mall yang berada di kapal pesiar yang mereka tumpangi saat ini. Meskipun hitam adalah warna favorit Adam, tapi ia sengaja memilih swimwear dengan corak garis berwarna cerah untuk keduanya.

Untuk Moriz, ada corak garis berwarna ungu terang yang menyambung dari leher hingga kebagian paha. Sementara swimwear yang dipakai Sion, memiliki corak berwarna merah ruby. Agar keduanya merasa nyaman, Adam juga sengaja memilih swimwear berlengan pendek, dan bagian celana yang menyambung pada bagian atasnya juga sama pendeknya sebatas paha. Agar kedua putranya bisa dengan mudah memakai dan melepas sendiri pakaian tersebut, Adam sengaja memilih resleting yang berada sebatas pusar hingga leher di bagian depan.

Baru saja mereka akan bersiap beranjak menuju pintu, Adam mendengar suara ketukan dan bergegas membukanya. Ia tersenyum melihat para saudara sepupu kedua putranya yang berasal dari keluarga Lee. Mereka adalah Ignaz dan Daichi, berusia lima tahun. Hilda, Anzu, Becca, Hans dan Nino berusia sepantaran dengan putranya, yaitu tiga setengah tahun.

Diantara saudara sepupu kedua putranya dari Keluarga besar Lee, ada juga keponakan Dahlia. Antara lain Adnan, Akmal, Faqih dan Hilman. Kesemuanya memiliki usia yang sama dengan kedua putra sulung Adam tersebut.

Semuanya saling berkenalan di tengah-tengah acara makan malam sehari sebelumnya. Tapi mereka langsung bisa akrab satu sama lain. Walaupun jumlah tamu undangan mencapai ribuan orang, tetapi jumlah anak-anak tak sampai seratus orang. Sementara yang memiliki usia sepantaran dengan Moriz dan Sion adalah mereka yang sedang berkerumun di depan pintu kamar, dengan Ignaz yang terlihat memimpin.

"Om... Kami mau main dengan Moriz dan Sion. Boleh?" Ignaz bertanya dengan senyum cerah menghiasi wajah tampannya.

Adam tersenyum dan mengulurkan tangannya. Meraih dan membelai kepala Ignaz, seperti yang biasa ia lakukan pada keempat putranya. "Tentu saja boleh. Tapi Moriz dan Sion mau ke kolam renang. Kalian mau ikut?"

"Emangnya boleh, Om?" Akmal memberanikan diri untuk bertanya. Adam bisa dengan mudah mengingat Akmal. Karena dibandingkan dengan semua bocah yang sepantaran dengan kedua putranya, Akmal dan Faqih bisa bicara dengan sangat lancar. Tak seperti kedua putranya yang masih sangat cadel.

"Tentu saja boleh, sayang..." Adam menjawab seraya membelai pipi Akmal dengan punggung jari telunjuknya. "Kalian masuk dulu. Biar Om siapkan baju renang untuk kalian. Okay?" Lanjutnya sebelum meraih gagang telepon yang berada di salah satu meja di dekat sofa. Adam sampai harus menutup satu telinganya saat ia berbicara dengan salah satu staff yang sedang ia hubungi. Kamarnya yang biasa tenang, mendadak saja ramai dengan suara riang para bocah.

Joshua yang baru saja meletakan buku cerita yang biasa ia bacakan untuk dua putra bungsunya, kini hanya berdiri bersandar pada dinding kaca jendela sambil memperhatikan Daichi dan Nino yang baru saja menyapa Cieli dan Cielo. Kemudian Daichi meraih salah satu buku yang ditunjuk jari mungil Cielo. Membuat Joshua tersenyum semakin lebar saat melihat Daichi terkesima sewaktu Cielo memilih untuk duduk dipangkuannya. Nino pun memiliki reaksi yang sama ketika Cieli duduk dipangkuannya, dan sempat menatap bingung kearah Joshua.

The Next Chapter of °•¤ Re:XXX ¤•°[2nd Season]Where stories live. Discover now