Part 30

5.6K 395 38
                                    

Happy Reading
..

"May, tebak Kak mau ngasi tau kabar baik apa?" Pangeran masuk ke dalam kamar dengan raut wajah bahagia.

"Bahagia banget ya Pak Cuami? Kenapa? Kenapa?" May mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Aku dengan Pak Maruntung dapat ke sempatan mengikuti riset mini di Malaysia itu sayang. Riset yang sudah lama aku damba-dambakan."

"Yah, LDR dong?" May justru lebih mementingkan iya itu.

"Iya, cuma sebulan kok,"jawab Pangeran enteng.

"Hah? Sebulan dan Kakak cuma bilang cuma. Sebulan itu lama atuh." May mengerucutkan bibirnya.

"Sebulan itu cuma 30 hari kali May. Gak lama kok itu. Kamu harus dukung aku dong."

"Dukung sih dukung Kak. Tapi kalau sampai sebulan, parah mah itu. Kalau aku kangen gimana dong."

"Ya tinggal nelfon,  Video call, chat. Kita kan gak berada di masa primitif lagi May cantik. Boleh ya? Harus boleh."

"Ini minta izin atau gimana sih? Kok maksa!" May bersungut-sungut.

"Please May jangan buat semuanya jadi terlihat begitu sulit. Hanya 30 hari, dan aku akan kembali. Ini soal sebuah impian May."

Perlu digarisbawahi, baik itu May dan Pangeran adalah tipekal orang yang keras kepala. Sehingga, tidak heran jika mereka teramat sering memperdebatkan berbagai hal.

"Aku bilang enggak. Kakak juga akan tetap pergi Kan." May bangkit dari posisi duduknya dan keluar dari kamar dengan raut wajah menahan kesal.
...

Hingga hari keberangkatan Pangeran, May dan Pangeran masih dalam keadaan perang dingin. Kali ini tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah. Pangeran dan May bertahan dengan ego masing-masing.

Tidak ada kecupan dan pelukan manja dari May, tidak ucapan mesra yang mengiringi kepergian Pangeran. May melepas Pangeran hanya dengan seutas senyum yang teramat hambar.

"Jaga diri kamu baik-baik,"pesan Pangeran sebelum pergi. May hanya membalasnya dengan anggukan kepala.
..

Satu hari, dua hari hingga hari ke tiga Pangeran berada di Malaysia. May tidak pernah menanyakan kabar Pangeran, sama halnya dengan Pangeran ia juga tidak pernah memberi kabar kepada May. Walau hanya dengan pesan singkat.

Mereka berdua terlalu keras kepala, dan egois. Tidak ingin menjadi pihak yang memulai, walaupun jauh di lubuk hati mereka yang paling dalam mereka menginginkannya.

Selama Pangeran berada di Malaysia, May memilih untuk tinggal di rumah orangtuanya. Dan Pangeran sudah menyetujui itu.

May memilih menyibukkan diri dengan proposalnya, ketimbang berlarut-larut dalam kekesalan dan kekecewaan yang ia rasakan.
...

"May, kenapa sih udah beberapa hari ini muke lu kusut bener?"tanya Raden.

"Padahal yang ditinggal nikah pan gue, malah elu yang lebih galau. Pangeran minta poligami ya?"ledek Raden.

"Naudzubillah. Najong ya lu Rad. Enggak, gue lagi kesel aja sama dia."

"Gue tebak, pasti masalahnya sepele nih. Cuma otak udang lu itu memperbesar semuanya. Ketebak sih." Raden tertawa renyah.

"Kok lu kampret banget sih Rad. Yang sahabat lu itu gue atau Kak Pangeran? Malah belaian dia. Heran gue." May mencubit lengan Raden.

"Ya gue mah realistis aja. Gue tau lah gimana perasaan Pangeran ngadepin elu. Kesian mah dia."

"Gue gak seburuk itu juga kali Bedut. Ya gue kesel aja gitu. Ngambil keputusan sepihak, bujuk ke apa kek. Gak peka banget."

"Ah elunya aja pasti yang ngelunjak. Eneg lah dia lama-lama." Raden lagi-lagi tertawa renyah.

"Pantes mah lu ditinggal nikah sama Chacha, bisa rusak hidup Chacha kalau jadi sama lu." May berdecak kesal.

"Nah yang lebih kasihan itu Pak Pangeran, idupnya udah terlanjur rusak."

"Kampret, jadi maksud lu. Gue yang ngerusak hidup dia.  Sahabat laknat emang." Dengan sekali hentakan May menginjak kaki Raden.

"Sakit Kunti. Bar-bar amat astaga." Raden meringis kesakitan.

"Ih kan!  Malah manggil gue Kunti lagi! Kesel level 10 gue ah sama lu." May memicingkan matanya.

"Uluh-uluh. Yaudah, ayok gue traktir ice cream." Raden berhenti tertawa.

"Seriusan. Ya ampun, dapat ilham dari mana dah lu Qorun?" Mata May langsung berbinar.

"Qorun dari mananya, nama gue aja udah Raden Senopati Dermawan."

"Hahha iya suka ati lo lah. Yang penting ditraktir aye aye." May mengedip-ngedipkan matanya.

"Mata ngapain dikedip-kedipin sih, kayak orang ayan."

"Kuy lah kuy. Abis traktir ice cream. Lu traktir gue makin ketoprak lagi ya.  Kan dermawan."

"Hebat loh, ngelunjak aja terus. Yaudah gak papa lah, demi sahabat."

"Aye aye. Kuy lah kuy."

Hari ini May benar-benar menguras dompet Raden tanpa ampun. May bersenang-senang, melupakan semua masalahnya sejenak. Dan ia sepertinya melupakan satu hal, hal seperti ini lah yang justru akan memantik api semakin berkobar.

Ada sekitar 3 miscall dari Pangeran, dan May mengabaikannya. Chat Pangeran tidak ia read. Bahkan May sampai menonaktifkan handphonenya.
...

Begitulah. Masalah kecil jika tidak diselesaikan secepatnya, akan terus berkembang biak seiring lamanya masalah diendapkan.

Dan tanpa sadar. May dan Raden semakin mendekat, dengan dalih membagi kesedihan yang sama-sama mereka rasakan atas nama persahabatan. Strategi jitu syaiton dalam mengguncang sebuah pondasi rumah tangga.

May melangkah terlampau gegabah, sehingga ia mulai sedikit bermain dengan hati. Kenyamanan yang jarang ia dapat dari Pangeran,  seolah hadir di antara interaksinya beberapa pekan ini dengan Raden.

May mulai sering membanding-bandingkan Pangeran dengan Raden, tanpa sadar ia telah menggali lobang perseteruan dalam rumah tangganya sendiri .

Semakin sering membandingkan, semakin banyak hal-hal unggul yang ia temukan dalam diri Raden jika dibandingkan dengan Pangeran. Radar menunjukkan sinyal waspada.

..

Tbc

Hola

Gimana? 

Pangeran untuk Maymunah Where stories live. Discover now