Part 13

19.6K 1.7K 44
                                    

"Obat untuk hati yang terluka adalah kasih sayang." (Gaara)

Di rumah Jansen

Lana melotot pada Jansen sejak beberapa detik yang lalu.

"Kau sudah gila, ya?"

"Kau ingin berenang, kan? Di bak mandi saja. Loly saja muat. Sebentar, aku akan mengisi airnya," kata Jansen menahan tawanya.

"Aku tidak mau!" Jerit Lana dengan kuat. Dia memukul punggung Jansen lumayan kuat.

Jansen membuka gorden berwarna putih, dia mengunjuk bathup sambil menarik paksa tangan Lana.

"Berendam saja, tapi di sini." Jansen melepas tangan Lana, lalu dia mengisi bathup tadi, sementara Lana hanya melongok.

"Aku belum pernah melihat yang seperti ini," ucap Lana tanpa sadar.

Jansen menumpahkan sabun cair, Lana hanya bisa merasa takjub melihat busa sabun yang mulai banyak.

"Wow!" Lana meloncat-loncat, lalu dia menarik Jansen.

"Keluar sekarang!" Usirnya. Dia langsung meloncat ke dalam bathup tanpa membuka bajunya.

Jansen geleng-geleng, "masa kecil suram," katanya pelan. Dia keluar dari kamar mandi untuk mengganti pakaian kerjanya.

Setelah itu, dia menghubungi Dimas. Ingin menyuruh lelaki itu itu untuk mempersiapkan sesuatu.

Menunggu limq belas menit, Lana tak kunjung keluar. Jansen membuka pintu kamar mandi dan dia bisa melihat Lana yang sedang berendam dengan santai.

Dia berendam pakai baju?

Dia mendekati Lana yang matanya terpejam. Dengan gerakan refleks, Jansen menarik lengan Lana dengan kuat membuat tubuh Lana terangkat ke atas sehingga memperlihatkan badan Lana yang tidak memakai apa pun. Hal itu benar-benar di sesali Jansen karena dia pikir Lana masih memakai pakaiannya.

"Bangun, Lana! Tidak boleh tidur di dalam situ! Nanti kau bisa mati!" Jansen membuang wajahnya saat tiba-tiba Lana membuka matanya.

"Aku tidak tidur!" Jansen menghela napasnya pelan, wajahnya memanas karena menahan rasa malu.

"Lalu, kenapa kau diam saja saat kutarik?"

"Hehe, aku sedang menikmati."

"Menikmati apa? Kau ini ngomong apa, sih?" Jansen menahan bahu Lana saat gadis di depannya ini mencoba untuk duduk.

"Lebih baik aku pergi saja!"

"Tunggu! Handuknya ada di mana?!"

"Ambil saja sendiri di kamarku!" Jansen keluar dari kamarnya, menarik kembali kata-katanya barusan.

"Yang benar saja? Gadis itu benar-benar membuatku kesal." Jansen menghempaskan badannya di ranjang.
Dia memejamkan matanya.

"Handuknya di mana?"

"Hah?!" Jansen tersentak dan langsung terduduk. Dia menatap Lana dari bawah sampai atas. Lana kembali memakai bajunya yang sudah basah.

"Keluar!" Usirnya yang tidak tahan melihat Lana.

"Oh, oke!" Lana berlari menuju pintu, dan....

Bughhh....

"Aduh!!! Sakit!" Jerit Lana kesakitan. Jansen turun dari tempat tidur, mendekati Lana.

"Ceroboh! Jalan saja tidak becus!"

"Lantainya licin! Kau pasti menumpahkan minyak di sini!" Jansen tidak merespons. Dia menggendong Lana dan membawa keluar dari kamarnya. Dia membawa Lana menuju kamar Loly.

Saat sudah di kamar, dia mendudukkan Lana di lantai dan keluar dari kamar Loly.

"Aku benci! Sangat benci kau!" Jerit Lana kuat yang masih bisa di dengar Jansen.

"Huh, pinggangku sakit! Aduh...." Lana mengusap air matanya.

Dia merangkak mendekati lemari pakaian Loly. Karena pakaiannya juga ada di sana.

"Lihat saja nanti, akan kubalas kau! Lihat saja!" Sungut Lana sembari mengambil bajunya.

"Aku pulang saja ke rumah. Di sana aku pasti tidak bertemu dengan ayah Loly lagi. Tak apa-apa kalau bertemu Amora. Tak apa-apa di hukum Amora. Aku sudah biasa." Lana menundukkan kepalanya. Dia tidak jadi mengganti pakaiannya yang basah. Hanya diam di tempat.

★∞★

Di rumah Diamond

"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Hah, aku ingin menghias kamar putriku." Diamond tersenyum tipis.

"Di, sebenarnya ada seseorang yang ingin kukenalkan padamu."

"Siapa, Ly?"

"Putriku."

"Hah, putrimu yang mana?" Diamond menatap Lyan penuh rasa ingin tahu.

"Putri angkatku. Tapi dia tidak bisa ikut karena dia sedang melakukan pendekatan dengan Jansen." Lyan terkekeh pelan. Mereka memang sudah bersahabat sejak SMP. Dan persahabatan mereka tetap awet sampai sekarang.

"Kau beruntung sekali, Ly."

"Haha, tapi rasanya aku terlihat tua dibandingkan denganmu. Buktinya saja kau masih awet muda, sementara aku sudah keriput begini." Kedua wanita itu tertawa bersama. Menyandang status sebagai janda sama sekali tidak membuat mereka ingin menikah lagi. Bahkan mereka berdua selalu merasa kalau mereka mirip. Misalnya, mereka berdua sama-sama kehilangan suami dan putrinya.

"Nanti, saat acara ulang tahun putrimu, aku akan membawa Lana ke sini."

"Oh, namanya Lana?" Lyan mengangguk.

"Aku membawa Lana dari hutan. Yah, dia sangat menderita." Lyan menyentuh tangan Diamond.

"Hah, syukurlau sekarang dia sudah aman, ya. Aku turut senang." Lyan mengangguk.

"Oh iya, di mana putri angkatmu itu? Kami bahkan belum berkenalan."

"Sayang sekali, dia sedang pergi liburan. Lain kali kalian pasti bertemu. Aku tidak punya fotonya, karena dia sangat anti di foto, hehe...."

"Haha, seperti penjahat saja, ya." Lyan tersenyum.

"Ayo, kau harus membantu aku menghias kamar putriku. Lagi pula, kita sudah jarang menghabiskan waktu bersama." Lyan mengangguk setuju. Dia mengikuti langkah Diamond yang mulai menyusuri lorong-lorong rumah. Sampai mereka tiba di satu ruangan yang besar. Kamar terbesar yang ada di rumah Diamond.

"Setiap tahun aku selalu melakukan ini. Menghias kamar putriku kalau tanggal dan bulannya sudah dekat. Sebentar lagi dia genap berusia tujuh belas tahun, harapan itu tidak pernah hilang. Ingin rasanya aku menyudahi semua ini, tapi...." Diamond tidak melanjutkan kata-katanya.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Karena aku juga sama denganmu, sama-sama kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup kita." Lyan merangkul bahu Diamond.

"Haha, kita senasib, ya." Diamond tertawa pelan membuat Lyan juga ikut tertawa.

"Ajaklah Lana saat hari lahir putriku nanti. Kau juga harus datang. Ajak juga Jansen dan putrinya yang menggemaskan." Lyan mengangguk saja.

Astaga, aku hampir lupa mencari tahu asal usul Lana, batin Lyan.

★∞★

Oke, semua saling berhubungan, wkwkwk...
Semoga suka!

Vote dan koment kalau suka :) tinggalkan cerita ini kalau nggak suka (:

Terima kasih!
17 Juli 2017
Ig: Naomiocta29

I Will Still Love YouWhere stories live. Discover now