Part 31 a

15.7K 1.3K 36
                                    

Vote dulu boleh kali, ya :)
........

Lima tahun yang lalu

Jansen menatap lurus ke depannya dengan kepala yang rasanya ingin pecah.

Dia menundukkan kepalanya melihat foto kekasihnya sedang bermesraan dengan seorang pria yang sangat dia kenal.

Jansen menyembunyikan selembar foto itu ke dalam saku celananya saat mendengar derap langkah kaki mendekati kamarnya.

"Jansen...." Sebuah kecupan di dapat Jansen di pipinya.

"Ah, hai Andrea...." Jansen mencoba tersenyum.

"Coba tebak, kabar baik apa yang aku bawa?" tanya Andrea mengalungkan tangannya di leher Jansen. Jansen memeluk pinggang Andrea agar tidak jatuh.

"Kabar apa, hmm?" Andrea menggigit bibir bawahnya pelan, dia berjinjit. Membisikkan sesuatu pada Jansen.

"Aku hamil." Jansen tersenyum lebar. Seolah melupakan pengkhianatan Andrea padanya.

"Iya. Aku sangat senang." Jansen mengangguk dan menggendong Andrea. Membawa gadis itu ke tempat tidurnya.

"Rea, kau pasti kelelahan, ya?" Andrea mengangguk dengan cepat.

"Istirahatlah. Aku pergi sebentar ke mini market untuk membeli susu untukumu. Agar bayi kita sehat." Jansen menatap Andrea penuh cinta, dia mengecup kening Andrea. Gadis yang akan dia nikahi kurang lebih seminggu lagi.

Jansen menyelimuti Andrea, lalu pergi dari kamarnya.

Segera Jansen keluar dari rumah, tidak sabar pergi ke mini market.

Namun Jansen mengurungkan niatnya pergi saat dia melihat mobil Andrea. Dia mendekati mobil itu dan masuk ke dalam mobil.

Jansen seperti mencari sesuatu di dalam mobil Andrea. Padahal sebelumnya dia tidak pernah seperti itu.

Dia terus mencari sampai menemukan sesuatu. Sebuah telepon genggam yang Jansen sendiri tidak tahu punya siapa. Tapi Jansen rasa itu milik Andrea karena benda itu di simpan dengan tersembunyi.

Jansen mencoba menghidupkan ponsel itu, tapi tidak bisa.

"Sepertinya ini kehabisan baterai." Jansen keluar dari mobil Andrea dan segera masuk ke dalam mobilnya. Dia mengisi daya ponsel tersebut.

"Sejak kapan Andrea punya dua ponsel? Apa ada yang dia sembunyikan dariku? Oh, astaga!" Jansen mengusap keningnya saat dia mengingat lagi yang diucapkan Andrea tadi. Hamil!

"Kenapa Andrea bisa hamil? Sementara kami belum melakukan apa pun! Hanya sekedar cium kening dan pipinya. Itu tidak membuat dia hamil, kan? Aku ingat betul kalau aku sama sekali tidak pernah melakukan hubungan intim dengan Andrea, sekalipun aku mabuk. Mencium bibirnya saja belum pernah." Jansen menghela napasnya pelan.

Dia menunggu ponsel Andrea menyala. Jansen menghidupkan mesin lalu melajukan mobilnya. Tidak, dia tidak pergi membeli susu. Melainkan ke rumah sahabatnya.

"Berengsek! Aku selalu lemah di depan Andrea. Apa dia hanya memanfaatkan aku? Padahal aku sudah tahu kalau ibunya yang membunuh keluargaku. Tapi aku masih mau-mau saja bersamanya, bahkan sangat mencintainya." Jansen menghentikan mobilnya di pinggir jalan saat ponsel Andrea sudah hidup.

Dengan tidak sabaran dia memeriksa isi ponsel itu. Dan alangkah kagetnya dia saat melihat geleri.

"Sialan! Berengsek!" jerit Jansen dengan kuat sambil memukul setir dengan kuat. Wajahnya memerah karena emosi.

"Ini Andrea bersama Dimas! Ini Andrea bersama pria lain juga. Memakai gaun pernikahan! Jadi Andrea sudah menika?" Jansen menundukkan kepalanya. Dia mencoba menenangkan diri, tapi tidak bisa. Dia melajukan mobilnya menuju rumah Dimas.

I Will Still Love YouOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz