Part 47 [a]

9.2K 542 8
                                    

Masa lampau

Dania memeluk erat kekasihnya yang baru pulang bekerja. Hanya sebentar, dia melepaskan pelukan itu sambil menatap Jendra.

"Terima kasih," ucap Dania dengan sangat lembut. Senyumnya begitu lebar sehingga memperlihatkan lesung pipi di pipi kirinya.

"Untuk?" tanya Jendra sembari membingkai wajah Dania menggunakan kedua telapak tangannya.

"Karena kau selalu menyempatkan waktu untuk datang ke rumahku. Bertemu ibuku." Dania menyentuh tangan hangat kekasihnya.

"Tidak masalah, Sayang. Lagi pula aku perlu akrab dengan calon mertuaku." Dania memberi anggukan, menatap Jendra penuh kehangatan.

"Nanti kalau adikku sudah pulang dari luar negeri, kau juga harus mengakrabkan diri, ya." Jendra mengangguk.

"Ayo kita masuk." Dania menarik tangan Jendra dan masuk ke dalam rumah besar nan megah itu. Jendra hampir setiap hari mampir ke rumah Dania dan bertemu ibu Dania. Karena ayah Dania sudah lama meninggal dunia.

"Kita makan malam, ya. Hanya kita berdua ibu sedang menghadiri acara wisuda Diamond, adikku di luar negeri. Besok atau lusa akan pulang bersama Diamond."

"Ohh, kau tidak ikut?" Dania menggeleng. Menatap Jendra penuh cinta. Mereka duduk di kursi dan makan malam sudah tersaji di meja makan. Dania dengan sigap menyendokkan nasi dan lauk kesukaan Jendra. Mereka makan dalam diam, karena biasanya juga begitu. Sudah menjadi larangan bagi keluarga mereka untuk tidak berbicara saat makan.

Setelah selesai makan malam, Dania dan Jendra duduk berdua di ruang televisi.

"Di luar hujan, sebaiknya kau mandi saja dulu. Siapa tahu saat sudah selesai mandi, hujannya reda." Jendra mengangguk saja. Dia bangkit berdiri dan pergi dari ruang televisi. Dia pergi ke sebuah kamar tamu yang ada di dekat tangga. Di kamar tersebut sudah ada tersedia pakaian Jendra.

Dania menunggu Jendra sambil menonton acara televisi kesukaannya. Namun karena bosan dan mulai mengantuk, Dania memutuskan untuk tidur. Dia tidur di sofa panjang yang ada di ruang televisi.

"Padahal aku mandi tidak lama, tapi kau sudah tidur saja. Dasar tukang tidur." Tadi Jendra yang sudah mandi langsung kembali ke ruang televisi. Dia mencubit pelan hidung Dania.

Jendra menggendong Dania dan membawa ke kamar. Kamar Dania yang ada di lantai satu. Dia membaringkan Dania dengan pelan agar kekasihnya itu tidak terbangun. Menyelimuti Dania dan mengecup kening dan bibir Dania.

Lalu Jendra kembali ke ruang televisi untuk mematikan televisi. Dia juga mengambil telepon genggam Dania yang bergetar.

Tertera nama Monmon di layar ponsel Dania. Jendra tidak mengangkat, dia malah diam saja.

"Seperti apa adiknya Dania? Setiap aku datang ke sini, aku tidak pernah melihat ada foto gadis selain Dania. Aku jadi penasaran karena dia sering bercerita banyak soal adiknya." Jendra menghela napasnya pelan saat ponsel Dania kembali bergetar dari si menelepon yang sama.

Dengan ragu, Jendra mengangkat telepon itu tanpa berbicara.

"Hallo, Kak. Kenapa tadi tidak jawab teleponku? Astaga, Kakak...." Jendra mengerutkan keningnya.

Oh, adiknya, pikir Jendra.

"Hallo, Kak? Kenapa diam saja? Kenapa bising sekali di situ?"

"Maaf, Dania sudah tidur. Di sini hujan sangat deras." Tidak ada balasan, Jendra melihat layar dan masih tersambung. Lalu dia mendekatkan lagi ke telinganya.

"Kamu siapa? Aku tidak busa bertanya pada ibu karena dia sedang mandi."

"Calon suaminya." Selesai mengucapkan itu, sambungan telepon langsung terputus.

"Diamond ya, hmm...." Jendra mengangkat sebelah alisnya saat satu pesan masuk dari Diamond.

Kata ibu jaga kakak baik-baik. Jangan macam-macam dan temani kakak di rumah. Ibu sudah percaya padamu. Awas kalau kau berani macam-macam pada kakakku, tidak kuberi ampun!

Jendra menggelengkan kepalanya, dia tersenyum simpul. Dia menjadi gemas pad adik Dania. Jendra membuka satu aplikasi di ponsel Dania-facebook. Lalu mencari nama Diamond. Hanya satu nama Diamond yang dia temukan.

Jendra berpikir kalau Diamond inilah adik Dania. Dia membuka nama itu dan melihat foto-foto gadis itu. Hanya ada beberapa foto terbaru Diamond.

"Manis dan cantik...." ucap Jendra tanpa sadar. Lalu dia menggeleng, menutup aplikasi itu. Dia pun bangkit berdiri, lalu pergi ke kamar Dania. Saat sudah di kamar, dia meletakkan ponsel Dania di atas nakas. Matanya melirik jam, sudah hampir jam 10 malam. Hujan juga belum reda.

Akhirnya Jendra memutuskan tidak pulang dan dia mendekati satu sofa panjang yang ada di kamar Dania. Dia berbaring di sana dan memejamkan matanya. Jendra tidak bisa tidur, padahal dia sangat kelelahan berkerja seharian. Dia memiringkan tubuhnya agar bisa menatap Dania.

"Kenapa aku malah memikirkan gadis itu? Sadarlah, Jendra. Dia itu adiknya calon istrimu! Jangan memikirkan gadis mana pun termasuk calon adik iparmu. Hah...." Jendra menekan pangkal hidungnya.

Tapi nyatanya, malam itu Jendra sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan Diamond. Dia sudah mencoba memikirkan Dania seperti biasanya sebelum tidur, tapi kali ini dia sama sekali tidak bisa.

★∞★

Jendra berdiri mematung di depan jendela di ruang tengah. Dia masih di rumah Dania. Satu malaman dia tidak tidur. Bahkan karena saking penasaran pada Diamond, Jendra nekad naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Diamond. Dulu Dania pernah memberitahu semua soal rumahnya pada Jendra. Tapi dulu Jendra sama sekali tidak tertarik pada yang namanya adik Dania. Karena setiap kali Jendra menanyakan bagaimana rupa Diamond, Dania hanya menjawab 'kau tidak perlu tahu, karena aku tidak mau kau jatuh cinta padanya', Dania memang takut akan hal itu.

Sensasi yang dirasakan Jendra saat berada di kamar Diamond tadi malam adalah, dia merasa familiar dengan aroma kamar itu. Di kamar itu juga banyak sekali foto Diamond. Jendra tidak bisa memungkiri kalau dia terpana dengan pesona kecantikan Diamond. Padahal dia hanya melihat dari foto saja.

"Maafkan aku, Dania. Seharusnya aku tidak penasaran dengan adikmu." Jendra menghela napasnya pelan. Dia mengantupkan bibirnya saat mendengar oangkah kaki yang mendekat padanya. Jendra yakin sekali kalau itu adalah Dania. Benar saja, Dania memeluk Jendra dari belakang.

"Selamat pagi...." Jendra membalikkan tubuhnya, dia langsung memeluk Dania dengan erat. Bagaimana pun juga, dia mencintai Dania. Dan Dania lah yang dia kenal lebih dulu. Dania begitu baik dan lembut kepada siapapun. Dia juga ramah dan suka memberi. Itulah yang membuat Jendra jatuh hati pada Dania saat itu.

"Sayang...." bisik Jendra. Dania hanya bergumam tidak jelas.

"Bagaimana pun nanti akhir dari hubungan kita, aku mohon agar kamu tidak membenci siapapun. Tapi bencilah aku, marahlah padaku." Dania melepaskan diri dari Jendra.

"Kenapa berbicara seperti itu? Kau ingin pergi dariku?" tanya Dania dengan lembut. Dia tidak mau berpisah dengan Jendra karena dia sangat mencintai lelaki itu dan juga sudah memberikan semuanya pada Jendra meski saat itu mereka tidak sengaja melakukannya.

"Tidak. Aku hanya menduga-duga." Jendra menyeka air mata Dania.

"Kalau kau meninggalkan aku, aku akan membunuh siapa saja yang berniat memisahkan kita. Termasuk kau!" Jendra mengangguk, Dania tidak pernah berkata setajam itu padanya.

"Iya sayang."

"Aku ingin pernikahan kita dipercepat." Jendra mengangguk saja. Dia mengelus punggung Dania untuk menenangkan kekasihnya itu.

★∞★

Part selanjutnya masih lanjutan dari Masa Lampau ya.
Jangan lupa di vote dan koment ya, xoxo♥
Terima kasih dan semoga suka.

Ig: Naomiocta29

I Will Still Love YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя