Part 33

15.6K 1.5K 47
                                    

Di rumah Jansen

Jansen mengelus kepala Loly yang masih tidur. Laporan dari pelayan, sejak sore Loly tidur.
Jansen dan Lana baru sampai di rumah, Jansen menyuruh Lana untuk langsung mandi.

"Lyly...." bisik Jansen. Dia mengecup kening Loly.

"Ayah, ibu Loly mana?" tanya Loly tiba-tiba membuat Jansen sedikit terkejut.
Dia menatap Loly, mata putrinya itu masih terpejam.

"Ibu sedang mandi. Loly kenapa tidak mau makan, hmm?" Loly menutup wajahnya menggunakan tangannya, dia kembali menangis.

"Ayah, Loly akan makan asal ibu ada. Kalau Loly makan, pasti ibu belum makan." Jansen mengerutkan keningnya. Dia menggendong Loly, lalu meletakkan Loly di pahanya.

"Lyly, buka wajahnya." Loly menggeleng.

"Tidak, Ayah. Nanti Ayah marah pada Loly karena Loly nangis." Jansen tersenyum. Dia memeluk Loly dengan erat.

"Ayo, Loly harus makan. Nanti ibu sedih. Loly mau ibu sedih?"

"Tidak, Ayah." Loly mengusap air matanya.

"Jadi kenapa menangis?"

"Pasti Ayah hanya bercanda. Ibu tidak ada, kan Ayah?"

"Ada. Ibu ada di kamar Ayah." Jansen berdiri dan menggendong Loly. Dia membawa Loly ke ruang makan.

"Loly makan sendiri saja, Ayah. Ayah panggil Ibu saja ke sini agar Loly percaya." Jansen mengangguk. Dia mendudukkan Loly di kursi, lalu menepuk bahu Loly dengan pelan.

"Sebentar, ya Nak." Loly mengangguk. Dia menatap Jansen yang pergi menjauh darinya.

"Nanti kalau adiknya sudah lahir, pasti ayah dan ibu tidak sayang pada Loly lagi." Loly mengusap air matanya.

"Tapi kemarin Loly yang minta adik. Loly tidak apa-apa deh kalau punya adik." Loly berdiri di kursi agar dia bisa mengambil makanan.

"Biar Loly saja, Bi! Loly, kan sudah besar!" jerit Loly saat salah seorang pelayan hendak menyendokkan nasi di piring Loly.

Sementara itu, Jansen membuka pintu kamar mandi yang ada di kamarnya. Ternyata tidak ada Lana.

"Pantas saja tidak ada suara, ternyata dia sudah selesai mandi. Ke mana Lana pergi?" Jansen menutup pintu kamar mandi, dia menatap sekeliling kamarnya. Masih bisa dia cium aroma sabun mandinya.

Jansen keluar dari kamar, dia melangkah dengan cepat menuju ruang makan. Melihat Loly yang makan sendiri.

Jansen mengerutkan keningnya.

"Anda mencari Ibu?" Jansen mundur satu langkah karena terkejut. Dia menggerutu dalam hati karena dikejutkan oleh pembantu di rumahnya.

"Ah, ya. Kau melihatnya?"

"Di sana." Pembantu itu menunjuk ke arah gudang, lalu pergi.

"Tidak mungkin Lana di sana." Tapi tetap saja Jansen melangkah menuju gudang yang ada di dekat kamar pembantu.

Dia mengerutkan keningnya lagi karena ruangan itu terang. Dia membuka pintu, tertegun melihat Lana tidur di lantai yang kotor. Jansen langsung masuk, dia mendekati Lana. Dia berjongkok dan menyentuh pipi Lana.

"Astaga, Lana...." dia menatap wajah Lana yang kelelahan. Lana tidur meringkuk.

Jansen menggendong Lana, membawanya keluar dari gudang.

Dia melangkah dengan cepat menuju kamarnya.

Dalam hati Jansen masih mempertanyakan kenapa Lana tidur di gudang.

I Will Still Love YouUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum