Part 14

19.2K 1.8K 29
                                    

Di rumah Jansen
Pukul sebelas siang

Loly berlari menuju kamarnya. Dia baru saja pulang dari sekolah di jemput sang ayah. Sesuai yang di inginkan Loly.

"Ayah!!!" jeritna dengan kuat saat dia melihat Lana yang berbaring di lantai. Loly mendekati Lana, melihat keadaan ibunya.

"Ayah!!! Ibu, Ayah!!!" jeritnya lagi. Loly memegang kening Lana, dia membuka mulutnya dengan lebar.

"Ada apa, Lyly?"

"Ayah, Ibu demam. Lihat!" Loly mengunjuk Lana, Jansen mendekati Loly dan dia menggendong Lana.

"Bisa ambilkan pakaian Ibu, Ly?"

"Bisa, Yah!" Loly melepaskan tas dan sepatunya. Lalu dia mengambil pakaian Lana. Sementara Jansen membaringkan Lana di ranjang Loly.

"Ayah mau apa?" tanya Loly saat melihat Jansen membukan baju Lana.

"Bisa tutup pintu kamar?" Loly mengangguk. Dia melakukan yang di suruh Jansen.

Jansen melepas seluruh pakaian Lana, dia menahan napasnya melihat tubuh Lana.

"Ayah...."

"Ah, Lyly ganti bajunya ya, Nak." Loly mengangguk.

Jansen menatap perut Lana dengan teliti. Di perut Lana ada bekas luka bakar yang seperti sudah lama. Karena penasaran, Jansen memiringkan tubuh Lana untuk melihat punggung gadis di depannya ini.

"Tante Lyan benar. Apa Lana sering di siksa? Siapa yang melakukannya? Apa Amora orangnya? Kalau benar, gadis itu benar-benar kejam dan tidak punya hati!" Jansen menaburkan bedak di punggung Lana. Lalu meletakkan tangannya.

"Ayah...."

"Ly, tolong sapukan bedaknya di punggung Ibu, ya." Loly mengangguk dengan senang hati. Dia naik ke ranjang, duduk di sebelah Jansen.

"Badan Ibu panas, Yah." Jansen mengangguk. Dia memakaikan baju tidur untuk Lana saat Loly sudah selesai.

"Ayah, Loly ambilkan es batu?" Jansen menggeleng.

"Tidak perlu, Nak. Sebentar lagi Ayah telepon dokter untuk memeriksa kondisi Ibu, ya." Loly mengangguk saja.

"Ayah sayang Ibu tidak?" Jansen menghentikan tangannya yang mengancing baju tidur Lana.

"Ayah...." Loly menyentuh lengan Jansen.

"Ah, iya Loly. Ayah sayang pada Ibu." Loly kembali mengangguk.

"Berarti Ayah tidak boleh marah-marah lagi pada Ibu. Ibu sering sakit, ya Yah? Loly tidak suka kalau Ibu sakit. Loly sayang sekali pada Ibu." Jansen tersenyum tipis.

"Iya, Loly." Jansen mengelus kepala Loly dengan sayang.

"Lihat Ayah! Mata Ibu gerak-gerak!" jerit Loly dengan antusias.

"Ya, sepertinya Ibu sudah bangun." Loly langsung berbaring di sebelah Lana.

"Syukurlah Ibu sudah bangun. Loly peluk, ya. Supaya panas Ibu di bagi ke Loly." Jansen geleng-geleng melihat tingkah Loly. Apa lagi Loly yang semakin bijak.

"Apa yang sakit?" tanya Jansen menatap Lana. Lana mengalihkan pandangannya, tidak mau menatap Jansen.

"Kepala dan pinggang," jawabnya dengan pelan. Dia juga memeluk Loly.

"Makanya kalau jalan itu hati-hati. Terus, kenapa tadi tidak langsung ganti baju?"

"Aku kesal, jadi aku biarkan."

"Kenapa seperti itu?" Lana menatap Jansen tidak suka.

"Kenapa kau jadi penasaran? Tadi kau juga tidak peduli, kan?" Lana menggembungkan pipinya.

I Will Still Love YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora