Part 2

9.9K 747 39
                                    

Happy Reading
...

May meliburkan diri selama dua hari dari kegiatan rutinitas di Kampus. Dikarenakan setelah tragedi pingsan dua hari yang lalu, May demam tinggi.

May juga tidak habis pikir bisa-bisanya setelah tragedi memalukan itu, kesehatannya ikut drop. Penyakit datang di waktu yang tidak tepat? Eh ralat, Bukankah memang penyakit tidak dipersilahkan memiliki waktu yang tepat? Ah benar, penyakit adalah musuh terbesar manusia. Padahal hadirnya terkadang menjadi penggugur dosa. Menguji ketabahan dan keikhlasan hati seorang hamba.

"May, Pangeran lu datang tuh." Makky masuk ke kamar May, tanpa salam tanpa izin.

"Terus?" tanya May dengan suara pelan.

"Ya, biar lu siap-siap dulu kalau mau pingsan lagi." Makky tersenyum jahil.

"Itu emang kebetulan aja sih, bukan karena gue takut ama dia," elak May.

"Yakin? Yaudah, nanti kalau dia dah datang nemuin lu. Gue tinggal ya, gue mau liat seberapa besar nyali lu ketemu ama dia."

"Ish apaan sing Bang, jangan lah!" gerutu May.

"Kok lu takut sih ama dia? Lu kalau ketemu Pangeran, berasa kayak ketemu sama Valak perasaan."

"Gue gak suka ngeliat tatapan tajam dia Bang, ngeri!"

"Ya intinya dia kan makan nasi juga, enggaknya pala makan orang. Jadi ngapain takut. Jadi kalau lu entar nikah sama doi gimana? Ketemu tiap hari tuh, dari bangun tidur ampe tidur lagi ngeliatnya dia lagi dia lagi. Jadi cemana? Masa pingsan mulu tiap hari."

"Udah deh, jangan bahas yang belum terjadi. Mending Abang keluar aja dah, kepala May makin pusing denger ocehan Abang yang persis kayak radio rusak." May mengusir Makky dari kamar-kamarnya dengan blak-blakan.

May sebenarnya mau melanjutkan omelannya, akan tetapi berhenti ketika sosok yang paling ia takuti muncul di ambang pintu. May menelan ludahnya sendiri.

Sementara itu, Makky tersenyum kemenangan. Menatap May dengan tatapan mengejek.

"Baru kali ini saya ketemu mahasiswa yang sampai pingsan ketika bimbingan," ucap Pangeran, sekilas terlihat Pangeran tersenyum tipis.

"Eh tu orang bisa senyum juga? Kirain dia terlahir dengan bakat marah-marah aja." May membatin.

"Ini, saya bawakan buah."

Pangeran meletakkan keranjang berisi buah yang ia bawa di atas nakas yang posisinya berada di samping tempat tidur May.

"Sakit bisa membuat orang bisu ternyata," sindir Pangeran.

"Eh iya, Makasih ya Pak," jawab May terbata

"Oh masih bisa ngomong, saya kira tadi bisu mendadak."

Makky mati-matian menahan tawanya, karena mendengar percakapan May dan Pangeran selalu menjadi hiburan tersendiri untuk Makky.

Pangeran dan May adalah perpaduan yang unik dan langka. Pangeran suka marah-marah, galak dan otoriter lalu May yang penakut, dan penurut, May selalu terlihat ketakutan dan gugup kalau berhadapan langsung dengan Pangeran.

"Ekhm." Makky bersuara.

Pangeran menoleh sekilas, Makky mengusap tengkuknya yang terasa menebal ketika ia beradu pandang dengan mata Elang Pangeran.

Makky mengakui, jika tatapan Pangeran tajam tiada dua. May menutup mulutnya, menahan tawa ketika melihat Abangnya yang sok jago itu ciut juga nyalinya ketika ditatap oleh Pangeran dengan tatapan khasnya, tatapan tajam dan mengintimidasi.

Pangeran untuk Maymunah Where stories live. Discover now