03.

7.2K 669 16
                                    

Pusat Perbelanjaan Seoul.


Sudah satu jam lebih, Kim Minhyun menemani keponakannya ini berkeliling pusat perbelanjaan, dan sekarang kakinya mulai pegal. Tapi tampaknya itu tidak berlaku untuk gadis yang masih sibuk memilih beberapa sepatu yang akan dijadikan koleksi nanti, itu adalah kebiasaannya sejak kecil.

Minhyun hanya bisa menghela napas dan memperhatikan keponakan pecicilannya itu yang sekarang berjalan kearahnya dengan menenteng dua paperbag. Senyum manis terus mengembang di bibir tipis gadis 18 tahun itu.

Bahkan Minhyun masih belum menyangka kalau bocah kecilnya sudah memasuki jenjang kuliah semester 1 di London, remaja cantik dengan segudang prestasi.

"Aigoo! Sepertinya kau harus menyiapkan banyak ruang untuk koleksimu ini di rumah," Minhyun mengambil dua paper bag dari tangan Y/n dan mulai berjalan keluar dari pusat perbelanjaan.

Y/n hanya terkekeh dan mengikuti langkah pamannya dari belakang yang sekarang sudah masuk kedalam mobilnya. Y/n duduk di samping kursi kemudi, di samping Minhyun, dan mobil pun mulai melesat ke jalan raya.

Suasana hening selama perjalanan, hanya suara radio yang diputar untuk menghilangkan kebosanan. Sore ini jalanan kota Seoul sangat ramai.

Y/n mencoba mengusir rasa bosannya dengan bermain ponsel, bukan ponselnya, tapi ponsel Minhyun yang dibawanya sejak berangkat tadi.

Sejak membuka salah satu aplikasi di ponsel pamannya, senyum Y/n tidak mau pergi dari bibirnya. Sebuah gambar yang tertampil membuat pikirannya melayang ke 10 tahun lalu.

Y/n melirik ke arah pria disampingnya yang sekarang sedang fokus menyetir, masih dengan senyumnya. Y/n masih belum percaya, pria itu dulu adalah tempatnya bermanja. Pria yang selalu dipanggilnya Oppa dan yang menjadi penengah dari perdebatan konyolnya dengan kakaknya yang lain. Laki-laki tertua di antara deretan bocah laki-laki di gambar itu. Kim Minhyun.

Y/n kembali menggeser layar agar gambar berubah, dan sekarang senyumnya ikut berubah. Melihat gambar yang tertampil, entah kenapa membuat dadanya sesak.

Gambar itu, tiga bocah perempuan dengan senyum mereka. Tiga putri dari kerajaan Kim yang selalu membuat keributan, dulu. Y/n selalu merasa terguncang ketika mengingat masa kecil tiga bocah itu.

Karena dia adalah bagian dari mereka, sebelum kejadian 10 tahun lalu mengharuskannya pergi.

Rasa sesak Y/n semakin terasa ketika bayangan itu kembali terulang, dimana tiga putri itu bermain bersama di taman. Mereka bahagia. Sampai hujan datang, dan sebuah tragedi terjadi, mereka bertiga berpisah. Karena kejadian itu. Y/n benci kejadian itu.

"Y/n-yaa, are you oke?" Tanya Minhyun, Y/n menoleh dan mendapati Minhyun sedang menatapnya khawatir.

Yang membuat Minhyun khawatir adalah wajah Y/n yang memucat, dan sejak tadi Y/n bergerak gelisah. Y/n menggeleng, menutup aplikasi di ponsel Minhyun, lalu mengembalikan benda canggih itu ke pemiliknya karena ada panggilan masuk.

Minhyun menerima ponsel itu dengan ekspresi bingung, apalagi Y/n memalingkan wajah dan menatap keluar jendela setelah tersenyum tipis padanya.

Minhyun memarkirkan mobilnya sebelum mengangkat panggilan. Hingga perbincangan Minhyun selesai, Y/n masih enggan menoleh kearahnya.

Tangannya bergerak menyentuh pundak Y/n dan membuat gadis itu beralih menatapnya, sekarang Minhyun bisa melihat dengan jelas mata sembab dan napas Y/n yang tidak teratur.

"Y/n-yaa, gwaenchanayo?" Tanya Minhyun, panik.

Tangis Y/n semakin pecah, bahkan isakkannya yang semula tidak ada sekarang terdengar pilu. "Hiks..Oppa," lirih Y/n. Minhyun terkejut ketika Y/n memanggilnya dengan panggilan lamanya.

"Waeyo? Uljima!" Ucap Minhyun lembut seraya mengusap jejak air mata di pipi cubby Y/n.

"Jujur pada Y/n, apa yang terjadi pada Sohyun selama Y/n pergi?" Pertanyaan Y/n membuat Minhyun terdiam.

"Em.. ma-maksudmu?"

"Jangan berbohong, Oppa! Jangan pura-pura tidak paham! Oppa mengerti apa yang Y/n katakan! Kita berdua mendengar perbincangan itu, Oppa!" Y/n benar-benar menuntut Minhyun, membuatnya terpojok dan bingung untuk menjawab.

Minhyun menghela napas sebelum menatap lekat keponakannya yang masih terisak.

"Sohyun baik-baik saja, dia juga kuliah di semester yang sama denganmu. Dia tinggal di rumah Jongin-hyung, Oppa sering menjenguknya. Jangan khawatirkan dia, Oppa selalu bersamanya. Dan ingat, tidak ada yang tahu mengenai kau yang menguping saat itu, mereka hanya tahu kalau Oppa yang melakukannya. Jangan beritahu siapapun, ini rahasia kita." Jelas Minhyun, Y/n mengangguk.

"Oppa, aku ingin bertemu dia, aku ingin bertemu Sohyun."

.
.
.
Tbc~

MunLovea
Jum'at, 02 November 2018

The Truth Untold (BTS Little Sister) - [SELESAI]✔Where stories live. Discover now