Part 32

5.3K 399 56
                                    

Happy Reading
...

Hubungan May dengan Pangeran semakin merenggang. Tidak  jua menemukan titik temu untuk berdamai. Bisa dibilang ini adalah perselisihan paling lama yang terjadi di antara mereka.

Pangeran yang tidak mau mengalah lagi dan May yang bimbang dengan perasaannya sendiri. Sehingga beginilah yang terjadi, mereka tidak jua berdamai.

Baik itu May dan Pangeran cendrung semakin emosional, emosi mereka sulit dikontrol. Sehingga ketika terjadi gesekan sedikit saja sudah menimbulkan konflik baru.

Seperti saat ini, ketika Pangeran baru saja memasuki rumah dengan wajah yang tampak begitu lelah. May justru memberondong Pangeran dengan rentetan pertanyaan konyol.

"Kak, Kakak kok dempet-dempet terus sama Bu Nana?"

Pangeran menghentikan langkahnya, menatap May sekilas. Tatapan yang sarat dengan rasa lelah yang tidak dapat lagi ia defenisikan dengan kata-kata. Raga dan hatinya sudah terlalu lelah menghadapi semua ini.

"Kamu nuduh aku bermain api? Begitu!" jawab Pangeran lugas, tidak bertele-tele.

"Aku kan gak nuduh, aku cuma nanya aja!" jawab May gelagapan.

"Oke, kalau aku nanya gini sama kamu. Kenapa kamu dempet-dempet terus dengan Raden, cara kamu menatap Raden sudah berbeda May, tersirat makna lain? Sah juga dong ya aku nanya begitu."

"Eh kok jadi ngalihin pembicaraan. Kenapa? Kakak beneran bermain api di belakangku?" suara May semakin terdengar tidak stabil.

"Harusnya kamu menanyakan pertanyaan itu kepada diri kamu sendiri May!" Suara Pangeran meninggi.

"Bilang aja Kakak udah capek ngadepin semua ulahku. Kakak gak peduli lagi sama aku."

"Itu kamu tau. Aku emang udah lelah menghadapi kamu May. Kamu yang jatuh cinta sama Raden,lalu aku yang kamu tuduh bermain api dengan Nana, terlalu konyol May. Kamu yang memulai pertengkeran ini dari awal, lalu lagi-lagi kamu memposisikan aku yang paling bersalah dalam hal ini. Padahal aku berangkat ke Malaysia merupakan bentuk usahaku dalam mencari nafkah May, aku bukannya berlibur di sana. Dan celakanya, kamu justru bermain hati dengan pria lain di saat aku berikhtiar untuk masa depan kita di sana. Kamu gak perlu menutup-nutupi semuanya lagi May, hanya dengan melihat tatapanmu kepada Raden aku sudah bisa menyimpulkan semuanya."

"Yaudah kalau kamu sudah lelah. Ceraikan saja aku!"ucap May emosional.

"Jadi ini tujuan kamu memulai pertengkaran ini, ingin bercerai denganku? Begitu May? Wah hebat sekali! Strstegi yang sangat apik." Pangeran tertawa sumbang.

"Dengar May. Sekali aku menceraikanmu. Jangan harap akan ada kesempatan kedua dan seterusnya. Aku tipekal lelaki yang tidak ingin merajut masa lalu menjadi masa depanku. Saat ini kamu masih menempati posisi sebagai masa depanku. Jika nanti, kamu telah aku letakkan di posisi masa lalu, kamu tidak akan pernah mendapat kesempatan lagi untuk menjadi masa depanku. Aku berikan kamu kesempatan berpikir selama seminggu." Pangeran menghela nafas sejenak.

"Satu minggu penentu untuk rumah tangga kita. Selama 3 hari dalam satu minggu itu kita harus menjalani hari-hari kita seperti sepasang suami istri yang harmonis. Dan 4 hari sisanya, kita bisa menjalaninya sendiri-sendiri. Anggap saja pra percobaan sebelum berpisah.  Di hari ketujuh. Kamu aku beri wewenang memutuskan, ingin ku lepas atau tetap ingin bertahan di sisiku. Ini benar-benar penawaran terakhir dari aku May."

May memejamkan matanya sejenak, menghalau air mata yang hendak meluncur bebas dari matanya. Hati May terasa begitu sesak, ada berbagai rasa yang berkecamuk di sana. Yang paling dominan adalah rasa kecewa pada dirinya sendiri.

Pangeran untuk Maymunah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang