58.

3.5K 370 27
                                    

Y/n berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit, sepanjang perjalanan ia hanya memasang wajah khawatir dengan mulut yang terus merapalkan doa. Sekarang ia menyesal dengan tindakkannya kemarin yang marah tanpa alasan pada Sohyun, ia bahkan sangat kecewa pada dirinya sendiri karena menyebabkan Sohyun harus kembali ke tempat ini.

Langkahnya memelan ketika mata coklatnya menangkap pemandangan yang ia cemaskan sebelumnya, tujuh kakaknya, dua sahabat Sohyun, beberapa member Seventeen termasuk.. Hansol. Y/n berjalan perlahan menghampiri mereka dengan menunduk.

Ia berhenti di jarak yang tidak jauh dari para manusia itu, ia tidak bisa melangkahkan kakinya lagi. Apalagi ketika ia memberanikan diri mendongak, semua mata itu menatapnya. Mata yang dulu menatapnya penuh kasih sayang, mata yang selalu membuatnya merasa berarti, sekarang hanya ada tatapan kecewa disana.

Y/n tahu jika ia pantas mendapatkan semua ini, tindakkan bodohnya kemarin memang sangat kekanakan. Tapi.. Dia juga terlalu tertekan untuk bisa berpikir normal seperti biasa. Salahkah sekali saja ia mengambil keputusan itu untuk lari dari kejamnya dunia?

Selama beberapa saat, hanya ada keheningan. Y/n hanya diam, begitupula dengan yang lain, hanya menatap Y/n dengan tatapan yang membuat Y/n ingin lenyap saat itu juga. Semua orang terasa menyalahkannya dalam tatapan itu, dan ia juga melihat tatapan itu dari pemuda bermasker hitam yang berada di samping Hansol.

Jeon Wonwoo. Kenapa dia harus ada disini? Bahkan Wonwoo menyaksikannya yang hanya bisa mematung seperti penjahat yang akan diadili. Bukankah dia terlihat sangat buruk sekarang?

Suara langkah kaki perlahan terdengar mendekat, Y/n malah menundukkan kepalanya setelah sempat bertemu tatap dengan gadis yang berjalan kearahnya.

"Kenapa kau kesini? Menyaksikan keberhasilanmu membuat Sohyun terluka?"

Bolehkan Y/n berteriak? Pertama kali ia mendengar seorang Sofia Chwe berbicara sekejam itu dengan tatapan penuh amarah padanya.

"Kenapa kau datang kesini, Kim Y/n?! Kenapa kau harus datang. Kenapa kau ada diantara kami?! Kenapa kau kembali ke Korea jika hanya untuk memberi penderitaan pada Sohyun?! Kau bilang kau adiknya, akan selalu membuatnya bahagia. Tapi apa ini? Kau.. Tidak pantas disebut sebagai seorang adik."

Rasanya begitu sesak, tapi air matanya tidak mau keluar, tidak mau dan tidak boleh. Y/n menghela napas, mengepalkan tangannya kuat, menahan amarah. Ia sangat marah, marah dan mengutuk dirinya sendiri yang memang bodoh. Tidak pantas disebut sebagai seorang adik.

"Pergi kau, Kim Y/n! Sohyun tidak membutuhkan kehadiranmu!!"

"Aku hanya ingin melihatnya.."

"Melihatnya.." Sofia tertawa sinis, ia benar-benar murka. Bahkan ia lebih murka dari semua orang disana yang Y/n yakini juga kecewa padanya, namun semua orang bisa menahan diri, sementara Sofia tidak.

"Kau bisa melihatnya. Tapi.. Sohyun tidak akan bisa melihatmu. Dia tidak akan bisa melihat semua, dia tidak akan bisa melihat dunia lagi. Dan itu karenamu! Kau dengar?! Itu karenamu, Kim Y/n!!"

Bagai petir yang menyambar tepat pada jantungnya, ia sangat terkejut. Sofia menyampaikan kabar itu dengan penuh penekanan dan semua kalimatnya menyudutkan dirinya.

"Sohyun.." buta?

...

Y/n berjalan perlahan dengan tatapannya yang sudah kosong sejak tadi, ia tidak bisa fokus pada apapun, semuanya kosong. Bahkan dunianya juga terasa kosong. Semua maid yang melihatnya juga terlihat bingung, apalagi nona mudanya itu tidak menjawab sapaan mereka, bahkan terkesan tidak mendengar.

Salah satu maid yang merupakan kepala maid berjalan kearahnya, maid itu khawatir pada Y/n yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Nona Y/n, apa nona sedang sakit?"

Y/n menghentikan langkahnya, menoleh namun tatapannya tetap kosong. Ia menggeleng pelan dan kembali melanjutkan langkahnya yang tidak bersemangat. Iya, semangatnya hilang, semua semangat hidupnya hilang setelah semua orang di rumah sakit itu terkesan menyudutkannya dalam rasa bersalah. Ia merasa.. Tidak berguna.

Langkahnya terhenti di depan ruang keluarga, ia melihat seseorang duduk di sofa membelakanginya. Orang yang memang sedang ia cari, orang yang ia rindukan karena lama tidak berjumpa, dan mungkin menjadi satu-satunya orang yang akan membelanya walaupun tahu fakta kejahatan yang telah ia lakukan pada saudaranya.

Y/n melanjutkan langkahnya, menghampiri sosok pemuda yang tak lain adalah pamannya. Namun pada jarak tiga meter, langkahnya kembali terhenti. Matanya mengerjap pelan melihat pemandangan yang selama ini belum pernah ia lihat.

Pamannya.. Menangis? Apa pamannya itu sudah tahu tentang Sohyun? Dan apakah pamannya.. Masih mau mendengarkan penjelasan serta aduannya?

"Oppa.."

Pemuda itu menoleh perlahan, seperti respon Y/n sebelumnya, Minhyun tampak terkejut melihat sang keponakan yang terlihat berantakkan. Semantara Y/n terkejut karena melihat mata Minhyun yang sembab seperti selesai menangis. Minhyun bangkit dan menghampiri sang keponakan.

"Y/n-yaa, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau terlihat kacau? Apa kau mempunyai masalah? Kau bertengkar dengan Sohyun? Atau apa? Ceritakan pada Oppa.."

Y/n terdiam. Sepertinya Minhyun belum tahu apapun. Tapi Y/n ingin tahu sesuatu dari Minhyun.

"Kenapa Oppa menangis?"

Sekarang Minhyun yang tampak mengerjap, namun kemudian tersenyum dan mengusap puncak kepala Y/n.

"Hanya sedikit kecewa.."

Deg! Minhyun sudah tahu?

"Oppa.."

"Y/n-yaa.. Oppa ingin minta sesuatu padamu."

Y/n mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Ma'afkan semua kesalahan kakekmu, ma'afkan sikap kerasnya. Jangan biarkan dia pergi dengan beban karena belum sempat meminta ma'af."

Pergi? Berita apalagi ini? Belum puaskah berita kecelakaan Sohyun yang membuatnya buta mengejutkan dan membuat Y/n tertekan. Sekarang berita apa ini?

"Oppa.."

"Kakekmu sudah tenang bersama nenek disana, kau.. Harus merelakannya, ne?"

"Oppa.. Kakek?"

"Operasi kakekmu tidak berjalan lancar, dan kemarin, beliau meninggalkan kita, menemui nenek."

"Oppa.."

Kepala Y/n terasa amat berdenyut, sakit. Bahkan ia kembali merasakan mual yang tadi pagi memang sempat menyerangnya. Beruntungnya tips dari Woojin berguna, Y/n sedikit merasa membaik dan bisa ke rumah sakit menjenguk Sohyun setelah menghabiskan empat gelas air.

"Y/n, gwaenchanayo?" tanya Minhyun panik, namun Y/n menggeleng.

Tubuhnya sangat lemas sekarang, perutnya mual, kepalanya terasa berat. Perlahan, tubuh Y/n mulai ambruk ke pelukkan Minhyun. Suara-suara semakin samar, dan hilang bersamaan dengan suara yang sempat terdengar di telinganya. Entah suara siapa, yang pasti.. Y/n merasa tertegun oleh suara itu.

Aku merindukanmu..

Tbc~

MunLovea
Kamis, 24 Januari 2019

The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔Where stories live. Discover now