Part 26

5.2K 402 30
                                    

Happy Reading
...

"Kak si unyil masih di sini kan?" May mengusap perutnya. 

Begitu May sadar, hal pertama yang ia tanyakan adalah perihal kandungannya. Pangeran jadi mati kata, tidak tahu harus menjawab dengan jawaban seperti apa.

"Bagian mana yang sakit May?" Pangeran mengalihkan pembicaraan.

"Jangan ngalihin pembicaraan Kak, si unyil selamat kan Kak? Kakak harus jawab iya. Aku gak mau denger jawaban lain Kak." May menatap tepat di arah manik mata Pangeran.

"May, kamu masih lemes. Nanti aja ya kita bahas soal itu."

Pangeran mencoba terlihat tegar, akan tetapi sorot matanya tidak bisa bohong, ada sendu gulana yang bersarang di sana.

"Apa itu artinya?" May mengusap perutnya lagi.

"Kamu masih betah kan Nak di perut Mama?" May mengusap-usap perutnya berulang.

"May, mungkin Allah masih memperkenankan kita lebih saling mendekatkan diri, hanya berdua. Menempah diri lebih matang."

Pangeran menyiratkan jawaban terpahit yang mungkin tak sanggup May dengar saat ini, ia mencoba mengutarakannya sehalus mungkin.

"Mungkin Unyil gak mau ya Kak ketemu sama aku? Sama Mama yang pada awalnya tidak mengharapkan kehadirannya. Sekarang dia pergi, tanpa aku minta Kak."

Seiring kalimat yang terucap dari lisan May, beriringan pula dengan air mata May yang mengalir tanpa jeda. Tatapan May kosong, hampa, dan berkaca-kaca.

"Kamu menghukum Mama dengan cara yang sangat luarbiasa Nak."

Pangeran merengkuh tubuh May ke dalam pelukan hangatnya. Pangeran mengusap puncuk kepala May dengan sayang.

"Ketika mengatakan itu kamu seolah tidak beriman kepada Tuhan May. Itu bukan perkataan orang yang beriman sayangku." Pangeran mengusap punggung May lembut.

"Ini lah yang disebut sebuah ketetapan dari Allah May, yang tidak bisa diatur oleh manusia."

"Penyesalan boleh ada, tapi jangan karena penyesalan membuat imanmu dipertaruhkan May."

"Berdamai dengan hatimu, dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Oke." Pangeran mengecup pipi May sekilas.

"Rasanya sakit Kak, saat aku sudah menginginkan kehadirannya dia pergi. Mengingatkanku pada masa ketika aku menolak kehadirannya. Sebenarnya Ibu macam apa aku ini Kak?"

"Ketika kamu menyadari kesalahanmu, dan merubah diri. Selayaknya kesalahan itu tak perlu lagi diungkit. Allah tidak menyukai manusia yang mengungkit-ngungkit kesalahan di masa lalu loh May."

"Tapi tidak semudah apa yang Kakak ucapkan Kak, semuanya masih membekas di hati dan ingatanku Kak." May menggigit bibir bawahnya. Menahan isak tangis yang hendak lolos dari bibir mungilnya.

"Kakak tidak memaksamu melupakan, karena ingatan akan hal seperti itu bisa dijadikan pelajaran berharga untuk ke depannya. Tetapi yang Kakak minta jangan terus menerus diungkit kebaradaannya di permukaan. Cukup ia jadi pengingat diri."

"Ah sudahlah, Kakak gak akan pernah paham."

May melepaskan pelukannya. Kembali berbaring di atas tempat tidur, memunggungi Pangeran.

"Aku mungkin tidak bisa menuruti apa isi hatimu, ikut membesar-besarkan ke khawatiranmu. Menangis dan meratap bersama denganmu. Tapi May, aku tau apa yang dibutuhkan oleh hatimu,"ucap Pangeran dengan lirih.

"Tapi aku percaya jauh di lubuk hatimu, kamu  juga sebenarnya ingin mendengar rangaian kata penawar lara, jika kamu tidak sepenuhnya salah. Dan aku memilih melakukan apa yang dibutuhkan hatimu May. Kebutuhan yang kamu kesampingkan, karena penyesalan yang lebih dominan. "

"Aku mau tidur Kak,"ucap May, setelahnya ia langsung memejamkan mata.
..

Sembari May istirahat Pangeran langsung turun tangan mencari dalang dari semua kejadian ini.

Jangan sebut ia Pangeran, jika hal seperti itu tidak bisa ia lacak, atas Izin Allah.

Tidak butuh menunggu 24 jam, Pangeran sudah bisa menemukan benang merah dari semua kejadian ini. Mengarah pada satu orang, Pak Arman. Pembimbing skripsi May, orang yang selalu dengki terhadap semua pencapaian yang diperoleh Pangeran. Termasuk ketika Pangeran dilantik sebagai sekertaris jurusan. Posisi yang Pak Arman idam-idamkan selama ini.

Tidak salah lagi, jika Tahta dan Wanita bisa membuat seseoarang gelap mata. Melakukan tindakan yang keji.

Pangeran terkenal dengan pembawaannya yang santai. Namun sekali ia diusik fatal akibatnya.

Pangeran bukan lawan yang bisa diajak main-main, ia tenang akan tetapi dibalik itu ia punya power menenggelamkan, yang sesuai pada konteksnya.

Mungkin saat ini,  Pak Arman tengah meratapi kekonyolannya yang berani memantik kobaran api terhadap Pangeran. Tidak lama lagi ia akan gigit jari di balik jeruji.
...

Semingu berlalu, dan May masih terpaku dengan penyesalannya yang berlarut-larut. May yang ceria jadi pemurung, seolah kehilangan gairah hidup.  Tatapan mata May jelas terlihat hampa.

"May."

Pangeran menepuk bahu May, May tersadar dari lamunan panjangnya.

"Apa perlu kamu diruqyah, hmm?"

"Gak lucu,"jawab May datar.

"Yang bilang ini lucu siapa? Aku udah terlalu sabar ya menghadapi kamu May satu minggu terakhir ini. Aku serasa tinggal bersama patung hidup."

"Kerja kamu hanya melamun dan melamun. Bahkan kamu melalaikan ibadahmu May."

"Orang tertimpa musibah semakin dekat dengan Allah, kamu malah sebaliknya. Kamu seolah mendewakan penyesalan May."

"Kenapa sih Kakak tidak pernah paham penempatan waktu yang tepat untuk mengutarkan kata-kata sepahit ini Kak? Aku Masih berduka Kak."

"Lalu aku tidak berduka? Dia juga anakku May, bukan anakmu saja. Tapi aku punya Allah May, ku bagikan seduka risau itu dalam doaku. Tidak perlu harus terlihat tidak berdaya seperti yang kamu lakukan ini May. Satu dua hari okelah, tapi seminggu seperti patung hidup. Gak wajar lagi May."

"Terserah, aku gak peduli dengan argumen Kakak yang selalu sok realistis itu. Aku ini wanita Kak, jangan samakan aku dengan hati Kakak yang terbuat dari batu."

May bangkit dari posisi duduknya, meninggalkan Pangeran begitu saja. Masuk ke dalam kamar, dan langsung menguncinya dari dalam.

...

Tbc

Hola

Nyolong nyolong waktu lagi buat up.  Wkwkwk

Pangeran untuk Maymunah Where stories live. Discover now