Part 33

5.6K 416 37
                                    

Happy Reading.
..

Hari kedua

Seperti biasa di pagi hari, Pangeran membangunkan May untuk mendirikan sholat tahajjud. Pangeran menunjukkan sikap seolah mereka dalam keadaan baik-baik saja.

"Ayok May, nanti kelewat tahajjudnya." Pangeran menepuk pipi May pelan.

Sebenarnya May sudah terbangun dari tidurnya, hanya saja ia sedikit kesulitan membuka matanya yang terasa perih. May takut kebablasan malah menangis di hadapan Pangeran.

"May, ayuk bangun." Pangeran mengusap pipi May lembut.

Ingatan-ingatan akan kesabaran Pangeran membangunkannya untuk mendirikan sholat tahajjud berputar lagi dalam ingatan May.

"Iya Kak, duluan aja ke kamar mandinya,"ucap May dengan mata yang masih terpejam.

"Yaudah, kamu bangun ya. Jangan tidur lagi." Sebelum beranjak dari atas tempat tidur, Pangeran menyempatkan diri mengelus puncuk kepala May.

Setelah memastikan Pangeran sudah berada di kamar mandi, May membuka matanya. Tidak bisa dihalangi lagi, air mata May langsung mengucur.

"Hati Kak Pangeran sebenarnya terbuat dari apa?" May bermonolog sendiri.

Di hari kedua ini, Pangeran menjalankan tugasnya sebagai seorang suami dengan sempurna. Pangeran mencurahkan semua perhatiannya kepada May. Sampai-sampai May tidak berkutik, dan lebih banyak menerima.

Pada malam harinya May juga sengaja pura-pura tertidur di atas sofa. May ingin melihat dan merasakan seperti apa reaksi Pangeran, apakah masih sama seperti dulu. Dan lagi-lagi May terpukau. Pangeran masih sama, selalu care dengan caranya, yaitu secara diam-diam.

Hati May berdesir hebat kala merasakan sentuhan Pangeran di wajahnya, kala Pangeran menggendongnya dengan lembut. Kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan lembut, menyelimuti tubuhnya sampai atas dada.

Hal yang membuat hati May semakin terenyuh adalah ketika May merasakan kecupan hangat di dahinya, kemudia wajah May yang ikut basah dikarenakan air mata Pangeran yang jatuh ke atas wajahnya.

Ketika seorang Pangeran sampai meneteskan air mata, berarti kesedihan yang ia rasakan pastilah sudah sangat mendalam. Karena Pangeran bukan tipekal orang yang dengan mudah meneteskan air mata.

"Akankah ini akan menjadi hari-hari terakhir untuk kita May." Suara Pangeran jelas terdengar parau. Sekali lagi Pangeran mengecup dahi May, dan air mata Pangeran kembali membasahi dahi May.

"Nak, kamu apa kabar di syurga sana. Maafin Ayah ya Nak. Tidak berdaya untuk mempertahankan Mamamu lebih lama lagi bersama Papa. Papa harap kamu jangan kecewa dan marah pada Mama. Kita tunggu keputusan Mama ya Nak."

Pangeran menerawang langit-langit kamar. Tangisnya semakin menjadi kala mengingat buah hatinya yang telah mendahului mereka, buah hati yang tidak sempat bersua dengan mereka di dunia. Buah cinta dirinya dengan May, bukti cinta mereka berdua. Bisa jadi akan menjadi bukti cinta terakhir untuk mereka.

"Kami menyayangimu sayang." Pangeran menekan dadanya yang terasa begitu sesak.

Sementara itu, Mati-matian May menahan air matanya. Ulu hatinya terasa begitu sakit dan perih. Semua kata-kata yang terlontar dari bibir Pangeran itu bagai pukulan telak untuk dirinya.

Pangeran bangkit dari atas tempat tidur. Berjalan menuju kamar mandi. Pangeran memilih mengambil wudhu untuk menenangkan diri.

Setelah itu, Pangeran menggelar sajadahnya. Pangeran membaca Al-Qur'an, karena Pangeran paham betul kemana ia harus berlari dan kembali di saat ia ditimpakan sebauh cobaan, tidak ada gunanya berlama-lama meratap.

Sepanjang membaca Al-Qur'an air mata Pangeran tak kunjung reda, setiap lelehan air mata yang keluar dari matanya menjadi bukti betapa dalam rasa kecewa dan luka yang menancap di hatinya.

Usai membaca Al-Qur'an sekitar satu juz. Pangeran menutupnya dengan sebaris doa.

"Ya Allah engkaulah dzat yang menyatukan hamba dan istri hamba, hamba mohon bantu lah kami untuk tetap menyatu hingga akhir hayat. Sungguh engkaulah dzat yang Maha membolak-balikkan hati manusia."

May meringkuk dalam balutan selimut, badannya tiba-tiba merasa gigil. May merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat.
..
Hari ketiga

Hari terakhir, untuk mengenang dan menjalani masa-masa indah mereka seperti sedia kala. Esok sampai hari ketujuh sesuai kesepakatan, baik itu May dan Pangeran harus saling menjauh, berjalan sendiri-sendiri.

"May, ayuk bangun sholat tahajjud." Seperti biasa, Pangeran membangunkan May. Pangeran mengerutkan keningnya kala menyentuh tangan May yang terasa panas.

"Panas, kamu demam ya May." Pangeran terlihat panik.

"Dingin Kak." May merapatkan selimut yang berada di atas tubuhnya.

"Dingin? Kamu menggigil eh?"

Pangeran mendekatkan tubuhnya dengan May, mengusap rambut May lembut.

"Dingin." Tubuh May menggigil hebat.  Bibir May benar-benar terlihat pucat.

Pangeran menambah tumpukan selimut May dengan selimutnya.

"Masih dingin May?"tanya Pangeran.

"Masih Kak, masih." May mendekap dirinya sendiri, meringkuk menahan gigil yang ia rasakan.

Pangeran berbaring di samping May, mendekap tubuh May dari arah belakang. Menuntun May dengan gerakan pelan untuk berbalik arah menghadap ke arahnya.

"Bibir kamu pucet banget. Sabar ya May, ini masih jam 3 dini hari."

Pangeran mendekap tubuh May dengan erat, berbagi kehangatan dengan May. Sesekali Pangeran menggosok telapak tangan May, mentransfer kehangatan dalam tubuhnya kepada May.

"Maafin istrimu yang durhaka ini Kak. Ini mungkin adalah bentuk teguran paling kecil dari Allah untuk aku."

May menangis, bahkan ketika air matanya mengalir di atas pipinya juga ikut terasa sakit. Sekujur tubuh May terasa ngilu.

"Alhamdulillah Allah langsung berikan penggugur dosa untukmu. Udah ya, kamu tidur aja lagi. Kalau udah pagi nanti aku telfon dokter langganan kita."

May kembali memejamkan matanya, Pangeran tidak berhenti menepuk-nepuk punggung May dengan lembut. 

Sampai menghantarkan May kembali tertidur. Setelah May tidur, barulah Pangeran beranjak untuk melaksanakan sholat tahajjud.
..

Dokter hanya menyarankan May untuk memperbanyak istirahat, dan memakan obat yang telah diresepkan dengan teratur.

"Makan ya, aku udah masakin semur ayam. Kamu gak suka bubur kan ya? Makanya aku masak semur aja."

"Aku gak laper Kak,"jawab May dengan suara lemah.

"Laper gak laper harus makan May, biar dimakan obatnya ya."

"Tapi minum aja tadi udah berasa pait Kak. Gak enak rasanya, pait." May menggeleng.

"Kamu mau cepat sehat gak?" tanya Pangeran. May mengangguk.

"Makanya ayok makan, jangan bandel dibilangin."

"Iya deh iya." May mengalah.

Pangeran menemani May makan. h
Hening, tidak ada pembicaraan yang tercipta di antara mereka.

"Kak makasih,"ucap May pelan.

"Itu sudah menjadi tanggungjawabku selagi kamu masih menyandang status sebagai istriku, tidak perlu berterimakasih,"jawab Pangeran.

"Pokoknya terimakasih Kak."

"Iya,"jawab Pangeran singkat.

Esok apa yang akan terjadi pada hubungan mereka? sedikit mengkhawatirkan. Akan tetapi masih ada sedikit titik terang, yang mungkin bisa menjadi secercah cahaya yang kembali bersinar terang benderang.

..

Tbc

Jangan terlampau kesal sama May, nanti jadi cinta. #eh.  Wkwkwk😂

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang