Part 18

5.5K 449 22
                                    

Happy Reading
...

Pikiran May bercabang dua kala menjalani bimbingan kali ini, memikirkan nasib proposalnya yang telah ia revisi dengan sepenuh hati semalam, dan sekaligus memikirkan pertengkaran dirinya dan Pangeran.

Sikap Pangeran yang masih dingin terhadap dirinya pagi tadi, sangat mempengaruhi mood May. Ingin meminta maaf terlebih dahulu, May merasa gengsi. Egonya terlalu besar.

"Kamu sebenarnya dengar penjelasan saya atau tidak!" Suara menggelegar Pak Arman sukses membuat May kaget, dan nyalinya semakin menciut.

PS baru May ini benar-benar sangat killer. Laporan May selalu berakhir mengenaskan setiap kali bimbingan. Entahlah, May merasa ini sudah masuk dalam pelampiasan dendam pribadi terhadap suaminya Pangeran, lalu dilampiaskan pada dirinya yang tidak tahu menahu.

Sekali lagi, ingat saja pasal ketidak adilan itu.

Pasal satu, Dosen tidak pernah salah.

Pasal dua, kalau dosen salah, kembali ke pasal satu.

Mahasiswa tentu tidak setuju dengan pernyataan ini, dan tidak pernah ada peraturan yang mencetuskannya di lingkungan civitas akademik. Akan tetapi dalam pengaplikasiaannya, sering terjadi seperti itu.
..

May keluar dari ruangan Pak Arman dengan wajah lusuh, bibir yang mengerucut.

May lalu duduk di bangku panjang yang disediakan di sepanjang koridor jurusan.

"Kesel ih, semalam latar belakangnya kata Bapak itu tinggal poles sikit. Ini kok ya dibabat lagi dari awal. Gini aja terus, sampai Upin-Ipin jadi warga negara Indonesia." May bersungut-sungut.

"Aus."

Lelah mengomel sendiri. May merasa haus. Bimbingan dengan Pak Arman juga bisa membawa efek dehidrasi ternyata.

May menoleh ke samping, saat merasakan pipinya terasa dingin. Seperti ada es yang menempel di sana.

"Kakak, eh Bapak."

Pangeran berdiri tegap di samping May, sambil menempelkan sebotol air mineral dingin di pipi May.

"Ambil,"ucap Pangeran singkat, sambil menggoyang-goyangkan botol air mineral yang ada dalam genggamannya. .

"Aku?" May menunjuk dirinya sendiri.

"Iya." Jawaban yang teramat singkat, padat dan jelas.

Dengan gerakan kikuk, May mengambil botol air mineral itu dari genggaman Pangeran.

"Kamu boleh stres karena bimbingan. Tapi..." Pangeran sedikit menunduk. Memasukkan anak rambut May yang keluar dari dalam jilbab, memasukkanya kembali ke dalam jilbab.

"Aurat harus tetap dijaga, jangan lupa make ciput jilbabnya. Biar gak keluar-keluar gini rambut kamu."

Tubuh May menegang, jantungnya berdetak tidak karuan. Ah Pangeran memang sangat lihai membuat hati May goyah. Membuat hati May luluh. Kemarahan May seolah menguap begitu saja, bahkan sebelum ia mendengar permintamaafan dari Pangeran.

"Dan ini."

Pangeran mengeluarkan kaus kaki yang masih dibungkus seperti baru dibeli, masih lengkap dengan cap dan lebel harganya.

"Mau secepat apapun, mau segenting apupun urusan yang hendak kamu tuju, jangan lupa make kaus kaki."

Pangeran meletakkan kaus kaki itu di atas telapak tangan May.

"Itu tugasku untuk menuntunmu, bagaimana pun kondisi hatiku. Kewajiban dan tanggung jawab tetap berada di pundakku. Pakailah kaus kaki ini. Aku pergi."

Pangeran untuk Maymunah Where stories live. Discover now