« Part 31 - The Love in The Pain »

164 6 0
                                    

"There is a bitter life, but do you know that the sugar is really sweet?"

The Love in The Pain ❤

Laki - laki itu menghela nafas pelan. Ia menatap surat itu dengan mantap. Sebelum ia ikut menjejalkan tanda tangannya di bagia bawahnya.

"Kalo berat nggak usah pergi nggak papa? Lagipula Mama nggak maksa kok."

"Nggak Ma. Keputusanku udah bulat," sanggahnya sebelum tersenyum ke mamanya itu.

"Pertanyaannya, apa kamu siap? Siap kami ninggalin mama disini?"

"Come on Ma! Aku aja SMP disana. Aku siap kok!"

"Ninggalin Selo sendirian disini, nggak ada yang ngajak main dia. Ngajak bertengkar. And who one? Anisah!"

Perempuan paruh baya itu menjentikkan jarinya di depan wajah Excel.

"Kamu rela ninggalin Anisah."

"Excel rela. Bahkan, karena dia Excel bikin keputusan ini."

"Jangan gunakan pikiran dangkal itu Cel. Mama tahu, kamu tersiksa kan? Kebahagiaan kamu prioritas Mama."

"Don't be afraid Mom, you know im fine in there."

"Kamu sangat keras kepala. Udah sana kemasi barang - barang kamu!"

Cowok itu tertawa renyah sebelum mengarahkan kakinya ke kamar di atas. Ia mengusap pelan knop itu, terlihat antik karena warnanya emas di dampingi dengan kayu mahoni yang berwarna putih sebagai pintunya.

Kamarnya dari dua tahun lalu.

Ia membukanya pelan. Memasukinya perlahan, menemukan banyak kenangan yang selama dua tahun ini tercipta. Ia tersenyum, saat sebuah potret milik gadis berparas cantik itu menempel di mading miliknya. Jangan lupakan Sticky note berwarna biru muda yang ikut menjadi penghiasnya.

Disana tertulis,

Pada lembar yang kesekian pun tetap sama. Namamu masih ingin aku tuliskan.

terdapat sebuah garis yang menghubungkan note itu dengan note diatasnya berwarna merah.

Kasih tau aku, bagaimana caramu ketika bertahan dan tak mampu meninggalkan.

Ia tersenyum pelan melihat betapa picisannya dia. Hingga membuat kata - kata seperti itu. Hingga pandangannya beralih pada sebuah kertas usang.

Lagi dan lagi hanya tetap pada gadis bersurai hitam, bermata bulat itu.

Rasanya, masih terpatri dengan jelas. Bagaimana pertemuannya di kantin dengan gadis itu. Ketika ia masih menjadi laki - laki IPS dan tiba - tiba ada dalam daftar nama kelas IPA.

The Love In The Pain [COMPLETED]Where stories live. Discover now