Part 4

8.1K 648 43
                                    

Happy Reading
...

Perjodohan, atau istilahnya pernikahan yang diawalai dengan sebuah taaruf sudah menjadi tradisi dalam keluarga May, tradisi turun temurun sejak dahulu kala. Karena adat timur tengah masih kental dalam keluarga besar May, lebih tepatnya dari pihak Papa May. Tidak jauh beda juga dengan tradisi di keluarga Pangeran.

Jadi sebenarnya pertanyaan yang meminta kesediaan May untuk menerima perjodohan itu, hanya semacam kamuflase supaya tidak terlihat terlalu kaku dan otoriter. May paham betul, kisah percintaanya pada akhirnya akan tetap berakhir dengan sebuah perjodohan.
...

Selang tiga hari setelah acara lamaran, May kembali menjalani rutinatasnya sebagai mahasiswa tingkat akhir yaitu bimbingan skiripsi. Perihal persiapan pernikahan, May serahkan sepenuhnya kepada para Tetua.

Bimbingan kali ini, langkah May terasa lebih ringan. Karena May sangat yakin, pasti setelah lamaran itu sikap Pangeran akan sedikit melunak, May begitu percaya diri menyimpulkan hal itu.

"Assalamualaikum." May mengetuk pintu ruangan Pangeran.

"Waalaikumsalam, masuk." Terdengar jawaban Pangeran dari dalam.

May membuka pintu dengan hati-hati, lalu mendekat ke meja Pangeran dengan langkah perlahan.

"Letakkan proposalmu di meja."

Nyali May tiba-tiba langsung menciut begitu mendengar suara Pangeran yang teramat dingin, ekspresi wajah Pangeran yang teramat datar dan kaku. Dan tidak ketinggalan sorot tajam yang berasal dari mata Elang Pangeran.

"Dia cool, gue Hot. Kalau kita nikah, lahirlah keturunan dispenser. Okesip." May membatin.

May menggigiti kukunya, ketika menyaksikan kejadian naas itu terulang lagi di depan mata kepalanya sendiri. Lembaran demi lembaran proposal revisi May dibubuhi oleh coretan indah Pangeran.

"Jangan biasakan menggigit kuku, jorok." Pangeran melirik May sekilas.

"He'eh." May kaget, sampai-sampai tanpa sadar ia malah menggigit jari-jarinya.

"Aw!" May menjerit kesakitan.

"Udah bodoh, ceroboh lagi!" cibir Pangeran.

"Apa Bapak bilang?" Mata May membulat sempurna.

"Kamu bodoh dan ceroboh, plus jorok lagi."

Di luar dugaan Pangeran, May malah menangis sambil jongkok. Persis seperti anak kecil yang tersesat dan tidak tahu jalan pulang.

"Loh, kok kamu malah nangis! Hey jangan nangis, nanti timbul kesalah pahaman. Orang-orang ngira saya ngapa-ngapain kamu lagi." Pangeran jadi panik.

"Hiks..Bapak jahat." May nangis sesenggukan, ingusnya meler di mana-mana, hidung mancungnya juga ikut memerah.

"Kenapa lah bisa ada Bayi gede kayak dia ini kesasar di kampus, bikin repot aja." Pangeran berdecak kesal.

"Tuh kan? Bap... ak ngatain saya lagi, hiks.... " Tangis May semakin menjadi. Spontan Pangeran langsung berdiri, gesture tubuhnya benar-benar terlihat panik.

"Maymunah! Udah diem, jangan nangis lagi. Saya suruh ganti judul skripsi nih kalau masih nangis!" ancam Pangeran.

"Ini namanya penyalahgunaan wewanang." May berdiri, sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Nih apus ingus kamu, jorok banget meler kemana-mana." Pangeran menyodorkan tissue ke depan wajah May.

Bukan May namanya kalau tidak usil, ia malah menarik tangan Pangeran dan menghapus ingusnya dengan ujung lengan kemeja Pangeran.

Pangeran untuk Maymunah Where stories live. Discover now