« Part 14 - The Love in the Pain »

281 14 1
                                    

" Untuk kesekian kali. Aku jatuh cinta lagi padamu. Pada cinta yang sama tak pernah ingin berhenti."

- Boy Chandra.

The Love in the Pain ❤

Sosok itu sedang memandang anaknya yang kini berada di hadapannya. Alam yang beberapa hari ini tak pulang sudah menduga bahwa ia akan dapet ' Kultum ' dari ayah tercintanya ini.

"Kenapa kamu gak pulang?" Tanyanya kasar. Alam menelan ludahnya dengan susah payah. Tidak mungkin bahwa ia akan mengatakan yang sebenarnya yang ada malah ia akan jadi daging panggang.

"Ehh...Jadi gini Alam nginep dirumah nenek buat mikirin jawaban dari pertanyaan ayah kemarin." Jawab Alam pelan. "Jadi apa jawaban kamu?" Tanya Gibran serius.

" Ya Alam mau ikut jurusan ekonomi!" Jawab Alam membuat Gibran tersenyum puas. " Apa yang membuat kamu berubah pikiran ? " Tanya Gibran.

"Alam.....Cuma mau turutin yang papa mau!" Jawab Alam. " Tapi Alam gak janji buat nepatin itu semua" Tambahnya.

" Memangnya kamu kenapa?" Yunita angkat suara setelah beberapa saat lalu diam. "Alam.." Ucap Alam mengantung.

" Udalah ma. Asalkan dia mau kuliah jurusan itu aja. Aku sudah puas" Ucap Gibran pada Yunita. " Udah kamu pergi ke kamar aja" Titah Gibran pada Alam. Tanpa berbicara sepatah kata pun Alam langsung menuju ke kamarnya.

Alam meletakkan ranselnya sembarangan. Ia langsung menyenderkan punggungnya pada dinding berwarna kelabu itu.

Berkali - kali Alam mendoktrin pikirannya untuk mencoba terlihat baik walau semua menyakitkan. Dewi batinnya menghilang dalam fikiran dan terendam oleh enigma kehidupan yang kali ini tak dapat ia rasakan.

Mungkin ini tak dapat mengubah apapun menjadi lebih baik. Ini tak dapat mengubah rasa sakit yang harus Alam terima selama ini. Ia sama sekali tak membenci Yunita - mama tirinya. Apalagi membenci orang yang menimbulkan rasa sakit itu. Ya siapa lagi kalo bukan Gibran.

Alam hanya membenci dirinya. Alam hanya membenci takdirnya. Mengapa ia harus terlahir menjadi Alam. Jika Alam selalu disakiti lalu mengapa ia harus memilih dilahirkan.

Takdir menangis melihatnya merasakan segala luka yang ia terima. Kamu hidup karena satu alasan. Dan kamu akan mengetahuinya.

❤ The Love in the Pain ❤

Coretan tinta dari pena menyusun sang aksara menjadi diksi yang indah. Anisah sedang menulis sesuatu di buku halaman paling belakang sendiri ( hehehe ini mah kebiasaan author).

Kelas masih kosong karena ini terlalu pagi. Dari pada kayak kambing congek lebih baik Anisah menulis apa saja yang ada dipikirannya.

Menjelang kagum mulai merunduk.

Ada setumpuk rasa yang mulai lapuk.

Membuat diriku makin terpuruk.

Namun, senyummu kembali merasuk.

The Love In The Pain [COMPLETED]Where stories live. Discover now