« Part 24 - The Love in The Pain »

199 9 0
                                    

"Jangan baru mencari saat sudah terlanjur pergi. Jangan baru mengejar saat sudah jauh berlari. Hey! Coba pahamilah menunggu tak seasyik itu"

Hadeuh!! Kok Author dag-dig-dug-deeer sendiri ya!! Huhu. Nikmati ceritanya gens!

The Love in The Pain ❤

Anisah benar - benar terperanjat akan pesan Alam yang tiba - tiba tanpa ada angin dan hujan datang. Agaknya, ada rasa senang, sedih, bercampur padu menjadi satu.

Saat ini pilihan mana yang harus dipilihnya. Datang, namun dengan resiko patah hati. Atau tidak, dengan namun ia takut menyesal karena pergi.

"Excel!" Panggilnya pada cowok yang berada di sebelahnya. Excel yang masih senang berjibaku dengan pelajaran Bahasa itu kini melirik Anisah heran.

"Hm" Singkat.

"Nggak jadi deh!" Jika ia berkata hal ini kepada Excel, maka laki - laki itu sudah berada di barikade terdepan untuk menyuruhnya menemui Alam. Sejak beberapa waktu lalu, Excel selalu ngebet menyuruh Anisah dan Alam segera menyelesaikan masalahnya. Iya..Ngebet. Kayak mau kebelet pipis.

"Haduh Bu!! Kenapa harus soal yang ini sih Bu!! Yang atas saja cuma satu ya bu?" Suara tawaran Bintang memecah keheningan kelas. Bu Siska pun menggeleng - gelengkan kepalanya atas kelakuan Bintang yang agak memalukan ini.

"Bintang.. Bintang..!! Ibu kamu tukang jualan ya?"

"Ihh ibu stalker, makanya tau!"

"Yaiyalah, orang kamu nawar terus dari tadi!"

Tawa langsung pecah diseluruh penjuru kelas. Namun, Anisah diam. Ia memandang bangku yang pemiliknya tidak masuk kelas hari ini. Yang entah sedang asyik dengan kegiatan apa manusia itu diluar. Yang jelas sekarang Anisah benar - benar merindukannya. Benar - benar ingin merasakan wangi maskulinnya.

Anisah rindu padanya.

Pada Alam.

❤ The Love in The Pain ❤

Udara sore pagi yang hangat, ditambah semburat arunika yang tanpa permisi ikut menghiasi langit. Tanda sang mentari yang hendak pamit ke peraduannnya. Berganti tugas dengan bulan dan bintang. Yang sama - sama menghiasi langit malam.

Anisah merapatkan cardigan merah maroon miliknya. Yang kini telah terlihat pas menempel di tubuh mungil itu. Sesekali melirik jam tangan Puma miliknya. Yang mulai menunjukkan pukul lima kurang seperempat.

Jikalau ia ingin mengeluh, maka sudah dipastikan untuk apa ia mengeluh. Datang setengah jam lebih awal dari pukul yang telah ditentukan membuat Anisah harus rela menunggu Alam disini sendirian.

Alun - alun mulai ramai, semaraknya malam minggu langsung terisi kala banyak muda - mudi yang datang hanya untuk menghabiskan waktu malam ini bersama pasangannya.

The Love In The Pain [COMPLETED]Where stories live. Discover now