32 ● Get It #4

Mulai dari awal
                                    

Mereka membawaku ke gudang. Dua orang lain berjalan di belakang kami, sementara pria yang memerintah tadi, pergi entah ke mana, mungkin ia sedang mengurusi wanita paruh baya yang pingsan beberapa saat lalu.

Mereka tidak boleh sampai membawaku ke gudang, aku harus segera menyelesaikannya di sini.

Aku berhenti tiba-tiba hingga membuat mereka ikut mematung dan menatapku geram, mereka hampir memaksaku untuk kembali berjalan, namun aku menggeleng pelan dan menengok ke kanan.

"Sebelum kalian membawaku ke gudang, ada yang perlu kita luruskan di sini. Pertama, kalian tidak akan pernah berhasil membawaku ke sana," aku menengok ke kiri, "kedua, kalian tidak akan memiliki kesempatan untuk menyentuhku malam ini," untuk kesekian kalinya, aku menggerakkan kepala lurus ke depan sembari tersenyum sinis, "dan yang terakhir, kalian akan habis di tanganku, para lelaki sampah."

"Apa mak—"

DAK!

Belum selesai pria di sisi kanan bertanya, kedua lenganku sudah gatal untuk menutup mulutnya, sehingga tanpa bisa ditahan, kubenturkan siku ke mulut mereka sekeras mungkin lalu memutar badan ke depan dan berdiri dalam posisi kuda-kuda.

"Sudah kuperingatkan bukan?" senyumanku semakin melebar, "silakan bermimpi untuk bisa memilikiku dan menangislah setelah ini."

Selanjutnya, kulemparkan pukulan pada pria di sisi kanan dan menyiku pria di sisi kiri, kemudian menendang secara bergantian kedua pria di belakangnya. Mereka tidak menyerah begitu saja, seseorang menahan tubuh dan perutku dari belakang, sehingga mau tak mau aku harus menggunakan kaki untuk pertahanan diri. Ketika seseorang datang dari depan, segera kutendang perutnya sekuat mungkin, lalu mendorong diri ke belakang sampai menabrak rak kayu dan kembali menyiku keras perut lelaki yang berusaha menahanku.

Sebelum mereka bangkit, segera kukeluarkan pistol berisi bius dan menembakkan peluru tersebut pada kedua orang tadi.

Oke, masih ada dua, daripada mengulur waktu lebih lama, lebih baik aku segera mengakhirinya. Saat kedua orang tersebut sibuk mengeluarkan pistol, kutembakkan peluru bius ke dada mereka, sehingga keduanya langsung tak sadarkan diri, sama seperti teman mereka.

Tinggal satu yang harus kulumpuhkan, tentu saja kalau kami bertemu, jika tidak? Kubiarkan saja, yang penting aku telah mendapatkan informasi.

Kubuka satu persatu ruangan yang ada, berusaha mencari di mana tempat kerja ataupun ruang tidur Jeffrey. Sampai akhirnya aku berhasil masuk ke sebuah kamar di lantai dua yang bisa kupastikan milik Jeffrey—dilihat dari banyaknya berkas serta peralatan yang ada.

Kugeledah semua rak di dalam kamarnya, namun, sebelumnya aku juga menyalakan komputer milik Jeffrey dan menyalin seluruh datanya, siapa tahu ada informasi penting di sana.

Dari semua dokumen yang ada, sebuah buku kecil layaknya diary menarik perhatianku. Kubuka buku tersebut dan kubaca perlahan, terdapat foto Obliviate-KF38 di sana. Di sampingnya terdapat beberapa gambar lingkaran yang berisi tulisan: Fix it, Try it dan yang terakhir Control it.

Apa maksudnya?

Halaman berikutnya berisi foto beberapa wanita dan pria yang tengah berada di dalam alat tersebut, mungkin saja foto ini merupakan barang bukti adanya percobaan dan alat penelitian. Hanya saja, fotonya habis sebelum aku menemukan wajah Baekhyun dan Katrina.

Aneh sekali, bukankah Baekhyun dan Katrina juga dikontrol dengan alat itu? Seingatku foto mereka tertempel di ruang bawah tanah. Atau mungkin foto dalam buku ini adalah korban alat tersebut yang sudah mati? Mengingat Lucy juga ada di sini.

"Mia, apa kau masih di sana? Cepat keluar! Jeffrey sudah sampai di tempat parkir."

Oh sial!

Segera kufoto apa yang ada dalam buku sambil menjawab Siwon. "Aku akan segera keluar, aku telah mendapatkan cukup banyak informasi dengan menyalin data di komputer Jeffrey. Aku menemukan buku yang sangat menarik, aku akan menunjukkannya padamu nanti."

"Baiklah, cepat keluar, aku menunggu di depan pintu."

Kukembalikan buku tersebut di tempatnya dan kulepas hard disk yang digunakan untuk menyalin data dari komputer Jeffrey. Aku keluar dengan berjinjit agar tidak menimbulkan keributan, sekaligus mawas diri apabila tiba-tiba ada yang menyerang, mengingat masih ada satu lelaki yang belum kulumpuhkan tadi.

Sampai di depan pintu masih aman, Kuputar knop dan membuka pintu saat tiba-tiba seseorang menarik baju dan melemparku dengan keras ke lantai, kemudian dia mengangkat pistol dan berniat melepaskan peluru, namun, tiba-tiba terdengar suara pukulan yang cukup keras.

Beberapa detik kemudian, pria itu terhuyung pingsan dan jatuh ke lantai, Siwon berdiri di belakangnya sembari melipat lengan kanan. Astaga, untung Siwon memukul lelaki itu.

Sontak aku bernapas lega, kalau tidak ada Siwon, mungkin aku sudah sekarat karena menerima serangan mendadak dari pria tadi.

"Mia, kau baik-baik saja?" tanya Siwon khawatir. Ia menghampiriku, kemudian membantu berdiri sembari menopang punggungku.

Aku mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja," kataku yang kemudian menutup mata sejenak, berusaha menarik napas sedalam mungkin dan menenangkan jantung yang berdegup kencang akibat kejadian mengejutkan tadi. "Kita harus segera pergi sebelum ketahuan," lanjutku mengingatkan.

Siwon mengangguk setuju, kami memang harus pergi secepat mungkin sebelum Jeffrey sampai di sini. Lagipula, aku benar-benar penasaran pada isi komputer Jeffrey, aku yakin banyak hal menarik di dalam sana, dan aku tidak sabar untuk mengetahuinya.





TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang