Part 2

39.1K 3.6K 124
                                    

"Ibu pura-pura itu bagaimana?"

Jansen menatap Lana dengan sengit. Dia merasa Lana tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

"Kau ini bodoh atau apa?"

"Aku tidak tahu."

"Pergi dari sini! Dasar berengsek!" bentak Jansen membuat Lana kembali menundukkan kepalanya.

"Astaga! Pergi dari sini!" usir Jansen.

"Pergi ke mana?" tanya Lana membuat Jansen benar-benar naik darah. Dia ingin membentak lagi, tapi dia menahannya.

Orang seperti dia tidak akan mengerti.

"Baiklah, Lana. Kau boleh keluar dari ruanganku, dan pergilah ke kamar Loly." Jansen mencoba berbicara dengan selembut mungkin.

"Kamar Loly yang mana?" Jansen menghela napasnya.

"Tanyakan pada pembantu di rumah ini, Sialan!" Lana mengangguk dan keluar dari ruang kerja Jansen.

"Sial ... sial ... sial! Sekali ada orang yang ingin dimanfaatkan, ketemu yang seperti itu." Jansen menekan pangkal hidungnya.

Dia keluar dari ruang kerjanya dan mendapati Lana yang berdiri mematung satu meter dari pintu ruang kerjanya.

"Kenapa kau masih di situ, hah?!" Pekik Jansen tertahan. Lana tidak menjawab lantaran takut pada Jansen.

"Kau ini tuli, ya?" Lana menggeleng. Dia mendekati Jansen sampai jarak mereka hanya satu langkah saja.

"Tuan, tolong ajari aku membaca dan menulis. Aku ingin bisa membaca dan menulis. Aku juga ingin bisa berhitung." Jansen tersenyum mengejek.

"Sudah sebesar ini kau tak bisa apa pun, heh?"

"Aku bisa menyapu, menjahit baju, dan menyiram bunga," ucap Lana dengan bangga. Tiba-tiba saja dia menatap Jansen berbinar-binar.

"Itu tidak patut di banggakan, Bodoh!"

"Setidaknya ada yang bisa aku lakukan." Lana membuang wajahnya dengan angkuh.

Jansen menarik tangan Lana dan menyeretnya menuju kamar Loly.

"Tidurlah, besok aku akan mendatangkan guru untukmu." Lana mengerutkan keningnya.

"Guru itu apa?"

"Sialan! Tidur sana! Kau mau aku buang?!" Teriak Jansen naik pitam. Lana mengangguk dan menuruti perintah dari Jansen.

Saat Lana sudah naik ke atas tempat tidur Loly, Jansen keluar dari kamar. Dia langsung masuk ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Loly.

Berjalan mendekati ranjang besarnya, dia menatap Loly yang tertidur dengan nyenyak.

"Bahkan Loly lebih mudah memahami. Ada yang tidak beres dengan anak itu. Harusnya dia yang mengajari Loly, malah sepertinya Loly lebih pintar. Serasa punya anak dua." Jansen mengerang pelan.

Dia berbaring di sebelah Loly dan memeluk putri kecilnya itu.

★∞★

"Ibu, bu gulunya sudah datang. Ayah...!" Jerit Loly. Lana mengangguk saja. Mereka sudah siap sejak tiga puluh menit yang lalu di teras rumah untuk belajar.

"Ibu tidak bisa baca? Loly juga dulu tidak bisa baca."
Lana kembali mengangguk.

"Hallo, yang mau belajar yang mana?" Loly dan Lana sama-sama mengangkat tangan, lalu mereka saling melempar senyuman.

I Will Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang