19. Deg-degan

Mulai dari awal
                                    

Kejadian yang sangat memalukan namun sedikit membuat beban Hanbin berkurang, dia memegang dada kirinya merasakan denyut jantung yang berdenyut lebih cepat dari biasanya.

"Anjing napa gue deg-degan gini." erangnya.

"Kenapa lo ?"

Hanbin menggeleng, entahlah dia juga tidak tau yang jelas semenjak dia memikirkan Lisa maka saat itulah jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.

"Bin ?"

Yoyo memangil Hanbin, menatapnya intens membuat Hanbin mengerutkan keningnua heran. "Jijik anjir, biasa aja !" ucap Hanbin.

"hehe." Yoyo tertawa garing dan kembali menatap Hanbin intens.

"Anjing lo yo, masih normalkan ?" teriaknya seraya menyilangkan kedua tangannya tepat didadanya serta sedikit memundurkan badannya menjauhi Yoyo.

Yoyo melempar botol kearah Hanbin, namun sayang lemparanya sangat tidak profesional.

"Apasih, gue cuma penasaran aja."

"Penasaran sama gue ? Anjir Yo gue masih demen lobang."

"Lah gue juga berlobang anjing, nih anus gue nih !" jawabnya seraya membalik badanya dan menunjuk pantatnya.

Hanbin semakin bergidik, dia berdiri dan duduk di sofa satunya. Mengangkat kakinya serta memeluk kedua kakinya itu erat.

"Yo jangan perkosa gue anjir."

Yoyo mendekat ke arah Hanbin, sementara Hanbin sudah berteriak mengeluarkan sumpah serapah nya terhadap Yoyo.

"Astaga Hanbin lo kenapa sih ? Maksud gue tuh gue penasaran dah berapa lama lo kaga solo ?" ucap Yoyo, dia berdiri didepan hanbin menatap Hanbin datar.

Sementara Hanbin, dia cengo. Dia membenarkan posisi duduknya dan menatap balik Yoyo lalu mengendikan bahunya asal.

"Gatau ?" tanya Yoyo dan dijawab anggukan oleh Hanbin. "...terus kapan lo terakhir donor sperma kaya si June ?" lanjutnya.

"Kaga tau gue, lupa serius. Dah lama banget anjir."

Yoyo tersenyum sumringah dan merangkul Hanbin.

"Pub yok !" ajak Yoyo semangat. Hanbin melepaskan rangukulan itu dan mendorong Yoyo menjauh darinya.

"Ngapain ? Lo masih engas gegara June ?"

"Lebih tepatnya gegara Rose, gila bin body nya anjir tadi gue liat langsung dia tanpa baju setan otak gue tercemar. Dadanya beuh sek-- anjing !" pekiknya seraya mengelus kepalanya. Dia mendengus dan menatap Rose yang sudah tertawa di pelukan June.

Yah, June dengan santainya melempar sepatu tepat mengenai kepala Yoyo. Mereka berdua baru saja menyelesaikan hal 'itu' dan mendengar Yoyo yang baru saja membicarakan body sexy nya Rose. Jelas saja June tidak terima badan kekasihnya itu dinikmati lelakinlain, enak saja.

"Makanya lambe mu nak jangan seenaknya nyerocos !" kata June.

"Fakta anjir, gue lagi ngomongin fakta harusnya lo bangga gue puji body cewe lo. Aneh lo !"

[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLETED ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang